#3

Tak butuh waktu lama untuk menuruni tangga darurat ini, tibalah kami di lantai bawah yang terlihat masih padat penduduk ( para karyawan/i) ada yang terlihat masih Engan untuk balik ada pula yang masih menikmati rok*k sambil berbincang.

      Kami berdua melanjutkan langkah Rinda berbelok arah berjalan menuju rak di mana ia menyimpan helem miliknya, dan aku berjalan menuju arah pintu keluar memutuskan untuk menunggunya di luar saja, jika aku tetap berada di dalam bisa di pastikan aku susah bernapas karena begitu sesak, mereka yang masi berada di sana kelihatannya sangat betah, hawa tubuh manusia terasa panas sampai kipas yang Segede gaban gak terasa anginnya, padahal sedari tadi jelas-jelas kipas itu terus berputar dengan sangat kencang.

     Tak berselang lama sahabatku itu keluar dengan menenteng helem dan berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikitpun sampai aku yang di lewatinya mematung tak percaya, baru saja kita bersama beberapa menit lalu kini dia mendiamkan ku seolah tak mengenalku ketika melewati ku, aku masih berdiri di tempat yang sama memperhatikan Rinda dengan seksama yang kini langkahnya semakin jauh meninggalkan aku yang sedari tadi terpaku dengan tingkahnya yang berubah drastis, tak berselang lama dari kejauhan aku melihatnya membalik kan badan melangkah kembali ke arahku entah, mungkin ia melupakan sesuatu aku tak tau aku pura-pura tak melihat dan langsung memainkan ponsel milikku padahal aku tak membuka satu aplikasi pun, aku hanya memperhatikannya lewat ekor mata saja, ia berjalan menuju tempat aku berdiri saat ini, setibanya di sampingku sahabatku itu tanpa rasa bersalah ia lalu memukul lenganku, jika aku tak menggenggam erat ponselku mungkin sudah menjadi ponsel terbang di buatnya.

" astaga Dewi aku sampai lupa klau kita pulang bareng " ucapnya.

Sontak saja aku membuka mulut membentuk huruf o tak percaya dengan apa yang aku dengar barusan dan seketika aku menutup mulut kembali sembari  menggelengkan kepala.

" gini amat ya punya temen pelupa " gumamku dengan suara yang sangat pelan tapi itu mampu membuat Rinda menoleh kearah ku, bukannya marah ia malah menggaruk kepalanya yang aku rasa itu tidak gatal dan tersenyum tanpa dosa.

   

      Oh iya dari awal sampai detik ini aku belum memperkenalkan diri ya, nama aku Dewi Yulfiana putri umur aku 18 tahun baru saja tamat SMA setahun yang lalu, 18 tahun itu masih terbilang remaja ya ?? aku gak tau juga.

      Lanjut cerita, iya menarik pergelangan tangan ku menuntunku mengikuti langkahnya, dengan perlahan tapi pasti aku yang tadinya berada di belakangnya kini sudah mensejajarkan langkah tepat di sampingnya dan melepaskan pegangan tangannya yang sedari tadi menarik ku udah kaya emak-emak marahin anaknya yang kedapatan pacaran di kegelapan malam haduh, kami berjalan menuju eskalator yang berada di parkiran bawa gedung ini, mau di katakan lantai basement takut salah karena masih ada lagi lantai paling bawa. 

       Kali ini kami tak langsung pulang karena bentar lagi menunjukan waktu magrib kata orang tua terdahulu klau waktu magrib tiba jangan berkeliaran di jalanan tepatnya di luar rumah, aku dan sahabatku itu memutuskan untuk tetap berada di mall ini, yang tentu saja berada di luar area tempat kerja kita berdua, sore ini terlihat sangat begitu ramai pengunjung mall di tambah lagi bertepatan dengan waktu weekend, jadi wajar saja klau terlihat sangat ramai sekali.

      Para pengunjung terlihat sangat antusias, ada yang memboyong anak dan istri serta orang tua mereka, pasangan remaja dan juga kumpulan para geng sosialita, entah hanya untuk sekedar jalan-jalan melepas penat kala berada di rumah, atau datang berbelanja kebutuhan sehari-hari sambil menikmati kuliner yang berada di area mall ini dan mungkin juga menemani anak-anak mereka di wahana permainan.

      Puas dengan mengelilingi dan mengomentari hal yang tidak penting, dari segi penataan atau penampilan yang entahlah namanya juga ciwi-ciwi julit, dan belum tentu komentar itu akan di dengar oleh sang empu karena komentar itu yang dengar hanya kami berdua saja. 

