Jenna (Pengasuh Ceo Lumpuh)
Tak ada yang bisa menggambarkan betapa bahagianya wanita bernama Jenna saat mendengar penjelasan dari dokter spesialis kandungan langganannya jika sang calon buah hati yang kini bersemayam di rahimnya tumbuh dengan sehat.Tak sabar ia ingin segera melihat bayi kembarnya itu lahir kedunia ini.
Puas dengan penjelasan dokter, Jennapun pamit dari ruangan dokter tersebut dengan membawa gambar hasil usg kedua calon buah hatinya. Ia tak sabar ingin segera memberitahu suaminya jika dalam beberapa minggu ke depan mereka bisa mendengar tangis sang buah hati. Karena bayinya kembar, maka dokter akan mengambil tindakan operasi caesar di usia kandungannya kurang dari waktu melahirkan pada umumnya.
Tak sabar jika harus menunggu sampai jam pulang kantor suaminya, Jenna pun berinisiatif untuk menghampiri sang suami di kantornya tanpa memberithu terlebih dahulu kepada suaminya. Ia ingin memberi kejutan kepada suaminya tersebut.
Sampai di kantor suaminya, Jenna masih harus menunggu karena sang suami kini sedang rapat. Begitu suaminya masuk ke ruangannya, Jenna langsung berlari menghampiri pria tersebut.
"Kau datang? Kenapa tidak memberi tahuku terlebih dahulu?" tanya Kevin, suami Jenna.
"Aku ingin memberi kejutan padamu," sahut Jenna.
Kevin tersenyum, ia menarik tangan Jenna untuk menuju meja kerjanya. Di sana, ia melihat ada paper bag berisi makan siang yang Jenna beli sebelum ke kantor suaminya tersebut.
"Kau pasti belum makan siang, aku ingin makan siang denganmu," ucap Jenna manja dan Kevin hanya tersenyum.
"Kau tak perlu repot-repot, Jenna. Aku siang ini ada janji untuk makan siang di luar," sahut Kevin.
"Dengan klien?" tanya Jenna dan Kevin hanya mengangukkan kepalanya sebagai jawaban.
Jenna sedikit kecewa. Namun, rasa itu langsung pudar begitu ingat tujuan kedatangannya ke sana.
"Em baiklah, tidak masalah. Tapi, ada kabar gembira yang ingin aku sampaikan padamu, Vin," Jenna mengeluarkan gambar hasil USG bayi kembarnya dan menunjukkannya kepada Kevin dengan mata berbinar. Berharap sang suami sama antusiasnya dengan dirinya dalam menyambut calon anak-anak mereka nanti.
"Lihat! Ini anak-anak kita, Vin. Mereka sangat sehat dan dalam beberapa minggu lagi sudah bisa di lahirkan. Akhirnya, hari yang kita tunggu-tunggu akan segera tiba. Kita akan menjadi orang tua. Kamu akan menjadi ayah dan aku akan menjadi ibu!" begitu semangatnya Jenna bercerita.
Namun, reaksi yang Kevin berikan justru di luar ekspektasi Jenna. Pria itu sama sekali tak menunjukkan kesenangannya saat mendengar kabar bahagia tersebut. Pria itu merebut photo usg dari tangan Jenna dan merematnya. Sontak, hal itu membuat Jenna terkejut.
"Gugurkam kandungan itu!" ucap Kevin yang mana membuat Jenna seketika syok.
"Vin...? Apa maksudmu? Apa yang kamu katakan barusan?"
"Anak-anak itu, kita tidak tahu asal usulnya dari mana. Aku tidak mau memiliki anak yang tidak jelas," ucap Kevin.
Jenna benar-benar tak mengerti dengan apa yang Kevin katakan. Bukankah ini sudah menjadi kesepakatan mereka berdua sebelumnya, kenapa tiba tiba pria itu berkata dan membuat keputusan seperti ini.
"Maksudnya apa Vin? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mempermasalahkan soal siapa pemilik benih ini yang penting kita bisa punya anak? Kenapa sekarang kamu bicara seperti ini?"
"Karena aku ingin memiliki keturunan dari darah dagingku sendiri," jawab Kevin.
"Tapi itu tidak mungkin, Vin. Kita sama-sama tahu kalau kamu...."
"Aku yakin kalau aku sudah sembuh dan kita bisa memiliki keturunan sendiri tanpa harus melakukan inseminasi lagi!" Kevin memotong kalimat Jenna yang belum selesai.
"Itu baru keyakinan kamu, Vin. Kita belum membuktikannya sendiri. Kita sudah mencobanya berkali-kali dan selalu gagal,"
"Kau meragukan kemampuanku?" Salak Kevin tak terima.
"Bukan begitu, tapi...."
"Gugurkan kandunganmu, atau kita berpisah!" potong Kevin dengan tegas dan jelas yang mana membuat Jenna benar-benar terkejut. Dunianya seketika runtuh.
"Vin...Kenapa jadi begini? Dulu kamu yang menginginkan jalan ini supaya kita bisa memiliki anak meski bukan dari benih kamu. Kenapa sekarang kamu meminta hal sejahat ini?" ratap Jenna.
