DTSI 5

Wandi yang tidak menghiraukan kemarahan Irma, akhirnya memutuskan untuk pulang kampung. Entah kenapa pikirannya terus menerus dipenuhi oleh bayangan anak perempuannya. Anak yang sejak dari bayi selalu dia abaikan. Padahal, Salwa adalah anak yang lucu dan cantik. Wajah Salwa dominan padanya. Dari segala apa yang ada pada Wandi, ada juga pada Salwa. Entah kenapa Wandi tidak memiliki ikatan batin sedikitpun selayaknya seorang ayah kepada anaknya. Keegoisan dan kekerasan hatinya sudah menutup nuraninya sebagai seorang ayah dan suami.

"Asalamualaikum." Wandi mengucapkan salam, saat memasuki rumah mertuanya, yang didalamnya ada Salwa yang tengah bermain ditemani sama Rina. Sedangkan Bu Yati tengah melayani pembeli di warung kecilnya.

"Waalaikumsallm." Sahut Rina cuek, dan meneruskan pekerjaannya menyetrika baju baju dari para tetangga yang menggunakan jasanya. Sedangkan Salwa bermain tak jauh dari Rina, tidak menoleh sedikitpun saat ayahnya datang. Salwa memang punya rasa takut pada Wandi yang selama ini cukup arogan dalam memperlakukan Salwa.

"Rin, kemana mbakmu?" Tegur Wandi saat tidak mendapati Ningsih dimanapun saat dia menjelajahi isi rumah.

"Kerja." Sahut Rina singkat, dalam hatinya begitu kesal dan marah pada laki laki yang masih sah menjadi suami kakaknya itu.

"Kerja? Memang dia bisa kerja apa, orang malas dan bodoh kayak gitu, paling juga jadi pembantu. Memalukan saja kerjaannya!" Sungut Wandi tak berperasaan. Mulutnya suka sekali menghina Ningsih kapanpun dan dimanapun.

"Jaga bicaramu ya, mas. Sudah cukup kamu menghina mbakku! Dia sudah bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan anakmu, yang harusnya jadi tanggung jawab kamu. Kerja pembantu jauh lebih baik, dari pada jadi perempuan yang merebut suaminya orang untuk menafkahi anaknya. Paham?" Jawab Rina tak kalah sengit, Rina menatap penuh kemarahan pada Wandi yang melongo mendengar ucapan adik iparnya itu. Selama ini Rina sangat pendiam dan tak pernah sedikitpun mau ikut campur. Tapi kali ini dia menunjukkan taringnya.

"Kamu menyindirku, Rin?" Tanya Wandi dengan tatapan tak suka.

"Pikir saja sendiri. Jadi orang itu tidak usah egois dan sok benar sendiri. Mbak Ningsih jauh lebih baik dari pada istri barumu itu. Perempuan tidak tau malu yang sok kecantikan." Sahut Rina dengan masih emosi.

Wandi terdiam, mencoba mencerna ucapan adik iparnya. Pernikahannya dengan Irma sudah dilakukan cara sembunyi, tapi Rina bisa tau. Wandi masih bingung dan merasa heran saja.

"Kenapa, mas?

Kamu bingung ya, dari mana aku tau pernikahan siri kamu dengan perempuan itu?

Tanya tuh sama istri baru kamu, dia sendiri yang terus menghubungi mbak Ningsih, sampai ngancam ngancam. Dasar perempuan tidak tau malu. Harusnya mbakku yang marah dan tidak terima karena suaminya diambil, lha ini justru pelakor yang marah marah dan ngancam ngancam. Gila ya, dasar otak pada geser semua. Menjijikkan!" Sambung Rina dengan wajah mengeras, matanya masih melotot tajam pada Wandi yang masih memilih diam saja. Hatinya makin kesal dengan perbuatan Irma, ternyata di belakangnya dia sudah melakukan perbuatan yang sudah dia cegah.

"Sudahlah, mas. Kalau memang kamu sudah tidak menyukai mbak Ningsih. Tolong lepaskan dia, urus surat cerai kalian. Kasihani mbakku, dia perempuan baik, tidak sepantasnya kamu terus sakiti hatinya." Sambung Rina yang masih belum mau berhenti untuk memojokkan Wandi yang sudah kehilangan kata kata.