       Setelah kami rasa waktu magrib telah usai, kami berdua memutuskan untuk kembali turun ke bawah, sebelum menuju parkiran motor dan benar-benar meninggalkan area mall ini Rinda menyempatkan diri untuk membeli cemilan yang tak pernah absen jika aku dan dia mengelilingi mall ini, tak lupa ia mengajakku menghampiri kedai tersebut, aku yang di ajaknya hanya mengikuti saja kemana arah langkahnya, berbeda klau aku membawa uang udah pasti aku antusias mensejajarkan langkahku dengan langkahnya.

      Ya kedai ini sudah menjadi langganan kami berdua lihat saja ketika Rinda menghampiri mbak-mbak yang berada di kedai itu tanpa harus sahabatku itu  menyebut apa yang ia mau mbak kedai itu langsung membuatkan, mbak itu hanya bertanya

" berapa porsi  " sambil melirikku sekilas, yang langsung di balas oleh Rinda 

" seperti biasa mbak 2 "

Yang di balas lagi oleh mbak kedai dengan anggukan.

        Dengan cekatan mbak kedai itu sangat lihai membuat cemilan, yang dalam penglihatan ku itu sangat rumit yang belum tentu aku bisa membuatnya sendiri, karena semenjak aku bekerja aku hanya memasak makanan yang menurutku gampang di buat dan tidak membuat ku kesusahan atau menguras waktu, cukup tenaga dan juga waktu ku tersita di tempat kerja, karena menjadi SPG itu tak semudah/segampang yang terlihat di depan mata saja, yang di benak orang cuman berdiri seperti patung manekin berdandan menor, sayangnya di belakang layar harus menyelesaikan laporan harian/bulanan belum lagi menghitung barang dan klau ada barang yang datang harus kita sendiri yang mengambilnya dari expedisi, belum lagi klau ada barak reject aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk naik turun bolak balik dari ruang spv ke ruang HRD dan manager terakhir ruang expedisi lagi, baru memikirkannya saja sudah membuatku sakit kepala apa lagi klau mengerjakannya terkadang harus lembur, aku memang memiliki partner kerja tapi tak bisa aku harapkan, setiap kali aku alihkan ke partner kerjaku pasti semuanya berantakan dan harus mulai dari awal lagi.

         Lanjut ke cemilan tadi, tak berselang lama mbak kedai selesai membuat dua porsi cemilan yang di pesan, dan memberikannya ke Rinda yang langsung di sambut oleh sahabatku itu sambil memberikan dua lembar uang berwarna biru, tak lupa ia menunggu kembalian dari sisa uang miliknya.

        Selesai bertransaksi aku dan Rinda mencari tempat duduk agar dengan mudah menyantap cemilan tersebut, setelah mendapatkan tempat aku mendaratkan bo*k*ng ku di kursi di ikuti dengan Rinda yang duduk di sampingku, tak lupa iya menyimpan tas dan juga helem miliknya di meja yang tepat berada di hadapan kami.

Ia tak hanya membeli cemilan tapi juga membeli minuman entah kapan aku sendiri tak sadar hal itu, ya beginilah kami klau salah satu di antara kami lagi ketimpa durian runtuh walau pun tak mahal asal ikhlas, itu ajha udah senang.

Setelah cemilan yang kami santap  bersih tak tersisa udah kayak orang kelaparan, kami berdua gegas keluar mall menuju parkiran kali ini aku dan sahabatku itu benar-benar pulang, meninggalkan parkiran mall menuju jalanan yang begitu ramai, jika menggunakan motor begini ke tempat aku tinggal memakan waktu tak kurang dari 45 menit lamanya aneh kan bukan cepat sampai malahan lambat, sahabatku itu terlebih dahulu mengantarku pulang, setelah itu ia berbalik arah roda dua miliknya dan melajukan motornya menghilang di balik keramaian jalanan malam.

      Aku kembali menaiki anak tangga, tiap hari rasanya kaki ini gak henti-henti naik turun tangga, aku berjalan ke arah kamar membuka pintu menggunakan kunci yang sedari tadi aku genggam setelah pintu kamar terbuka aku gegas masuk dan menutup pintu kembali, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu aku langsung membaringkan badan ku di kasur yang berukuran kecil hanya muat satu orang saja.

Baru juga aku menutup mata aku langsung teringat akan Rinda seharian ini dia mentraktirku tapi tak ada ucapan terimakasih sekalipun dariku, aku menepuk jidat dan dengan gerakan secepat kilat aku langsung mengambil ponselku kubuka aplikasi B**

" Rin maaf ya aku lupa bilang makasih, makasih banyak ya untuk hari ini, klau aku dapat rejeki nanti gantian aku yang traktir " tanpa menunggu balasan aku langsung mematikan cahaya ponsel milikku dan melanjutkan aksiku menutup mata, sungguh hari-hari ku di penuhi dengan kepenatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!