"Zurra, apa yang terjadi? Katakan padaku!" ucap Zafran begitu cemas mendengar tangisan wanita itu.
"Hiks, tolong keluarkan kami dari sini, Dok. Saya tidak mau lagi tinggal disini. Tolong bawa saya dan Revan pergi," pintanya masih terisak.
"Zurra, kamu tenang ya. Aku akan segera sampai. Kamu jangan takut ya." Zafran segera mematikan sambungannya.
Sementara itu Zurra mendengar suara deru mesin mobil Rio meninggalkan kediaman mereka. Dengan hati gelisah Zurra berusaha untuk membuka pintu kamar, tetapi tenaganya yang tak seberapa tidak mampu mengalahkan benda kokoh itu.
Zafran semakin menambah kecepatan kendaraannya untuk segera sampai di kediaman Zurra. Pria itu benar-benar diliputi rasa cemas terhadap Zurra dan Revan.
"Apa yang dilakukan oleh lelaki brengsekk itu? Jika terjadi sesuatu pada Zurra ataupun Revan, maka aku tidak akan mengampuninya!" kesal lelaki itu sembari memukul bola stir untuk meluapkan emosinya.
Zafran memasuki kota itu dengan hari sudah beranjak malam. Zafran segera mengikuti petunjuk Sherlock yang di kirim oleh Zurra.
Kini mobil Dokter tampan itu sudah berhenti di depan pagar rumah pengusaha di bidang Coffee shop. Zafran membuka pintu pagar yang terkunci dari luar. Ia kembali menghubungi Zurra.
"Halo, Zurra. Kamu dimana? Aku sudah di depan pagar," ucapnya pada wanita itu.
"Aku dan Revan di kurung dikamar, Dok. Aku tidak bisa membuka pintunya," jawab Zurra.
"Jadi dia mengurung kalian di kamar?"
"Iya, tolong bantu saya untuk keluar, Dokter. Hiks, saya mohon," lirih wanita itu kembali menangis. Rasanya ia ingin segera menumpahkan tangisannya, dan mengadukan segala kekejaman Rio.
"Kamu tenang ya, aku akan membawamu pergi dari tempat ini."
Zafran menghubungi seseorang untuk meminta bantuannya. Tak berselang lama datanglah duplikat kunci ke alamat yang di berikan oleh Zafran.
"Pak, apakah nanti saya tidak terkena masalah?" tanya lelaki itu ragu saat Zafran mengajaknya untuk melompati pagar rumah itu.
"Kamu tenanglah, saya yang akan bertanggung jawab segalanya. Sekarang cepat bereskan pekerjaanmu, dan setelah itu kamu boleh pergi dari sini.
"Baiklah." Mereka segera melompati pagar rumah yang lumayan tinggi menjulang. Sementara itu Zafran terlebih dahulu memarkirkan kendaraannya sedikit menjauh dari rumah itu.
"Jasa duplikat kunci itu segera melakukan pekerjaannya. Cukup lima belas menit pintu utama sudah terbuka.
"Sudah selesai, Pak," ucapnya.
"Masih ada satu lagi. Pintu kamar," jawab Zaf sembari membawa lelaki itu masuk, tetapi ia terlebih dahulu menguncinya dari dalam. Untuk jaga-jaga saja bila Rio pulang.
Zafran mencari kamar yang mana tempat Zurra dan Revan di sekap oleh lelaki itu.
"Zurra! Zurra!" panggil Zafran.
"Dokter! Dok, saya disini," jawab Zurra sembari memutar kenop pintu itu.
"Ayo buka pintu itu!" titah Zaf sembari mendekati pintu kamar yang di ketuk oleh Zurra.
"Baik, Pak." Pria itu segera memulai pekerjaannya untuk menduplikat kunci kamar itu.
Tak berselang lama, pintu kamar itu berhasil di buka. Zafran segera memberikan upah yang cukup besar, dengan mengucapkan terima kasih atas bantuan lelaki itu yang mau membantunya, karena suruhan dari temannya yang juga seorang aparat kepolisian.
"Dokter!" ucap Zurra dengan wajah kacau.
"Zurra!" Zafran segera menghampiri wanita itu, dan ia tak sanggup melihat apa yang sedang terjadi padanya. Zafran membawa Zurra masuk kedalam pelukannya.
"Hiks, bawa saya pergi, Dok," tangis wanita itu pecah dalam pelukan dokter anaknya. Zurra membalas pelukan lelaki yang sudah banyak membantu dan berkorban untuknya dan Revan.
"Tenanglah, Sayang. Aku akan membawamu dan Revan pergi dari tempat terkutuk ini. Ayo sekarang kita pergi."
Zurra mengangguk, dan segera ingin menggendong Revan. Namun, Zafran melarangnya.
"Biar aku saja," ucap Zafran yang segera menggendong bayi itu.
Saat mereka hendak keluar dari rumah, terdengar suara mobil Rio berhenti di garasi.
