DTSI 2

"Ningsih, boleh ibu masuk, nak?" Bu Yati mengetuk pintu kamar Ningsih dengan perasaan bergemuruh, sedih dengan nasib anak pertamanya itu. Tak menyangka jika Ningsih telah bersuamikan laki laki kejam seperti Wandi. Meskipun bu Yati tau, kalau Wandi bukanlah laki laki yang baik, karena selama menjadi menantunya, Wandi tidak pernah sama sekali mau berbicara dengannya. Namun tak disangka jika perlakuannya pada Ningsih lebih buruk dari yang disangka.

"Masuk saja, Bu. Pintunya tidak dikunci kok." Sambut Ningsih yang langsung mengusap air matanya. Berusaha tetap bersikap baik baik saja dihadapan ibunya.

"Kamu gak papa, nak? Cerita sama ibu, jangan dipendam sendirian. Jaga pikiran dan hatimu agar tetap waras, nak." Bu Yati memeluk tubuh kurus anaknya. Ada getaran yang sulit dijelaskan di dalam hatinya kini.

"Ningsih baik baik saja kok, Bu. Ibu tidak usah hawatir begitu." Sahut Ningsih mengulas senyuman tipis. Sekuat hati menahan rasa perih yang begitu menyakitkan di dalam hatinya.

"Ibu sudah tau, Salwa barusan cerita. Jangan diam saja, nak. Jika memang sudah gak sanggup lebih baik pisah saja. Laki laki tak punya hati begitu tidak pantas untuk kamu pertahankan. Dia sudah begitu merendahkan harga dirimu sebagai seorang perempuan. Ibu tidak terima, meskipun kita ini orang miskin. Jangan diam saja jika ada yang bersikap dzalim. Kita berhak membela diri." Sahut Bu Yati panjang lebar. Mereka sejenak saling beradu tatap, airmata tak bisa lagi dibendung. Ibu dan anak saling tersedu. Sama sama merasakan sakit luar biasa di dalam hatinya.

"Tapi bagaimana dengan Salwa, Bu?

Ningsih tidak tega jika harus mengorbankan Salwa. Dan Ningsih juga belum cukup punya uang untuk membayar biaya pengadilan nantinya." Balas Ningsih sesak. Nasibnya kini benar benar diuji.

"Insyaallah, Salwa akan mengerti suatu saat nanti. Untuk biaya perceraian kita akan cari sama sama. Ibu punya tabungan meskipun hanya sedikit. Yang penting kamu bebas dari laki laki jahat seperti Wandi." Sahut Bu Yati dengan suara bergetar.

"Maafin Ningsih, Bu. Maafin sudah merepotkan ibu." Isak Ningsih yang tak bisa lagi menahan diri untuk tidak menunjukkan kesedihannya.

"Kamu anak ibu, sampai kapanpun kamu adalah tanggung jawab ibumu ini. Sekarang siapkan dirimu untuk menjalani kehidupan yang baru. Apa kamu masih mencintai suami kamu?" Balas Bu Yati yang ingin memastikan perasaan anak perempuannya.

"Tidak, Bu. Perasaan ini sudah mati sebelum Salwa lahir. Mas Wandi seringkali ketahuan selingkuh dan bahkan tidak mau mencukupi kebutuhanku selama ini. Itulah kenapa aku memilih pulang kembali ke rumah ini. Aku sudah tidak sanggup lagi hidup satu atap dengannya di Surabaya." Balas Ningsih yang akhirnya jujur menceritakan apa yang terjadi di dalam rumah tangganya selama ini.

"Astagfirullah, kenapa kamu diam saja selama ini. Ibu menahan diri dengan sikap suamimu selama ini, karena ibu pikir, dia baik sama kamu. Ikuti ucapan ibu, lebih baik kalian pisah. Jaga kewarasan kamu, nak." Balas Bu Yati dengan dada kembang kempis menahan marah.

"Iya, Bu. Sekali lagi maafkan aku." Lirih Ningsih dengan air mata yang tak kunjung surut.

Pukul tujuh malam, akhirnya Wandi pulang kerumah dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Ningsih yang duduk di ruang tamu bersama Bu Yati hanya menatapnya sekilas. Sedangkan Salwa tengah asik mewarnai buku gambar di depan televisi.

"Wandi, ibu mau bicara." Tegur Bu Yati dingin, matanya menyorot tajam ke arah menantunya.

