Episode 2

Jenna mulai mengerjapkan matanya, tangannya memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Tanpa ia sadari, kini ia sudah terbaring di rumah sakit dengan selang infus di tangannya.

"Udah sadar? Makanya jangan banyak tingkah, jadi gini kan jadinya!" baru saja membuka matanya, Jenna sudah di suguhi suara kebencian dari ibu tirinya. Di sana juga ada ayah kandunga dan juga saudara tirinya.

"Pa..." Jenna tak peduli dengan ibu tiri dan suadara tirinya. Pandangannya langsung fokus pada pria yang menjadi cinta pertamanya tersebut.

Belum juga ayahnya bicara, terdengar suara seorang wanita yang membuka pintu. Tak lain adalah ibu mertuanya yang baru saja tiba.

"Sudah sadar kamu? Baguslah kalau begitu, berarti tak butuh waktu lama-lama buat bercerai dengan putraku!" ucap ibu mertuanya tanpa basa-basi meski sekedar menanyakan kabarnya.

"Ma, apa tidak bisa kita bahas itu nanti? Aku lagi sakit. Kita bisa bicarakan hal itu lagi nanti," ucap Jenna lemah. Namun ibu mertuanya hanya mencebikkan bibirnya sebagai tanggapan lalu melengos. Terlalu malas menatap wajah menantunya tersebut.

"Katakan pada papa, siapa ayah dari anak yang kamu kandung itu, Jenna?" tanya Hardian, ayah Jenna.

Jenna terkejut mendengar pertanyaan papanya. Entah berapa lama ia tak sadarkan diri hingga berita itu menyebar dan di ketahui oleh semua orang.

Jenna bungkam, ia tentu tak bisa menjawab pertanyaan ayahnya tesebut sementara ia sendiri juga tidak tahu siapa pria yang menjadi ayah biologis anak-anaknya tersebut. Terlebih lagi, ia tak mungkin membuka aib suaminya yang mati-matian selama ini ia sembunyikan.

"Kenapa nggak di jawab? Nggak tahu sangking banyaknya yang bercocok tanam? Atau... Malu mengakui? Palingan juga putri kesayanganmu ini selingkuh dengan pacarnya yang dulu itu mas. Bodoh memang, udah dulu di tinggalin nikah, untung ada Kevin yang datang sebagai pelipur lara, eh malah main belakang," ibu tiri Jenna sengaja menjadi kompor supaya suaminya semakin murka dengan Jenna.

"Iya, kapan hari aku lihat dia jalan sama mantanya itu. Nggak tahu deh mereka ngapain, kayak habis ceck out hotel gitu kayaknya sih," sudar tiripun ikut menjadi kompor dan itu fitnah paling kejam. Jenna tak pernah lagi berhububgan dengan laki-laki siapapun sejak menjalin hubungan dengan Kevin.

"Jangan sembarangan ngomong kamu," tegur Jenna tak terima.

"Ck, memang ya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dulu ibunya pergi ninggalin anak dan suamianya demi pria lain. Sekarang anaknya nurunin jadi tukang selingkuh. Aduh mas, kasihan sekali nasibmu," semakin menjadilah drama yang di buat ibu tirinya.

"Papa tidak pernah mengajari kamu menjadi wanita murahan seperti ini, Jenna. Siapa laki-laki itu, benar mantanmu?" di antara suara-suara menyakitkan tersebut, pertanyaan dari ayahnyalah yang paling menyakitinya. Pertanyaan itu mengisyaratkan ketidakercayaan pria itu terhadapnya. Tak ada hal lebih menyakitkan kecuali hilangnya rasa percaya dari ayahnya sendiri hingga Jenna benar-benar kehilangan kata-kata.

"Cepatlah minta maaf sama ibu mertuamua dan buat keputusan untuk menggugurkan kandungan itu!" ucap pak Hardian kemudian.

Jenna menggeleng, "Jenna nggak bisa, pa. Jenna nggak mungkin membunuh janin yang tak berdosa ini. Mereka anak-anak Jenna. Maafkan Jenna," ucapnya sedih. Bagaimana caranya membuat semua orang mengerti dan tak menyudutkannya tanpa harus memberitahu mereka jika suaminyalah yang bermasalah dengan organ reproduksinya hingga proses inseminasi buatan itu terjadi dan berakhir dengan kehamilannya sekarang. Bukan karena ia selingkuh seperti tuduhan semua orang.

"Baiklah kalau kamu tidak mau mengakui kesalahanmu. Selama kamu masih kekeh dengan keputusanmu, jangan pernah lagi menganggapku sebagai ayah. Terserah padamu mau berbuat seperti apa, papa tidak peduli lagi! Ayo ma, kita pergi. Anggap aja dia bukan siapa-siapa!" Hardian mengajak istrinya pergi dari sana dengan membawa amarah bersamanya tanpa mempedulikan raungan Jenna.