Seketika Zafran membawa Zurra masuk kedalam kamar, lalu mengunci pintu kamar itu kembali.
"Dokter, bagaimana ini?" bisik Zurra begitu cemas.
"Tenanglah, kamu hanya perlu mengikuti arahanku," jawab Zaf sembari membaringkan Revan diatas tempat tidur.
Sementara itu Rio menggandeng selingkuhannya dengan tawa renyah.
"Mas, kamu yakin wanita itu tidak akan marah bila aku tidur disini?" tanya Amel bergelayut manja di lengan lelaki itu.
"Tenanglah, dia tidak akan berani macam-macam. Ayo sekarang kita masuk." Beruntung lelaki itu membawa Amel masuk melalui pintu garasi. Rio tidak menyadari bahwa pintu utama sudah di bobol.
"Mas, buka pintunya!" seru Zurra sembari menggedor pintu kamar itu.
"Hng! Jangan mimpi kamu, Zurra! Aku akan menghukummu hingga kamu jera!" jawab Rio.
"Tapi tunggu dulu, aku akan membuka pintu ini sebentar." Sementara itu Zafran segera bersembunyi di balik pintu.
Rio sengaja memperlihatkan Amel pada Zurra. Dan wanita itu tersenyum senang melihat penderitaan Zurra.
"Hai, kakak maduku. Bagaimana kabarmu? Sudahlah, lebih baik kamu tanda tangani saja surat peryataan itu. Jadi kamu tidak perlu menjadi tawanan seperti ini," ucap Amel dengan senyum mengejek.
"Dasar jjalangg! Ingatlah, kalian tidak akan pernah bahagia diatas penderitaanku!" ucap Zurra dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa hatinya masih saja sakit melihat pengkhianatan nyata dihadapannya.
Rio hanya tersenyum senjang, lalu kembali mengunci mereka dari luar. Dan setelah itu pasangan ilegal itu segera masuk ke kamar utama.
Sementara itu Zafran keluar dari persembunyiannya, ia keluar dari kamar itu untuk memastikan suasana aman.
"Dok, mau kemana? Jangan tinggalkan saya?" ucap Zurra begitu takut di tinggalkan lelaki itu.
"Tenanglah, aku hanya ingin memastikan bahwa di luar aman, aku ingin melihat dimana lelaki bejat itu sekarang," jawab Zaf berusaha meyakinkan Zurra.
Dengan berat hati Zurra membiarkan Zaf keluar dari kamar. Sembari menunggu Zurra mengemasi barang-barang yang harus ia bawa.
Cukup lama Zafran keluar kamar, sehingga membuat Zurra menjadi cemas. "Ya Allah, kemana dia? Kenapa lama sekali?" gumam wanita itu yang ingin segera menyusul. Namun, lelaki itu sudah berada di depannya.
"Apakah sudah siap?" tanya Zafran.
"Hmm, kenapa lama sekali?" bisik Zurra.
"Tenanglah, aku sedang memberi mereka pelajaran," ucap Zafran tersenyum penuh arti. Zurra merasa heran, entah apa yang di lakukan oleh Zafran pada pasangan itu.
"Ayo kita pergi sekarang." Zafran segera menggendong Revan yang masih terlelap.
Saat mereka melewati pintu kamar Rio. Zurra mendengar Rio berteriak untuk meminta di bukakan pintu.
"Hei, wanita gila! Ayo buka pintunya! jangan kurang ajar kamu, Zurra!" teriak lelaki itu yang dapat di dengar dengan jelas oleh Zurra.
Zurra menatap Zafran, tetapi lelaki itu hanya tersenyum. Inikah yang dilakukan oleh dokter anaknya itu?
"Ayo sekarang ucapkan selamat tinggal pada lelaki yang akan menjadi manatan suamimu itu," titah Zaf sembari mengusap punggung Revan agar tak terganggu tidurnya.
Zurra mendekati pintu kamar itu. "Kamu ingin keluar kan, Mas. Ayo sekarang berusaha sendiri, seperti diriku yang berusaha keluar dari siksaanmu. Untuk apa keluar, nikmat saja dulu malam panasmu dengan jjalangg mu itu. Selamat tinggal, Mas. Secepatnya kita bertemu di pengadilan!" ucap Zurra dengan tegas.
"Jangan gila kamu, Zurra! Aku akan mencarimu, kemanapun kamu pergi!"
TOK! TOK! TOK!
"Buka, Zurra!"
Zafran segera menggandeng wanita itu untuk keluar dari kediaman yang sudah menjadi neraka baginya.
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
wah diapain tuh ama sizafran pintunya ampe g bisa dibuka gitu
2024-07-22
2
Rani Kania
bukannya klo duplikat kunci itu ada contoh kuncinya ya? 🙄🤔
2024-05-27
1
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Hhmm nikmati saja Rio 🤣🤣🤣
2024-05-17
3