"Bicara apa, Bu? Kayak penting banget, aku masih capek mau istirahat, besok pagi pagi harus balik ke Surabaya." Sahut Wandi cuek, tanpa perduli dengan permintaan sang mertua.

"Cukup, Wandi. Kali ini saja ibu mau bicara sama kamu. Hargai ibu sebagai mertua kamu." Bentak Bu Yati geram, kesabarannya sudah habis menghadapi Wandi yang memang tidak bisa menghargainya sama sekali. Wandi yang kaget langsung berhenti, mengerutkan wajahnya menatap ibu mertuanya.

"Memangnya ada apa sih? Dan ingat ya, Bu. Dirumah ini akulah yang nyari uang buat kalian semua. Jadi tidak usah bicara tinggi sama aku. Dasar keluarga benalu." Sahut Wandi dengan entengnya. Kelakuannya semakin membuat Bu Yati di kuasai amarah.

"Apa kamu bilang? Coba ulangi sekali lagi ucapan kamu itu. Apa kamu pikir, yang yang kamu berikan pada Ningsih sudah cukup banyak, hah?

Sampai sampai kamu bilang kalau dirumah ini semua makan dari uangmu itu? Jangan sombong kamu, Wandi. Uang tujuh puluh ribu satu Minggu cuma cukup apa, hah?

Mikir itu pakai otak, jangan pakai dengkul." Semprot Bu Yati tidak terima. Karena selama ini merasa sama sekali tidak pernah menumpang hidup pada menantunya itu. Bu Yati mencari uang sendiri untuk mencukupi kebutuhannya bersama Rina, adiknya Ningsih.

"Bisanya cuma minta saja kok sok sok an. Uang tujuh puluh ribu itu banyak, Bu. Kalau mau punya yang lebih banyak ya kerja. Jangan cuma bisa ngandelin aku saja." Balas Wandi yang masih tak merasa bersalah sama sekali.

"Ya ampun, Wandi. Kamu itu otaknya geser atau memang sudah rusak?

Uang tujuh puluh ribu banyak kalau itu sehari, lha ini buat satu Minggu. Anak sama istrimu sampai nahan diri gak bisa beli apa apa. Dan kamu sudah sangat menyiksa anakku selama selama ini. Lebih baik kamu ceraikan Ningsih. Biar dia tidak menderita lagi gara gara sikap kamu yang tidak tau malu ini." Bentak Bu Yati semakin geram. Dadanya naik turun dengan nafas tersengal sangking emosinya.

"Bu, sudah Bu. Nanti sakit ibu kambuh. Sudah ya, masalah Ningsih biar Ningsih selesaikan sendiri. Ningsih gak mau ibu kenapa kenapa." Ningsih memegang pundak ibunya, takut kalau penyakit darah tinggi sang ibu kambuh lagi.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Sahabat Benalu

Novel Tamat

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

#Ganti istri [Tamat]

#Wanita sebatang kara [Tempat]

#Ternyata aku yang kedua [Tamat]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

