Episode 3

Empat tahun kemudian......

Waktu berlalu begitu cepat. Empat tahun telah Jenna lewati dengan penuh lika-liku, namun tak membuatnya menyerah. Seperti siang ini, ia masih gigih mencari lowongan pekerjaan melalui internet di ponselnya. Ia baru saja di pecat dari pekerjaannya dan harus segera mencari pekerjaan baru.

Siapa sangka, saat memainkan ponselnya, sebuah berita online menarik perhatiannya. Berita tentang di selenggarakannya pernikahan mantan suaminya dengan seorang wanita cantik anak pengusaha ternama.

Ingin sekali Jenna membanting ponselnya melihat senyum pria yang pernah benar-benar menyakitinya tersebut meskipun di layar ponselnya. Lama tak penah ada kabar, tiba-tiba pria itu muncul dengan berita pernikahan keduanya dengan anak bos perusahaan yang cukup besar.

Jenna menoleh ke arah kedua buah hatinya yang ia lahirkan empat tahun yang lalu dengan penuh perjuangan tersebut. Dulu, Kevin yang ngeyel ingin memiliki anak tak peduli dengan cara apapun, namun pada akhirnya pria itu membuang mereka begitu saja.

"Pasti kamu akan menyesal jika tahu anak-anak yang aku lahirkan begitu tampan dan cerdas," gumam Jenna dalam hati sambil terus menatap kedua putranya yang kini sedang sibuk melakukan streaming di sebuah aplikasi. Ya, siapa sangka jika kedua buah hatinya yang mati-matian ia pertahankan itu tumbuh menjadi anak-anak yang sangat pintar.

Meski usia mereka masih empat tahun, tapi kepintaran mereka bisa saja mengalahkan orang dewasa. Mereka mengandalkan ketampanan dan kecerdasan otak mereka untuk live di sebuah aplikasi yang bisa menghasilkan uang untuk membantu ibunya.

Jenna sudah melarang meraka melakukannya. Bagaimanapun caranya ia akan berusaha buat mencari uang tanpa harus melibatkan kedua anaknya. Tapi, si kembar yang pintar tahu betul akan kondisi keuangan ibunya meski Jenna selalu bilang jika ia punya uang banyak untuk hidup mereka dan tak perlu khawatir soal apapun.

Tapi, lagi dan lagi mereka tetap mencari uang dengan mengandalakn live tersebut karena dengan ketampanan dan kepintaran yang mereka miliki, akan banyak hadiah yang mereka terima.

Jenna menghela napas melihat tingkah kedua bocah laki-laki tersebut. Ada rasa sedih hinggap di hatinya ketika melihat pemandangan seperti itu. Sebagai ibu, ia merasa bersalah. Tapi, mau bagaimana lagi, anak-anak itu yang ngeyel, mereka bilang mereka suka melakukannya.

Dari segala lika-liku hidupnya tersebut, Jenna tak pernah menyesalinya. Ia merasa sangat beruntung karena memiliki Regan dan Riley dalam hidupnya. Hal yang paling ia syukuri telah melahirkan mereka kedunia ini.

Muak dengan berita pernikahan tersebut, Jenna kembali mengulir layar ponselnya hingga ia akhirnya menemukan sebuah lowongan pekerjaan.

Tanpa ragu, ia segera mengajukan lamaran. Berharap kali ini ia akan di terima karena ia benar-benar butuh pekerjaan ini.

......

Esok harinya, setelah menitipkan Regan dan Riley kepada temannya yang bernama Rosa, Jenna langsung pergi menuju ke alamat yang di tunjukkan di lowongan pekerjaan kemarin.

Dengan memakai pakaian seadanya yang penting rapi dan sopan, Jenna siap melakukan wawancara untuk menjadi seorang pengasuh sekaligus perawat, begitulah yang di tulis dalam lowongan kemarin.

Jenna masih harus menunggu beberapa saat lamanya hingga seorang laki-laki berkaca mata menghampirinya.

"Nona, Jenna?" sapa pria itu yang Jenna pikir adalah ayah dari anak yang akan ia asuh. Atau kalau tidak pria ini anak dari seorang lansia yang butuh bantuan seorang pengasuh. Apapun itu, Jenna tak peduli, asal ia bisa bekerja dan mendapatkan uang.

"Iya, saya Jenna, pak," balas Jenna sembari berdiri dan mengulurkan tangannya, namun pria itu tak menyambut uluran tangannya.

"Ikut saya!" ucap pria itu jutek.

Jenna hanya tersenyum tipis sembari menghela napas. Ia ikuti langkah pria berkaca mata tersebut menuju sebuah ruangan.

