DTSI 6

"Kerja kamu, Sih?" Sambut Wandi saat Ningsih baru saja memasuki kamarnya untuk melaksanakan kewajiban empat rakaat nya.

"Iya." Jawab Ningsih singkat tanpa mau menoleh ke arah Wandi. Ningsih menggelar sajadah dan mengenakan mukenanya. Lebih memilih beribadah tinimbang meladeni ucapan Wandi.

Cukup lama Ningsih berada di atas sajadah, sengaja Ningsih berdzikir dan berdoa serta mencurahkan perasaannya kepada sang Ilahi. Sambil menunggu adzan ashar tiba. Sedangkan Wandi justru mencebik penuh cemooh pada Ningsih yang masih khusyuk beribadah.

"Dasar pemalas! Berdoa sampai nangis darah juga gak bakalan punya uang banyak. Perempuan benalu dan bodoh!" Rutuk nya tanpa sedikitpun punya perasaan. Meskipun hatinya sakit mendengar ocehan Wandi untuknya, Ningsih tetap memilih fokus untuk terus berdzikir dan bercengkrama dengan sang pemilik alam semesta.

Setelah selesai menjalankan kewajibannya sebagai muslimah, Ningsih hendak kembali keluar kamar untuk menemui Salwa. Hatinya sudah rindu ingin bertemu sang anak. Namun dengan cepat Wandi menghentikan langkahnya Ningsih.

"Apa kamu tidak merindukan aku, Sih?" Ucap Wandi dengan wajah tanpa dosanya. Meskipun mulutnya selalu pedas pada Ningsih, tapi dia selalu muncul hasrat saat melihat Ningsih.

"Sama sekali, tidak. Hatiku sudah mati untuk laki laki munafik dan kejam sepertimu, mas. Minggir, aku mau lewat." Sahut Ningsih datar, matanya menyorot tajam pada Wandi yang langsung tersinggung mendengar jawaban Ningsih.

"Gayamu, Sih. Perempuan jelek dan buluk begini saja sok jual mahal. Bisa apa kamu tanpa aku?" Balas Wandi yang sudah mencengkram kasar dagu Ningsih.

"Lepaskan, mas. Jangan sampai aku teriak dan panggil warga untuk mengusir kamu. Lebih baik kamu balik ke Surabaya lagi, hidup nyaman sama istri simpanan kamu itu, dan lepaskan aku." Tekan Ningsih dengan menahan rasa sakit karena cengkraman Wandi.

"Dari mana kamu tau aku nikah lagi, hah? Tidak usah memfitnah untuk menutupi kebusukan kamu yang punya selingkuhan. Dasar perempuan murahan!" Bentak Wandi dengan menghempaskan cengkraman tangannya, sehingga Ningsih terhuyung kebelakang.

"Tanya sama perempuan itu, dia sendiri yang sudah dengan bangganya mengaku sudah sah jadi istrimu. Dan memintaku untuk tidak lagi menghubungi dan mengganggu hubungan kalian. Jadi untuk apa kamu masih datang kerumah ini?

Aku sudah tak Sudi lagi jadi istrimu, menjijikkan!" Balas Ningsih dengan wajah mengeras. Sakit hati dan benci akan sikap semena mena Wandi.

"Oke, aku akan pergi. Kalau kamu mau cerai dariku, urus saja sendiri dengan uangmu. Urusan Salwa, tidak usah minta padaku. Aku mau lihat, bisa apa kamu tanpa uang dariku!" Bentak Wandi yang langsung pergi begitu saja, tanpa menoleh pada mertua dan anaknya yang tengah duduk di teras. Wandi berlalu seolah tidak punya adab dan sopan santun kepada pemilik rumah.

Ningsih terdiam, hanya menatap nanar kepergian Wandi dengan dada bergemuruh. Air matanya berjatuhan dengan rasa sakit yang dia sendiri tidak tau apa yang kini dia pikirkan.

Sikap Wandi sudah sangat keterlaluan, salah tapi tidak mau mengakui kesalahannya.

"Mbak. Yang sabar, yang kuat. Insyaallah, akan ada kebahagiaan setelah rasa sakit. Dia tidak pantas kamu tangisi." Rina yang sudah berdiri dibelakang Ningsih memberikan kekuatan kakaknya.

