TERHALANG RESTU HANYA KARENA SEORANG SPG
Hangatnya sinar mentari di pagi ini.
Memeluk setiap bagian tubuhku dan menjadi teman dalam setiap perjalanan ku.
Ingin terasing dengan alam bebas terasing dalam sebuah lamunanku.
Melihat hamparan Padang Savana yang luas hingga aku terlelap bersama sang malam.
Hidup hanya sekali aku tak ingin menyia-nyiakan hidupku bersama sifon pagiku.
Sebelum berangkat kerja pagi ini aku awali aktifitas ku dengan menyiram tanaman yang berada di halaman kamar kost kebetulan mulai kelihatan layu, entah sudah berapa lama tak di siram oleh sang empunya.
Setelah selesai dengan menyiram tanaman aku bergegas masuk untuk melaksanakan ritual mandi, tiga pulu menit berlalu selesai dengan ritual mandi ku aku keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan badan dari sisa air yang masih menempel di badan dan langsung menggunakan seragam kerja tak lupa aku memoles wajahku dengan make up yang mungkin kelihatan menor tapi gak dempulan.
Yah aku hanyalah seorang karyawati yang bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di kota ini sebagai SPG, entah mengapa sebagian orang menganggap pekerjaan itu hal yang rendah padahal halal lho guys.
Aku melirik sekilas ke cermin untuk memastikan kembali make up ku sudah sesuai dengan standar, aku berbalik berjalan ke arah tempat tidur meraih tas hitam milikku dan bergegas keluar kamar tak lupa pula menguncinya, selain aku seorang SPG di kota ini aku ngekost dan hanya sebatang kara.
Aku menempuh perjalan dari kost ke tempat aku bekerja hanya memerlukan 20 menit dengan berjalan kaki, aku sengaja mencari tempat tinggal tak jauh dari tempat aku kerja agar setiap waktu makan siang aku bisa pulang, klau makan di rumah kan gak boros amat sayang duit harus hemat.
Kini aku berada tepat di depan gedung tempat aku bekerja, suasana setiap paginya selalu ramai dengan karyawan dari berbagai departemen, aku membawa kaki ini terus melangka memasuki gedung itu dan berhenti tepat di depan livt yang entah sejak kapan mereka berdiri di depan sana, jika aku mengikuti mereka menggunakan livt aku bisa ikut terlambat, lantai tempat kerja kami berada tepat di lantai empat dan untuk naik ke atas bisa menggunakan livt atau tangga darurat.
Aku berbelok berjalan kearah pintu terbuka yang menunjukan tangga darurat berada di sebelah sana, melihat para pekerja berdesakan ingin memasuki livt aku mengurungkan niat ku untuk menggunakan livt, kerja aku yakin jika berdesakan seperti itu akan menimbulkan sesak dan hawa panas.
Aku bergegas menaiki anak tangga secara perlahan agar tidak mengeluarkan keringat dan tentunya tidak merasa capek juga karena klau tergesa-gesa bisa basah kuyup aku sampai atas di sebabkan oleh keringat, sesampainya aku di lantai empat tepat di ruang locker aku meraih cermin kecil yang memang sengaja aku membawanya untuk memastikan make up ku baik-baik saja.
Sambil menunggu pintu ruangan menuju akses perbelanjaan di buka oleh sekuriti, para pekerja lainya mengobrol ada yang bergosip ringan ada yang memperbaiki make up ada juga yang memainkan ponsel miliknya seperti aku saat ini, duduk di pojokan sambil memainkan ponsel milikku sesekali aku membuka aplikasi untuk memastikan apakah ada pesan masuk untukku ngarep dikit gapapa.
Waktu menunjukan pukul delapan Am, kini pintu telah di buka semua para pekerja memasuki ruangan, sebelum aktifitas inti di lakukan kami para karyawan harus membersihkan area terlebih dahulu menata kembali barang yang mungkin sedikit berantakan.
Setelah di rasa semua sudah cukup bersih dan rapi, aku gegas mengambil buku laporan bulanan di laci dan memeriksanya kembali, maklum sif malam bukan tugas aku dan untuk memastikan kembali aku harus mengecek keseluruhan barang yang tersisa saat ini.
Keseriusanku dalam bekerja tak perlu di ragukan lagi, ketika sedang bekerja aku selalu profesional aku tak ingin ada kesalahan sedikit pun, saking serius aku sampai tak sadar klau sahabatku sedari tadi berada tepat di sampingku sambil mengamati apa yang ku lakukan.