Tok tok tok

Pria berkaca mata itu mengetuk pintu sebelum akhirnya ia membuka pintu ruangan tersebut tanpa menunggu di persilakan masuk ke dalam. Jenna hanya mengikutinya di belakang.

"Tuan muda...." pria berkaca mata itu menyapa seorang pria yang duduk di kursi roda dengan menghadap ke jendela.

"Sudah ku bilang, Yon! Aku nggak butuh perawat apalagi pengasuh!" ucap pria yang duduk di kursi roda tersebut tanpa menoleh.

"Tapi, tuan. Ini perintah nyonya besar," ujar pria yang tak lain adalah asistenbya tersebut.

"Kamu bekerja untukku atau ibuku?" ujar pria itu sembari memutar kursi rodanya.

" Semoga kali ini Anda cocok," ucap sang asisten bernama Dion tersebut. Yang mana membuat Jenna heran, apa dia tidak perlu wawancara terlebih dahulu dan langsung di terima, pikirnya.

"Perkenalkan dirimu, nona!" ucap Dion.

Jenna yang sejak tadi menunduk akhirnya mengangkat kepalanya. Begitu menatap wajah pria dingin di depannya, Jenna menelah salivanya susah payah. Bagaimana bisa pria itu mirip sekali dengan kedua anak kembarnya.

Jenna menggeleng," Bagaimana bisa semirip ini?" batinnya mendadak panas dingin di sekujur tubuhnya.

"Kamu bawa saja dia keluar, Yon. Aku nggak butuh perawat seperti dia, belum apa udah tremor," ucap pria itu.

Dion menghela napas, "Nona, perkenalkan diri Anda kepada tuan muda," ucapnya menyenggol lengan Jenna yang masih linglung dengan pikirannya.

"Ah iya, nam-nama Saya Jenna, tuan. Ya, Jenna!" ucap Jenna gagap.

"Saya nggak nanya! Keluar kamu dari sini. Mau-maunya di repotin sama manusia ini buat datang kesini, kamu hanya buang-buang waktu!" usir pria itu.

Jenna menghela napas, ia sangat butuh pekerjaan ini, tapi barus pertama kali ketemu saja sudah bikin senam jantung begini. Apalagi wajahnya yang sangat mirip dengan si kembar.

"Nona, Anda bisa mulai bekerja hari ini!" mengabaikan perintah bosnya, Dion malah pamit keluar.

Jenna bingung harus bagaimana sekarang. Ternyata yang akan ia asuh adalah seorang pria dewasa yang duduk di kursi roda dengan perangai dingin. Bukan anak kecil maupun lansia yang pasti akan lebih mudah ia asuh. Aplagi pria ini jelas-jelas menolak kehadirannya. Semakin berat tugasnya. Tapi, dia butuh, Jenna menjadi di lema.

"Apa?" sentak pria tersebut yang mana membuat Jenna tergagap.

"Tidak tuan, maaf saya permisi sebentar!" pamit Jenna.

"Nggak usah balik sekalian!" teriakan pria itu terdengar meski Jenna sudah melewati pintu.

Jenna mengejar Dion, "Pak Dion, tunggu!" sergah Jenna.

Dion berhenti, "Ada apa nona?" tanyanya.

"Saya tidak perlu wawancara atau di tes gitu? Langsung di terima? Apa ini tidak aneh?" tanya Jenna, "Apalagi tadi pak dion dengar sendiri, tuan muda itu tak mau aku rawat," imbuhnya.

"Anda hanya perlu menebalkan telinga dan kuatkan hati seperti baja. Betah-betah dengan sikapnya, jika berhasil bertahan sebulan, Anda akan mendapatkan bonus yang lumayan," ucap Dion.

Jenna tak mengerti dengan maksud ucapan Dion.

"Anda adalah perawat yang ke dua puluh lima," ucap Dion dan langsung melenggang pergi.

Jenna menghela napas, sekarang dia paham maksud ucapan Dion tadi.

"Ke dua puluh lima? Nggak heran sih, orangnya kayak gitu, mana ada yang betah. Tapi, katanya bonusnya lumayan gede, gimana dong?" Jenna dilema sendiri jadinya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

jaran goyang

jaran goyang

ᥡᥱs.... ᥲᥡһ kᥒძg ᥒᥡ

2024-10-29

0

Muawanah

Muawanah

jgn2 anak yg jena lahirkan, anaknya tuan muda yang dia akan asuh 🤔🤔🤔🤔😁

2024-03-03

4

we

we

terima Jenna...

2024-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!