"Hehehe...," tawa Caroline.
malam yang terlihat begitu indah namun belum tentu terlihat menyenangkan di mata Caroline. hari ini dia dibawa oleh pria asing ke tempatnya, dia bahkan belum tahu siapa nama pria yang sudah memaksanya untuk menandatangani perjanjian pernikahan. dalam diam dia tidak ingin memikirkan mengenai semua itu, dia hanya ingin tidur tanpa memikirkan apa yang akan terjadi besok.
Biarlah semuanya terjadi seperti yang sudah tertulis. Malam ini aku mau tidur nyenyak, bodoh amat dengan semua ini.
Tok..
tok..
pintu kamar Caroline sudah diketuk berulang kali, dia sengaja mengunci pintunya karena tidak ingin pria yang sudah memaksanya menikah itu tiba-tiba masuk ke kamarnya. Dalam beribu pemikiran nya terlihat Gadis itu masih terlelap, masih nyenyak dalam tidurnya yang begitu menyenangkan.
Ranjang berukuran besar yang begitu empuk dengan bau ruangan yang begitu harum membuatnya begitu enggan untuk terbangun.
"Nyonya! nyonya!" Panggil salah satu pelayan.
Panggilan itu tidak dihiraukan sama sekali olehnya, Caroline nampak masih terbuai dalam mimpi indahnya di Pagi ini yang ternyata sudah pukul 07.00.
Tok!!
Tok!!
Tok!!
"Nyonya! nyonya!" Panggil pelayan kembali.
"Ada apa?" Erik berjalan mendekati salah satu pelayan yang mencoba untuk membangunkan gadis yang kemarin dia bawa.
"Nyonya masih belum bangun, tuan. takutnya nyonya..," ucap pelayan yang tidak dilanjutkan.
Kata takutnya membuat Erik meminta pelayannya untuk mengambil kunci cadangan, kata takutnya membuat Erik berpikir bagaimana jika Gadis itu tiba-tiba berbuat nekat.
BRAKK!!
pintu kamar itu dibuka dengan begitu kasar, dua bola mata Erik mencari sosok istri yang kemarin dia nikahi. ketika melihat selimut yang masih terpasang dengan wujud yang masih memakai selimut itu membuat Erik sedikit tersenyum. "Biarkan saja dia tidur, jangan ganggu." perintah Erik.
"Baik, Tuan." langkah kaki yang sengaja dipelankan itu mendekati Caroline. tubuh yang masih terbungkus selimut dengan dua bola mata yang masih menutup. "Cantik, dia benar-benar cantik." kata Erik yang terus memandang Caroline.
"Ughhh...,"
tubuh yang mungkin terasa capek itu membuat Caroline terus menggeliat, dia lupa di mana keberadaannya sekarang ini.
"Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Erik yang melihat Caroline menggeliat dengan dua tangan yang direntangkan.
"Iya, otak sama tubuhku capek banget." jawab Caroline tanpa sadar.
Tangan besar itu terulur, menyisihkan rambut yang menutupi wajah cantik gadis muda itu.
Mendengar suara yang begitu bariton itu membuat Caroline memikirkan kalau di rumahnya hanya ada Ayah dan ibu serta kakaknya. Lalu, suara berat itu milik siapa? perlahan-lahan mata cantik itu terbuka, menatap sosok pria yang ada di sampingnya.
"Aaaaaa!!!!! apa yang kamu lakukan di sini?!!" teriak Caroline yang kemudian menarik bantal dan memukulkan benda itu ke tubuh Erik berulang kali. "Dasar tidak tahu diri, buaya berumur! beraninya kamu masuk ke kamar seorang gadis!" seru Caroline yang tidak menghentikan tangannya memukul Erik berulang kali.
"Habisnya dari tadi kamu tidak bangun, aku takut kalau kamu tiba-tiba mengakhiri nyawamu karena aku bawa pergi."
"Gila ya, ngapain juga aku bunuh diri! hidup ini masih menyenangkan ngapain juga aku harus bunuh diri!"
Caroline menghentikan pergerakannya, dia mengatur nafasnya kemudian duduk di atas ranjang besar itu. Dua bola matanya menatap kamar yang begitu besar dengan aroma yang begitu menyenangkan. "Yaelah.. aku lupa kalau aku di rumah orang asing." lanjutnya dalam hati.
"Bangunlah setelah itu mandi." pinta Erik yang kemudian mengusap rambut Caroline.
"Ih ngapain sih sentuh-sentuh." salah satu tangannya menangkis tangan Erik.
"Ya nggak papa dong aku menyentuhmu, kamu itu istriku sekarang." jawabnya.
"Yaelah begini amat sih hidupku." ucap Caroline dalam hati yang kemudian mengusir si pemilik rumah keluar dari kamarnya. Setelah mengusir malah dia kembali berlari menarik kemeja yang dipakai oleh Erik.