Ayu Dani

Ayu Dani

cerai talak tiga Skalian

2024-04-12

0

say

say

suami gendeng tuh c Wandi 😡

2023-09-16

2

lihat semua
Episodes
1 DTSI 1
2 DTSI 2
3 DTSI 3
4 DTSI 4
5 DTSI 5
6 DTSI 6
7 DTSI 7
8 DTSI 8
9 DTSI 9
10 DTSI 10
11 DTSI 11
12 DTSI 12
13 DTSI 13
14 DTSI 14
15 DTSI 15
16 DTSI 16
17 DTSI 17
18 DTSI 18
19 DTSI 19
20 DTSI 20
21 DTSI 21
22 DTSI 22
23 DTSI 23
24 DTSI 24
25 DTSI 25
26 DTSI 26
27 DTSI 27
28 DTSI 28
29 DTSI 29
30 DTSI 30
31 DTSI 31
32 DTSI 32
33 DTSI 33
34 DTSI 34
35 DTSI 35
36 DTSI 36
37 DTSI 37
38 DTSI 38
39 DTSI 39
40 DTSI 40
41 DTSI 41
42 DTSI 42
43 DTSI 43
44 DTSI 44
45 DTSI 45
46 DTSI 46
47 DTSI 47
48 DTSI 48
49 DTSI 49
50 DTSI 50
51 DTSI 51
52 DTSI 52
53 DTSI 53
54 DTSI 54
55 DTSI 55
56 DTSI 56
57 DTSI 57
58 DTSI 58
59 DTSI 59
60 DTSI 60
61 DTSI 61
62 DTSI 62
63 DTSI 63
64 DTSI 64
65 DTSI 65
66 DTSI 66
67 DTSI 67
68 DTSI 68
69 DTSI 69
70 DTSI 70
71 DTSI 71
72 DTSI 72
73 DTSI 73
74 DTSI 74
75 DTSI 75
76 DTSI 76
77 DTSI 77
78 DTSI 78
79 DTSI 79
80 DTSI 80
81 DTSI 81
82 DTSI 82
83 DTSI 83
84 DTSI 84
85 DTSI 85
86 DTSI 86
87 DTSI 87
88 DTSI 88
89 DTSI 89
90 DTSI 90
91 DTSI 91
92 DTSI 92
93 DTSI 93
94 DTSI 94
95 DTSI 95
96 DTSI 96
97 DTSI 97
98 DTSI 98
99 DTSI 99
100 DTSI 100
101 DTSI 101
102 DTSI 102
103 DTSI 103
104 DTSI 104
105 DTSI 105
106 DTSI 106
107 DTSI 107
108 DTSI 108
109 DTSI 109
110 DTSI 110
111 DTSI 111
112 DTSI 112
113 DTSI 113
114 DTSI 114
115 DTSI 115
116 DTSI 116
117 DTSI 117
118 DTSI 118
119 DTSI 119
120 DTSI 120
121 DTSI 121
Episodes

Updated 121 Episodes

1
DTSI 1
2
DTSI 2
3
DTSI 3
4
DTSI 4
5
DTSI 5
6
DTSI 6
7
DTSI 7
8
DTSI 8
9
DTSI 9
10
DTSI 10
11
DTSI 11
12
DTSI 12
13
DTSI 13
14
DTSI 14
15
DTSI 15
16
DTSI 16
17
DTSI 17
18
DTSI 18
19
DTSI 19
20
DTSI 20
21
DTSI 21
22
DTSI 22
23
DTSI 23
24
DTSI 24
25
DTSI 25
26
DTSI 26
27
DTSI 27
28
DTSI 28
29
DTSI 29
30
DTSI 30
31
DTSI 31
32
DTSI 32
33
DTSI 33
34
DTSI 34
35
DTSI 35
36
DTSI 36
37
DTSI 37
38
DTSI 38
39
DTSI 39
40
DTSI 40
41
DTSI 41
42
DTSI 42
43
DTSI 43
44
DTSI 44
45
DTSI 45
46
DTSI 46
47
DTSI 47
48
DTSI 48
49
DTSI 49
50
DTSI 50
51
DTSI 51
52
DTSI 52
53
DTSI 53
54
DTSI 54
55
DTSI 55
56
DTSI 56
57
DTSI 57
58
DTSI 58
59
DTSI 59
60
DTSI 60
61
DTSI 61
62
DTSI 62
63
DTSI 63
64
DTSI 64
65
DTSI 65
66
DTSI 66
67
DTSI 67
68
DTSI 68
69
DTSI 69
70
DTSI 70
71
DTSI 71
72
DTSI 72
73
DTSI 73
74
DTSI 74
75
DTSI 75
76
DTSI 76
77
DTSI 77
78
DTSI 78
79
DTSI 79
80
DTSI 80
81
DTSI 81
82
DTSI 82
83
DTSI 83
84
DTSI 84
85
DTSI 85
86
DTSI 86
87
DTSI 87
88
DTSI 88
89
DTSI 89
90
DTSI 90
91
DTSI 91
92
DTSI 92
93
DTSI 93
94
DTSI 94
95
DTSI 95
96
DTSI 96
97
DTSI 97
98
DTSI 98
99
DTSI 99
100
DTSI 100
101
DTSI 101
102
DTSI 102
103
DTSI 103
104
DTSI 104
105
DTSI 105
106
DTSI 106
107
DTSI 107
108
DTSI 108
109
DTSI 109
110
DTSI 110
111
DTSI 111
112
DTSI 112
113
DTSI 113
114
DTSI 114
115
DTSI 115
116
DTSI 116
117
DTSI 117
118
DTSI 118
119
DTSI 119
120
DTSI 120
121
DTSI 121

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!