"Itu karena dulu orang-orang di sekitar kita selalu mendesak dan menyudutkan kita yang tak kunjung punya anak. Apalagi mama, aku ingin membuat dia bahagia dengan memberinya cucu biar tidak selalu mengeluh soal anak dan anak. Tapi sekarang, aku yakin aku bisa melakukannya,"
"Tapi tidak mungkin kita menggugurkan kandungan ini, Vin. Mereka berhak untuk di lahirkan dan tetap hidup. Kita yang memutuskan untuk membuat mereka hadir di rahimku jadi kita wajib untuk merawat mereka seperti anak kita sendiri. Lagian, ini terlalu beresiko karena kehamilanku yang sudah besar. Aku tidak mau, bagaimanapun mereka tetap anak kita, tidak peduli bagaimana cara mereka hadir di rahimku, Vin,"
Kevin mendengus "Kurang jelas? Gugurkan atau kita bercerai!" tegasnya sekali lagi, sama sekali tak mau menerima penjelasan apapun dari Jenna.
Luruh sudah air mata Jenna.ia menggelengkan kepala, "Nggak mungkin Vin, nggak mungkin aku mau membunuh anakku sendiri," ucapnya pilu.
Namun Kevin tak peduli dengan itu, ia mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di atas meja, "Mereka bukan anak kita. Pikirkan sekali lagi, atau hubungan kita benar-benar akan berakhir!" ucapnya sebelum akhirnya meninggalkan Jenna dengan segala keterkejutannya siang itu begitu saja.
......
Hingga malam, Kevin tak juga pulang. Jenna menunggu pria itu dengan perasaan sedih dan tentu saja masih kecewa dengan ucapan pria itu siang tadi. Ia harap Kevin segera pulang dan mereka bisa membicarakan hal ini lagi dengan kepala dingin dan ia bisa merubah keputusan suaminya tersebut.
Akan tetapi, hingga pagi tiba, Kevin tak juga pulang ke rumah. Makanan yang sudah Jenna siapkan di meja makan pun masih belum tersentuh sama sekali sejak semalam. Entah kemana perginya pria itu hingga ponsel Jenna berdering. Ternyata itu dari ibu mertuanya.
"Apa yang terjadi? Kenapa Kevin ingin menggugurkan anak itu?" tanpa basa-basi, ibu mertuanya langsung bertanya melalui sambungan telepon tersebut.
Jenna kaget, rupanya keinginan suaminya tidak main-main. Bahkan, pria itu sudah menyampaikannya kepada ibunya. Jenna tak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya bisa menangis tanpa menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Semalam tidak pulang ternyata pria itu pulang ke rumah orang tunya.
"Kenapa diam, Jenna? Pasti ada alasannya kenapa Kevin sampai membuat keputusan seperti itu.
Jenna semakin terisak, ia tak tahu harus membuat alasan apa kepada ibu mertuanya tersebut," Maaf, ma... " hanya itu yang bisa Jenna katakan. Ia tahu ibu mertuanya itu sudah sangat ingin sekali memiliki cucu darinya, pasti sangat kecewa dengan keputusan suaminya tersebut.
"Pasti kamu berbuat kesalaha, kan? Anak itu pasti bukan anak Kevin, melainkan anak kamu dengan selingkuhan kamu. Iya, kan?" suara ibu mertuanya terdengar sengit sekali. Entah apa yang sudah suaminya itu ceritakan kepada mertuanya itu hingga membuat kesimpulan seperti ini.
Jenna menggeleng, bagaimana bisa ia di tuduh sekeji itu," Enggak, ma.... Aku... "
"Alah ngaku saja! Udah ketahuan selingkuh makanya Kevin marah. Nggak heran kalau dia minta di gugurkan itu anak. Dari dulu mama memang nggak begitu suka kalau Kevin menikah sama kamu. Udah benar di nikahi dan di kasih hidup enak, malah banyak tingkah! Untung cuma di suruh gugurin nggak di ceraiin!" omel sang mertua.
Ucapan mertuanya melalu sambungan telepon tadi membuat Jenna tidak hanya sedih namun juga sangat terluka. Bagaimana bisa wanita yang sudah melahirkan suaminya itu mengucapkan kata-kata yang begitu menyakitkan.
Tiba-tiba saja, kepalanya yang sejak kemarin terasa pusing, kini semakin terasa pening. Jenna memegangi kepalanya sembari menahan sakit. Tak hanya kepalanya yang sakit namun juga perasaannya. Semua terasa sakit.
Jenna berusaha untuk duduk, pandangannya juga semakin kabur ia rasakan. Namun belum sampai di sofa, tubuhnya tiba-tiba limbung jatuh ke lantai dan semuanya terasa gelap.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
fee2
baca kisah ini jadi ingat diri sendiri sudah lama berusaha belum di berikan hasil... saling menerima dan syukuri bisa bahagia...
2024-10-05
0
Rina Purnomo
Aq jg susah punya anak krn suami ku. tp aku lebih milih ga punya anak dr pada bukan anaknya dia.
2024-08-22
3
Muawanah
mampir kak 😊
2024-03-03
2