"Ada apa?" tanya lembut pria itu.
"Disuruh mandi tidak ada pakaian, kamu kemarin membawaku pergi tanpa pakaian sama sekali. Lalu aku harus pakai apa? apa harus pakai koran untuk menutupi tubuhku atau pakai handuk saja?"
Erik langsung memukul pelan dahi Caroline. "Di lemari ruangan itu ada pakaian, pilih sesuai kesukaanmu. Setelah itu turun karena aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Erik kemudian menutup pintu meninggalkan gadis yang dia bawa kemarin.
Sebuah almari besar yang ada di balik dinding besar itu, beberapa pakaian sudah berjajar, sepatu sandal bahkan pakaian dalam pun sudah siap di sana. "Idih, gila banget ini pria. kok pakainya sudah lengkap banget sih? ini pakaian bekas siapa?" Caroline menatap heran pakaian yang sudah ada di sana. satu dress dia ambil, di depan kaca besar itu dia mengukur tubuh dan pakaian itu. "Ya elah.. Kok pas sama tubuhku sih. Ini bekas pakaian siapa? jangan-jangan bekas pakaian kekasihnya? amit-amit memakai bekas pakaian orang." gerutu Caroline terus-menerus. mulut super cerewet itu terus mengomel saat melihat beberapa pakaian itu. Dia tidak melihat kalau ada label yang masih bergelantungan manja di sana. "Oh masih baru ya?" lanjutnya lagi yang kemudian mengambil dress berwarna kalem dengan corak yang disukai olehnya.
Di dalam kamar mandi Caroline memikirkan nasibnya yang tiba-tiba harus menjadi pelunas hutang orang tuanya. Enak kakaknya sudah kabur berbahagia bersama kekasihnya, sedangkan dirinya terjebak pada pria yang mungkin usianya jauh darinya.
"Aku harus mencari cara kabur dari sini, kalau pria itu melakukan sesuatu padaku aku bisa mati dong? kelihatannya dia itu pria yang suka bermain-main dengan para wanita, ih amit-amit kalau aku terlalu lama di sini." bibir merah merona itu terus mengoceh panjang lebar. Dia sudah memikirkan sesuatu yang mungkin belum terjadi di dalam hidupnya.
Sekitar satu jam kemudian Caroline keluar dengan memakai dress berwarna biru lembut.
"Nyonya.' Panggil salah satu pelayan saat melihat Caroline mencari keberadaan Erik.
"Bos kalian itu ada di mana?"
"Tuan besar ada di lantai 2, nyonya."
Setelah mengatakan itu akhirnya si pelayan mengantarkan Caroline ke tempat Erik, terlihat Gadis itu keluar dari lift sembari mencari keberadaan pria yang sudah memaksanya kemarin.
Erik menatap Caroline yang keluar dari lift, dia nampak begitu terpukau melihat gadis muda itu memakai beberapa pakaian yang dia pilih untuknya. "Kemarilah." dengan lembut Erik memanggilnya.
"Kamu mau bicara apa sih?" tanya bingung Caroline.
Di sana sudah ada kelvin yang tidak berani menatap Caroline karena Erik tidak menyukai hal itu.
"Kita akan ke catatan sipil, semua dokumen sudah selesai, tinggal kamu menandatanganinya." jawabnya.
"Apa harus?"
Pertanyaan itu membuat Erik sedikit menganggukkan kepalanya. "Tentu saja aku ingin mempunyai surat nikah, apa kamu mau menjadi istri tanpa surat nikah?"
"Tidak ada surat nikah pun tidak apa-apa, memangnya siapa yang menginginkan pernikahan ini? toh kamu juga yang memaksaku kan?" gumannya dalam hati yang terus menggerutu. Caroline nampaknya tidak ingin menuruti perkataan Erik.
"Kelvin, persiapkan mobil. Kita berangkat sekarang." perintah Erik. pria itu akhirnya membawa Caroline pergi ke catatan sipil agar dia memiliki akta nikah. dokumen pernikahannya telah lengkap, dia harus mendapatkan surat nikah karena itu untuk mengikat Caroline.
"Aku harus kabur secepat mungkin, masa aku harus menikah gara-gara pelunasi hutang orang tuaku sih." di dalam mobil Caroline nampak terdiam memikirkan sebuah rencana untuk kabur.
**Bersambung**
Mohon dukungan untuk novel baruku, ❤️❤️👍❤️👍😊 terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
febby fadila
owww... suka sama sifatx carolina
2025-03-19
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
bar bar 🍻🍻
2025-03-05
0
Priskha
lha kan wkt datang ke rmhmu utk byr utang ortumu kan sdh blg klau namanya Eric piye to ....
2023-12-04
0