"Aku akan bicara sama Ningsih, sekarang mau tidur. Capek!" Sahut Wandi yang langsung pergi masuk ke dalam kamar Ningsih. Rina hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar sambil menggelengkan kepala kesal. Wandi benar benar sudah menguras emosinya.

"Bi, ayah kenapa?" Bisik Salwa ke telinga Rina setelah Wandi masuk kamar.

"Biarkan saja, Salwa main saja. Habis ini bibi akan ambil makan buat Salwa ya, nanti bibi gorengin telor ceplok." Sahut Rina sambil tersenyum pada keponakannya. Matanya menatap sendu pada gadis kecil yang malang itu.

"Iya, Bi." Sahut Salwa tanpa banyak protes, lalu kembali bermain dengan boneka bonekanya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Pukul dua siang, Ningsih baru pulang dari toko. Hari ini dia masuk sif pagi. Dengan senyum mengembang Ningsih memasuki rumah, karena dia membawa beberapa bungkus bakso kesukaan semua keluarganya. Belum tau kalau di dalam ada Wandi, orang yang tidak ingin dia lihat akhir akhir ini.

"Asalamualaikum. Anaknya mama, lagi ngapain?" Sambut Ningsih saat Salwa lari menghampirinya dengan senyuman ceria.

"Habis main sama bibi. Ma, di dalam ada ayah." Bisik Salwa sambil melirik ke dalam rumah. Ningsih terpaku dengan dada bergemuruh,berasa sakit dan benci seketika memenuhi ruang dadanya yang langsung terasa sesak.

"Ma. Ayo masuk, mama pasti capek." Sambung Salwa yang menyadarkan Ningsih dari keterkejutannya.

"Iya, nak. Mama beli bakso, Salwa makan sama bibi dan nenek ya. Mama mau sholat dulu, sudah jam dua, keburu habis waktunya." Sahut Ningsih yang langsung masuk ke dapur dan meletakkan kantong kresek yang berisi bakso diatas meja makan. Di dapur ternyata ada Rina yang sedang mencuci bekas alat alat kotor jualan ibunya. Jualan Bu Yati sudah habis, padahal hari masih siang.

"Mbak, sudah pulang?" Sambut Rina yang menatap sekilas ke arah Ningsih dan kembali meneruskan pekerjaannya.

"Sudah, ini mbak bawa bakso. Tolong kamu tuangkan buat Salwa ya. Mbak mau sholat dulu, keburu waktunya habis. Mbak beli tiga bungkus, buat kamu juga buat ibu." Sahut Ningsih yang langsung pergi ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu. Rina langsung meninggalkan pekerjaannya dan menuangkan bakso ke dalem mangkok untuk Salwa. Lalu kembali meneruskan pekerjaannya lagi sampai selesai.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Sahabat Benalu

Novel Tamat

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

#Ganti istri [Tamat]

#Wanita sebatang kara [Tempat]

#Ternyata aku yang kedua [Tamat]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Lanjut kak.