"Aku tidak menangisi kepergiannya, aku cuma menyesali keputusan telah menikahi laki laki tak punya hati sepertinya." Lirih Ningsih yang langsung mengusap air matanya dan berusaha untuk bersikap baik baik saja. Duka dan rasa sakitnya dia simpan rapat di dalam hatinya.

"Salwa, sudah menghabiskan baksonya. Sepertinya dia suka, karena lahap sekali makannya. Mbak beli dimana? Baksonya memang enak." Rina mengalihkan obrolan, agar kakaknya tidak larut dengan kesedihannya.

"Beli di sampingnya toko, Alhamdulillah kalau kalian menyukainya." Balas Ningsih dengan senyuman tipis, lalu mengayunkan langkah untuk bergabung dengan anak dan ibunya yang tengah berada di teras.

"Kamu baik baik saja kan, nduk?" Sambut Bu Yati menatap sendu ke arah putri sulungnya.

"Insyaallah, aku gak papa, Bu. Ibu gak usah khawatir." Sahut Ningsih dengan wajah dibuat setenang mungkin, takut kalau ibunya kepikiran dengan masalah rumah tangganya.

"Besok, kamu libur kerja, kan?" Sambung Bu Yati dengan serius.

"Enjih, Bu. Besok aku libur." Sahut Ningsih sambil mengusap lembut kepala Salwa yang sudah berada di pangkuannya.

"Pergilah ke pengadilan, dan urus perceraian kamu secepatnya. Kamu bisa tanya sama mbak Tami, dia juga baru saja ngurus surat cerai." Sahut Bu Yati yang menghembuskan nafasnya dalam.

"Iya, Bu. Nanti aku akan pergi kerumahnya mbak Tami buat nanya proses dan biayanya." Sahut Ningsih dengan pikiran yang tak bisa dijelaskan.

"Salwa waktunya masuk sekolah, apa kamu akan mendaftarkannya?" Sambung Bu Yati.

"Iya Bu, kasihan kalau tidak di daftarkan. Salwa sudah pengin banget sekolah."

"Kamu ada uangnya? Apa Wandi tadi kasih uang buat kebutuhan anakmu?" Balas Bu Yati menatap dalam wajah Ningsih yang terlihat kuyu.

"Insyaallah aku ada uang, Bu. Kan satu Minggu lagi aku gajian. Mas Wandi tidak kasih apa apa, entahlah apa tujuan dia pulang kesini. Aku sudah tidak lagi berharap sama dia. Biarlah dia berbuat semaunya. Aku lelah menghadapi sikapnya yang kasar itu." Balas Ningsih yang tersenyum kecut, hatinya sudah benar benar mati dan membeku untuk memikirkan suaminya yang tak punya hati.

"Lebih baik begitu, tidak perlu lagi kamu berharap dan memikirkan laki laki seperti Wandi. Insyaallah kamu akan menemukan kebahagiaan setelah urusanmu selesai dengannya. Pasrahkan saja segala perbuatannya pada yang maha kuasa, biar tangannya yang bekerja untuk membalas semua kedzalimannya." Sahut Bu Yati panjang lebar dengan hati sesak memikirkan nasib anak perempuannya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Sahabat Benalu

Novel Tamat

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

#Ganti istri [Tamat]

#Wanita sebatang kara [Tempat]

#Ternyata aku yang kedua [Tamat]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Episodes
1 DTSI 1
2 DTSI 2
3 DTSI 3
4 DTSI 4
5 DTSI 5
6 DTSI 6
7 DTSI 7
8 DTSI 8
9 DTSI 9
10 DTSI 10
11 DTSI 11
12 DTSI 12
13 DTSI 13
14 DTSI 14
15 DTSI 15
16 DTSI 16
17 DTSI 17
18 DTSI 18
19 DTSI 19
20 DTSI 20
21 DTSI 21
22 DTSI 22
23 DTSI 23
24 DTSI 24
25 DTSI 25
26 DTSI 26
27 DTSI 27
28 DTSI 28
29 DTSI 29
30 DTSI 30
31 DTSI 31
32 DTSI 32
33 DTSI 33
34 DTSI 34
35 DTSI 35
36 DTSI 36
37 DTSI 37
38 DTSI 38
39 DTSI 39
40 DTSI 40
41 DTSI 41
42 DTSI 42
43 DTSI 43
44 DTSI 44
45 DTSI 45
46 DTSI 46
47 DTSI 47
48 DTSI 48
49 DTSI 49
50 DTSI 50
51 DTSI 51
52 DTSI 52
53 DTSI 53
54 DTSI 54
55 DTSI 55
56 DTSI 56
57 DTSI 57
58 DTSI 58
59 DTSI 59
60 DTSI 60
61 DTSI 61
62 DTSI 62
63 DTSI 63
64 DTSI 64
65 DTSI 65
66 DTSI 66
67 DTSI 67
68 DTSI 68
69 DTSI 69
70 DTSI 70
71 DTSI 71
72 DTSI 72
73 DTSI 73
74 DTSI 74
75 DTSI 75
76 DTSI 76
77 DTSI 77
78 DTSI 78
79 DTSI 79
80 DTSI 80
81 DTSI 81
82 DTSI 82
83 DTSI 83
84 DTSI 84
85 DTSI 85
86 DTSI 86
87 DTSI 87
88 DTSI 88
89 DTSI 89
90 DTSI 90
91 DTSI 91
92 DTSI 92
93 DTSI 93
94 DTSI 94
95 DTSI 95
96 DTSI 96
97 DTSI 97
98 DTSI 98
99 DTSI 99
100 DTSI 100
101 DTSI 101
102 DTSI 102
103 DTSI 103
104 DTSI 104
105 DTSI 105
106 DTSI 106
107 DTSI 107
108 DTSI 108
109 DTSI 109
110 DTSI 110
111 DTSI 111
112 DTSI 112
113 DTSI 113
114 DTSI 114
115 DTSI 115
116 DTSI 116
117 DTSI 117
118 DTSI 118
119 DTSI 119
120 DTSI 120
121 DTSI 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
DTSI 1
2
DTSI 2
3
DTSI 3
4
DTSI 4
5
DTSI 5
6
DTSI 6
7
DTSI 7
8
DTSI 8
9
DTSI 9
10
DTSI 10
11
DTSI 11
12
DTSI 12
13
DTSI 13
14
DTSI 14
15
DTSI 15
16
DTSI 16
17
DTSI 17
18
DTSI 18
19
DTSI 19
20
DTSI 20
21
DTSI 21
22
DTSI 22
23
DTSI 23
24
DTSI 24
25
DTSI 25
26
DTSI 26
27
DTSI 27
28
DTSI 28
29
DTSI 29
30
DTSI 30
31
DTSI 31
32
DTSI 32
33
DTSI 33
34
DTSI 34
35
DTSI 35
36
DTSI 36
37
DTSI 37
38
DTSI 38
39
DTSI 39
40
DTSI 40
41
DTSI 41
42
DTSI 42
43
DTSI 43
44
DTSI 44
45
DTSI 45
46
DTSI 46
47
DTSI 47
48
DTSI 48
49
DTSI 49
50
DTSI 50
51
DTSI 51
52
DTSI 52
53
DTSI 53
54
DTSI 54
55
DTSI 55
56
DTSI 56
57
DTSI 57
58
DTSI 58
59
DTSI 59
60
DTSI 60
61
DTSI 61
62
DTSI 62
63
DTSI 63
64
DTSI 64
65
DTSI 65
66
DTSI 66
67
DTSI 67
68
DTSI 68
69
DTSI 69
70
DTSI 70
71
DTSI 71
72
DTSI 72
73
DTSI 73
74
DTSI 74
75
DTSI 75
76
DTSI 76
77
DTSI 77
78
DTSI 78
79
DTSI 79
80
DTSI 80
81
DTSI 81
82
DTSI 82
83
DTSI 83
84
DTSI 84
85
DTSI 85
86
DTSI 86
87
DTSI 87
88
DTSI 88
89
DTSI 89
90
DTSI 90
91
DTSI 91
92
DTSI 92
93
DTSI 93
94
DTSI 94
95
DTSI 95
96
DTSI 96
97
DTSI 97
98
DTSI 98
99
DTSI 99
100
DTSI 100
101
DTSI 101
102
DTSI 102
103
DTSI 103
104
DTSI 104
105
DTSI 105
106
DTSI 106
107
DTSI 107
108
DTSI 108
109
DTSI 109
110
DTSI 110
111
DTSI 111
112
DTSI 112
113
DTSI 113
114
DTSI 114
115
DTSI 115
116
DTSI 116
117
DTSI 117
118
DTSI 118
119
DTSI 119
120
DTSI 120
121
DTSI 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!