......

Tak lama setelah ayahnya pergi, Kevin datang. Jenna senang atas kehadiran suaminya tersebut. Berharap semuanya akan membaik. Namun ternyata ia salah. Pria itu datang hanya untuk semakin menekan mentalnya.

"Bagaimana? Kau sudah buat keputusan? Mau menggugurkan anak itu?" tanya Kevin.

Jenna kira, Kevin masih ada rasa peduli kepadanya, bahkan pria itu juga sama sekali tak peduli akan kondisinya saat ini.

"Maaf, Vin. Tapi keputusanku tetap bulat. Aku akan tetap mempertahankan mereka. Aku harap kamu mengerti dengan keputusanku," ucap Jenna.

"Dasar wanita tidak tahu diuntung! Berani sekali kamu melawan keinginanku!" hardik Kevin.

"Bukan begitu Vin, kita sama-sama tahu, kalau kamu tidak mungkin bisa memberiku anak dengan keadaanmu yang seperti ini,"

"Kau meremehkanku, Jenna? Sudahku bilang, aku pasti sudah sembuh!" sentak Kevin.

"Maaf, aku tetap tidak bisa," ujar Jenna kekeuh dengan pendiriannya.

Kevin mengusap wajahnya kasar, "Baiklah kalau itu keputusanmu. Kita bercerai! Dan kau tahu? Dengan begini semua orang akan semakin yakin dan percaya jika di sini kaulah yang salah karena selingkuh dariku," ucapnya.

"Kau yang paling tahu tentangku, Vin. Kau tahu, aku Tidak mungkin selingkuh di belakangmu!"

Kevin tersenyum sinis, "Dan kau pikir orang-orang akan percaya denganmu? Bukti sudah jelas, kalau itu bukan anakku. Apalagi lagi alasan buatmu mengelak. Mereka akan lebih percaya denganku. Sudahlah, buang-buang waktu bicara denganmu," ujarnya dan langsung pergi begitu saja.

Jenna tak lagi bisa membendung air matanya. Ia yang selama ini berusaha menerima kekurangan suaminya yang mengidap gangguan pada organ reproduksinya yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Ia yang selalu berusaha menutupi kekurangan sang suami di mata semua keluarga dan teman-temannya meski selalu ia yang di pojokkan karena tak kunjung punya anak. Ia yang selalu menjadi bahan kebencian ibu mertuanya karena tak juga memberikan cucu, padahal putranya yang menderita impoten bahkan tak bisa menyentuhnya layaknya suami istri sama sekali justru di balas seperti ini oleh suaminya.

Jenna tak menyangka jika kevin bisa sekejam ini menyebar fitnah jika ia selingkuh, padahal semua ini ia lakukan untuk pria yang ia cintai tersebut. Ternyata, pria yang selama ini ia cintai tanpa syarat tersebut sekejam ini padanya.

.....

Tiga hari di rawat, tak ada satupun yang datang untuk menjenguk Jenna di rumah sakit semenjak kejadian kemarin. Hingga hari ia di perbolehkan untuk pulang. Betapa terkejutnya ia saat menginjakkan kakinya di rumah, di depan pintu ada koper berisi semua pakaiannya.

"Silakan kamu mempertahankan keputusanmu, dan aku juga tetap dengan keputusanku. Tidak mau menggugurkan, berarti kita cerai. Silakan pergi dari rumah ini dan Jangan pernah kamu mengharapkan sepeserpun hartaku," ucap Kevin yang baru saja keluar.

Jenna mengusap air matanya yang menetes. Tak ada lagi yang bisa ia katakan karena keputusannya tetap bulat untuk tetap melahirkan anaknya. Ia menyeret kopernya meninggalkan rumah tersebut tanpa menoleh. Membawa rasa sedih dan kecewa bersamanya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Sri Siyamsih

Sri Siyamsih

langkah yg bnr jena, kita tau bagsimna rasanya mau punya momomgan sulit. ttp semangat demi sang buah hati. mudah"an kelahiran mereka membawa berkah.

2024-12-04

1

jaran goyang

jaran goyang

ᥲmі𝗍'

2024-10-29

0

Siska Sutartini

Siska Sutartini

kalo sudah seperti ini mending bongkar aja kekurangan kevin. enak aja udah dia yg gak sehat malah mengkambinghitamkan org lain. beberkan aja bahwa bayi ini hasil inseminasi buatan karna kevin tidak mampu melakukannya. sudah, gitu aja kok ribet amat sih. biar dia juga ngerasain sakitnya skalian

2024-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!