jangan lupa mampir di ceritaku ya.
thanks

2024-04-03

0

Wacem Farhan

Wacem Farhan

kok belum up lagi ka

2023-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 DTSI 1
2 DTSI 2
3 DTSI 3
4 DTSI 4
5 DTSI 5
6 DTSI 6
7 DTSI 7
8 DTSI 8
9 DTSI 9
10 DTSI 10
11 DTSI 11
12 DTSI 12
13 DTSI 13
14 DTSI 14
15 DTSI 15
16 DTSI 16
17 DTSI 17
18 DTSI 18
19 DTSI 19
20 DTSI 20
21 DTSI 21
22 DTSI 22
23 DTSI 23
24 DTSI 24
25 DTSI 25
26 DTSI 26
27 DTSI 27
28 DTSI 28
29 DTSI 29
30 DTSI 30
31 DTSI 31
32 DTSI 32
33 DTSI 33
34 DTSI 34
35 DTSI 35
36 DTSI 36
37 DTSI 37
38 DTSI 38
39 DTSI 39
40 DTSI 40
41 DTSI 41
42 DTSI 42
43 DTSI 43
44 DTSI 44
45 DTSI 45
46 DTSI 46
47 DTSI 47
48 DTSI 48
49 DTSI 49
50 DTSI 50
51 DTSI 51
52 DTSI 52
53 DTSI 53
54 DTSI 54
55 DTSI 55
56 DTSI 56
57 DTSI 57
58 DTSI 58
59 DTSI 59
60 DTSI 60
61 DTSI 61
62 DTSI 62
63 DTSI 63
64 DTSI 64
65 DTSI 65
66 DTSI 66
67 DTSI 67
68 DTSI 68
69 DTSI 69
70 DTSI 70
71 DTSI 71
72 DTSI 72
73 DTSI 73
74 DTSI 74
75 DTSI 75
76 DTSI 76
77 DTSI 77
78 DTSI 78
79 DTSI 79
80 DTSI 80
81 DTSI 81
82 DTSI 82
83 DTSI 83
84 DTSI 84
85 DTSI 85
86 DTSI 86
87 DTSI 87
88 DTSI 88
89 DTSI 89
90 DTSI 90
91 DTSI 91
92 DTSI 92
93 DTSI 93
94 DTSI 94
95 DTSI 95
96 DTSI 96
97 DTSI 97
98 DTSI 98
99 DTSI 99
100 DTSI 100
101 DTSI 101
102 DTSI 102
103 DTSI 103
104 DTSI 104
105 DTSI 105
106 DTSI 106
107 DTSI 107
108 DTSI 108
109 DTSI 109
110 DTSI 110
111 DTSI 111
112 DTSI 112
113 DTSI 113
114 DTSI 114
115 DTSI 115
116 DTSI 116
117 DTSI 117
118 DTSI 118
119 DTSI 119
120 DTSI 120
121 DTSI 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
DTSI 1
2
DTSI 2
3
DTSI 3
4
DTSI 4
5
DTSI 5
6
DTSI 6
7
DTSI 7
8
DTSI 8
9
DTSI 9
10
DTSI 10
11
DTSI 11
12
DTSI 12
13
DTSI 13
14
DTSI 14
15
DTSI 15
16
DTSI 16
17
DTSI 17
18
DTSI 18
19
DTSI 19
20
DTSI 20
21
DTSI 21
22
DTSI 22
23
DTSI 23
24
DTSI 24
25
DTSI 25
26
DTSI 26
27
DTSI 27
28
DTSI 28
29
DTSI 29
30
DTSI 30
31
DTSI 31
32
DTSI 32
33
DTSI 33
34
DTSI 34
35
DTSI 35
36
DTSI 36
37
DTSI 37
38
DTSI 38
39
DTSI 39
40
DTSI 40
41
DTSI 41
42
DTSI 42
43
DTSI 43
44
DTSI 44
45
DTSI 45
46
DTSI 46
47
DTSI 47
48
DTSI 48
49
DTSI 49
50
DTSI 50
51
DTSI 51
52
DTSI 52
53
DTSI 53
54
DTSI 54
55
DTSI 55
56
DTSI 56
57
DTSI 57
58
DTSI 58
59
DTSI 59
60
DTSI 60
61
DTSI 61
62
DTSI 62
63
DTSI 63
64
DTSI 64
65
DTSI 65
66
DTSI 66
67
DTSI 67
68
DTSI 68
69
DTSI 69
70
DTSI 70
71
DTSI 71
72
DTSI 72
73
DTSI 73
74
DTSI 74
75
DTSI 75
76
DTSI 76
77
DTSI 77
78
DTSI 78
79
DTSI 79
80
DTSI 80
81
DTSI 81
82
DTSI 82
83
DTSI 83
84
DTSI 84
85
DTSI 85
86
DTSI 86
87
DTSI 87
88
DTSI 88
89
DTSI 89
90
DTSI 90
91
DTSI 91
92
DTSI 92
93
DTSI 93
94
DTSI 94
95
DTSI 95
96
DTSI 96
97
DTSI 97
98
DTSI 98
99
DTSI 99
100
DTSI 100
101
DTSI 101
102
DTSI 102
103
DTSI 103
104
DTSI 104
105
DTSI 105
106
DTSI 106
107
DTSI 107
108
DTSI 108
109
DTSI 109
110
DTSI 110
111
DTSI 111
112
DTSI 112
113
DTSI 113
114
DTSI 114
115
DTSI 115
116
DTSI 116
117
DTSI 117
118
DTSI 118
119
DTSI 119
120
DTSI 120
121
DTSI 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!