Aku sekilas menoleh ke lantai aku di kagetkan dengan bayang yang berdiri tepat dekat dengan bayangan milikku, sebelum sekuriti membuka toko dengan sempurna lampu ruangan di nyalakan dengan posisi remang-remang, buat yang pacaran satu tempat kerja bisa pegangan tangan sambil beberes kan.
Kembali ke bayangan tadi sebelum aku menjerit aku melihat bayangan itu ingin menyentuh pundak ku, aku bergerak perlahan niat hati ingin menghindar dari bayangan itu malah tangan aku yang di tarik aku kaget dong gumamku
"kok bayangan bisa nyentuh",
Aku langsung membalikan badan untuk memastikan itu bukan hantu atau dedemit ya kan, karena terdengar kabar burung di ruangan ini selalu terjadi hal-hal aneh.
Setelah aku membalikan badan ternyata yang sedari tadi dengan aku itu Rinda ingin rasanya aku marah dan ngomel karena udah mengganggu aktifitas ku tapi aku urungkan karena melihat dia hanya cengengesan gak jelas, yang menjadi pertanyaan di benakku sejak kapan dia datang perasaan di belakang tadi gak kelihatan biasanya klau di masuk pagi pasti ngumpul bareng ngegosip yang gak penting dulu baru masuk, lah ini udah kaya jailangkung datang tak di undang malah gak mau pergi, eh tunggu mau pergi ke mana orang counter dia berada tepat di samping aku kan aneh juga aku ini.
Tak berselang lama lampu-lampu ruangan di nyalakan dengan sempurna itu menandakan toko akan segera di buka, kami para karyawan karyawati segera maju dan berdiri tepat di mana yang sudah di tentukan oleh pengawas, setelah pintu terbuka lebar satu persatu para pengunjung pusat perbelanjaan mulai berdatangan, memilih dan memilah barang yang mereka butuhkan atau hanya sekedar tanya-tanya doang.
Entah mengapa perhatianku tertuju ke Rinda yang sedari tadi tak mau pindah dari posisinya berdiri perasaan di sana bukan counter dia deh, semakin aku perhatikan aku semakin penasaran di buatnya, ada yang gak beres dengan anak itu, mumpung lagi sepi aku berjalan menuju tempat di mana Rinda berada dan ikut berdiri di sampingnya.
Aku berbisik dan bertanya
" ngapain gak balik ke counter udah selesai Nerima pengunjung juga udah kaya manekin ajha berdiri di sini," sekilas dia menoleh ke arah ku lalu kembali menoleh ke depan, dan melepas senyum yang di mataku itu sangat aneh banget tanpa menjawab pertanyaan ku, aku mengikuti arah pandangannya yang aku lihat lelaki berparas rupawan, aku paham sekarang mengapa dia tetap berada di sini, dia lelaki itu karyawan di departemen sebelah aneh saja menurutku ganteng tapi aaah entah lah.
Aku mengajak Rinda untuk balik ke counter lagi karena jikalau ketahuan bakal kena sangsi dari pengawas, Rinda yang kutarik tangannya itu hanya menuruti dan mengikuti ku dari belakang.
Tak berselang lama waktu menunjukan pukul dua belas menandakan waktu istirahat makan siang, aku yang memang sengaja tak membawa uang di karenakan ingin pulang makan di kost ajha, aku melangkah menuju pintu belakang meninggalkan area, di susul dengan Rinda berlari kecil menghampiri aku dan berjalan tepat di sampingku, dia menawarkan untuk makan berdua di kantin atas, belum sempat aku mengatakan bahwa aku ingin balik ke kost, dia malah melanjutkan niatnya mentraktir ku karena baru mendapatkan durian Runtu.
Jujur ingin rasa menolak ajakan takut nanti pikiran malah di manfaatin, sesampai di kantin Rinda berpesan ambil sesuka hati, nih anak klau lagi punya pasti boros banget gak mikir gajian masih lama, dia bukan hanya sekedar teman atau sahabat dia melebihi dari saudara, tempat berbagi suka duka, kita berdua memang slalu seperti ini jika sala satu di antara kami mendapat rezeki aku atau dia pasti mentraktir, klau tak makan di kantin ya makan di luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments