Pengkhianatan

Zurra meringis menahan sakit karena terhenyak keras. Rio hanya menatap sekilas seraya melenggang meninggalkan istrinya tanpa perasaan.

Suara tangisan Revan membuat telinga Rio terasa sakit. Lelaki itu menyambangi kamar dimana darah dagingnya sedang menangis.

Rio mendekati bayinya yang berumur satu tahun itu. Tatapannya penuh dengan kebencian.

"Lihatlah, hanya itu yang bisa kamu lakukan, bukan? Kamu hanya bisa menangis dan menangis!" serunya dengan suara meninggi.

"Mas, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu memarahinya?" sahut Zurra yang segera menggendong Revan.

"Aku muak dengan anak itu. Kenapa kau memberikan keturunan yang tidak sempurna sepertinya!" jawab Rio menatap kesal.

"Astaghfirullah, istighfar Mas!"

"Hah! bawa bayi itu menyingkir dari hadapanku! Aku mau tidur!" bentaknya sembari mendorong Zurra keluar dari kamar.

Zurra membawa Revan duduk di teras belakang. Wanita itu menatap wajah malaikat kecilnya dengan penuh haru. "Maafkan ayahmu ya, Nak. Kamu jangan sedih, ada Ibu yang akan selalu menyayangimu," lirihnya sembari mendekap tubuh mungil itu dengan erat.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh juga. Zurra tak pernah terpikirkan bahwa sikap Rio yang dia kenal dulu begitu lembut dan penyayang, tetapi kini dia sangat kasar dan pemarah.

"Ya Allah, aku tahu Engkau sedang menguji kesabaranku. Dan aku juga yakin bahwa Engkau mempercayai aku untuk menitipkan seorang bayi istimewa ini. Aku mohon ya Rabb. Tolong jangan biarkan siapapun menyakiti bayiku. Sudah cukup atas ketidak sempurnaan pada dirinya," Do'a wanita itu dengan isakan kecil dari bibirnya.

Puas menumpahkan tangisnya, Zurra membawa Revan masuk ke kamar belakang untuk memandikan, dan tak lupa memberinya makan dan minum obat.

Selesai mengurusi buah hatinya, Zurra mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, dan tentu saja bayi spesial itu sudah terlelap terlebih dahulu.

Zurra masuk kedalam kamar, rencananya ia akan membangunkan Rio, karena melihat waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi Pria itu masih tidur begitu lelap. Apakah dia tidak ke kantor hari ini?

Zurra mengurungkan niatnya untuk membangunkan lelaki itu. Ia takut akan membuatnya murka bila salah bertindak. Namun, atensinya teralihkan saat vibrasi ponsel Rio sedikit keras.

Zurra meraih ponsel yang ada di samping bantal Pria itu, ia menilik siapa yang menelepon suaminya pagi-pagi begini.

My heart. Calling....

Seketika jantungnya berdegup kencang. "My heart? Siapa dia?" tanyanya dalam keseorangan.

Zurra menjawab panggilan itu tanpa mengeluarkan suaranya. Dan kembali sambutan dari wanita di ujung sambungan itu membuat darahnya berasa mendidih.

"Sayang, kenapa lama sekali mengangkatnya? Apakah kamu melupakan janji kita? Kamu lihat ini sudah jam berapa, kamu benar-benar membuat moodku buruk," rutunya dengan suara manja.

"Benarkah? Bahkan moodku lebih hancur dan rusak saat mendengar mulutmu memanggil dengan sebutan "sayang" pada suamiku!" tekan Zurra dengan suara bergetar.

Mungkin ia bisa menerima segala perlakuan kasar dan hinaan dari Rio, tetapi ia tidak bisa menerima pengkhianatan lelaki itu.

"Ah, m-aaf saya salah nomor," jawab wanita itu dengan gugup.

"Benarkah? Apakah karena yang mengangkat telponmu bukan Rio? Katakan dimana dirimu berada pelakor?" bentak Zurra yang membuat tidur Rio terganggu.

"Apa yang kamu lakukan?!" bentak lelaki itu sembari meraih ponsel di tangan Zurra dengan kasar.

"Apa yang aku lakukan? Aku sedang menerima telepon dari jalanggmu!" balas Zurra dengan nada berapi-api.

"Beraninya kau!"

Plakk!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Zurra dengan keras, sehingga terasa panas hingga ke telinganya.

Zurra meraba pipinya dengan lelehan air mata. Dadanya terasa sesak. Sungguh ini kali pertama lelaki yang selama ini ia cintai menjatuhkan tangan padanya.

"Kamu menamparku, Mas? Hanya karena wanita itu? Hng! Sungguh aku tidak menyangka," lirihnya dengan senyum sinis.

"Itu akibatnya karena kamu sudah lancang!" sergahnya. "Ingat Zurra! Aku bisa melakukan lebih dari ini jika kamu masih berani padaku!" tekannya dengan suara menggelegar.

"Apa yang ingin kamu lakukan jika aku berani padamu?" tantang Zurra yang membuat langkah Pria itu terhenti dan membalikkan tubuhnya sehingga saling berhadapan.

Rio menyorot tajam, lalu tangannya mencekal rambut Zurra dengan kuat, sehingga wanita itu meringis menahan rasa perih di kulit kepalanya.

"Aku akan menyakitimu," ujarnya dengan rahang mengeras. "Dan aku akan menghentikan segala biaya pengobatan anakmu yang cacat itu!" tegasnya seraya mendorong kepala Zurra dengan kuat.

Rio segera beranjak sembari meraih kunci mobil yang ada di nakas. Tak berselang lama terdengar suara mesin mobilnya telah meninggalkan kediaman mereka.

Zurra jatuh merosot dan menangis sejadi-jadinya. Perasaannya benar-benar hancur berantakan. Selama ini ia berusaha untuk bersabar dan menahan segala perilaku buruk lelaki itu padanya. Namun, ia sungguh tak bisa menerima pengkhianatan.

"Apa yang harus aku lakukan? Kenapa dia tega sekali berkhianat dariku. Aku benci sama kamu, Rio!" serunya dengan isakan.

Zurra masih larut dalam tangisan, tetapi suara tangis Revan membuatnya segera mungkin menghapus air matanya.

"Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Ya, Revan sangat membutuhkan aku. Aku harus kuat," ucapnya sembari menyeka air matanya dengan menguatkan hati.

Zurra bergegas menuju kamar belakang untuk mengambil bayi spesialnya. Saat menatap mata teduh tak berdosa itu, maka air matanya kembali luruh. Wanita itu sekarang benar-benar bingung harus bagaimana, ia ingin sekali memberontak dan melawan atas kezaliman yang dilakukan oleh sang suami, tetapi ia sadar bahwa nasib bayinya masih tergantung pada lelaki itu.

Zurra ingin sekali bekerja untuk memenuhi biaya hidupnya agar tak lagi bergantung dengan sang suami. Namun, ia memikirkan bagaimana nasib bayinya, dan dimanakah ia akan menitipkan. Dirinya yang tak mempunyai keluarga, maka tak ada tempat untuknya mengadu.

Kini sudah dua minggu pasca pertengkaran dirinya dan Rio perkara diketahui skandal hubungan lelaki itu dengan wanita lain. Zurra berusaha untuk bertahan demi berharap biaya dari Rio untuk anaknya.

Hubungan mereka terasa dingin dan begitu kaku. Zurra tak lagi banyak bertanya saat lelaki itu tidak pulang ataupun pergi dengan siapa dan kemana tujuannya.

Hati wanita itu terkesan telah mati rasa. Bahkan ia pernah memergoki Rio saat berjalan dengan selingkuhannya, tetapi Zurra hanya menanggapi senyum datar tanpa ekspresi.

"Mas, hari ini aku harus membawa Revan ke RS untuk melakukan pemeriksaan lanjutan," ujar Zurra setelah meletakkan secangkir kopi untuk lelaki itu.

"Aku tidak ada uang. Bulan depan saja," jawab Rio dengan santai.

"Kata Dokter tidak bisa di tunda, Mas," jelasnya.

"Yasudah, kalau begitu kamu hentikan saja pengobatannya. Jika ada pemeriksaan lanjutan, itu berarti akan menambah biaya saja. Kamu tahu bahwa perusahaan sedang mengalami krisis," jawab Rio sembari berdiri dan meninggalkan Zurra dalam kebingungan.

Zurra membuka dompetnya yang hanya menyisakan beberapa lembar uang pecahan. Nasibnya benar-benar menyedihkan. Semenjak menikah dengan lelaki itu uang selalu di jatah dan bahkan ia tidak pernah membeli barang-barang mahal apapun.

"Aku harus bagaimana ya Allah, apa yang harus aku lakukan?"

Zurra segera mengambil ponselnya, lalu mendial nomor Dokter anaknya untuk meminta jadwalnya di undur.

Berawal wanita itu hanya mengirimkan pesan saja. Ia tidak berani bicara dengan kebohongan. Namun, dua menit kemudian nomor itu memanggilnya. Dengan perasaan ragu Zurra menerimanya.

"Assalamualaikum, Dok," ucapnya dengan ramah.

"Wa'alaikumsalam. Zurra, katakan apa kendalanya hingga kamu mengundurkan jadwal pemeriksaan terhadap Revan?" tanya lelaki itu ingin tahu.

Bersambung.....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Fitrian Delly

Fitrian Delly

minta cerai aura jgn mau d tindas byk lelaki lain

2024-04-23

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Zafran tidak mengikuti jejek Abi

2024-04-24

0

In Makatita

In Makatita

suami tak pernah bersuyuk

2024-05-04

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Dokter yang baik
3 Pengkhianatan
4 Berseteru lagi
5 Bantuan sang Dokter
6 Di rumah sang Dokter
7 Makan malam
8 Pertanyaan Umi
9 Drama pagi
10 Kembali
11 Pulang
12 Tidak berubah
13 Kegelisahan Zafran
14 Tatap wajahnya sebentar saja, Mas!
15 Pertolongan Zafran
16 Rumah bagaikan neraka.
17 Bantuan Rayy
18 Perhatian
19 Apakah benar aku lelah?
20 Kedatangan Umi
21 Rencana liburan
22 Kedatangan Rayyan
23 Makan malam bersama
24 Saling mendukung
25 Di perjalanan
26 Masih di perjalanan
27 Kejujuran Umi
28 Yakin untuk berpisah
29 Tiba-tiba demam
30 Menerima telepon
31 Pulang terlebih dahulu
32 Dukungan dari Abi
33 perdebatan mereka
34 Apakah kamu Sesilia?
35 Bertemu Rio
36 Sidang pertama
37 Pengorbanan Zaf
38 Bicara dari hati ke hati dengan Umi
39 Restu Umi
40 Rencana Rio
41 Kembali bertugas
42 Di ruang sidang
43 Rio vs Azurra
44 Sah bercerai
45 Kemarahan Rio
46 Makan siang bersama
47 Rencana Zurra
48 Mama salah mengira
49 Mama Mila spot jantung
50 Tanggapan Papa
51 Menentukan hari
52 Menemani Rayy
53 Zhera kepo
54 Kedatangan Rayy dan keluarga
55 Umi dan Abi terkejut
56 Zhera shock
57 Bicara berdua
58 Di terima
59 Menentukan hari pernikahan
60 Zhera ikut
61 Bertemu Rayyan
62 Bertemu mantan
63 Penyesalan Rio
64 Pergi dari kehidupanku!
65 Larut dalam penyesalan
66 Kekecewaan Ririn
67 Kelakuan Zafran dan Rayyan
68 Heran melihat tingkah mereka
69 Kamu harus bisa!
70 Pasang Henna
71 Menunggu besok pagi
72 Nasehat Abi
73 Sah menjadi pasangan halal
74 Sungkeman
75 Kebahagiaan mereka
76 Menghadiri acara pernikahan sang mantan
77 Ancaman Zhera
78 Pertanyaan Zafran
79 Kebahagiaan Zafran dan Zurra
80 Drama pagi
81 Perasaan Zhera
82 Ririn sakit
83 Modus Rayyan
84 Kejutan dari Zhera
85 Ingin tepuk jidat
86 Pertanyaan Zafran
87 Lamaran Rio
88 Menunggu jawaban
89 Ketahuan modus
90 Niat baik Zurra
91 Modus lagi
92 Kebahagiaan Rayyan dan Zhera
93 Pernikahan Rio dan Ririn
94 Kecemasan Zurra
95 Sindiran Ririn
96 Kecemasan Rayyan
97 Semakin Gegana
98 Menunggu hasilnya
99 Kekesalan Zhera
100 Berusaha membujuk
101 Drama Rayyan
102 Kemarahan Bang Zaf
103 Akhirnya selamat
104 Menunda kuliah
105 Ditinggal
106 Ingin jual rumah
107 Rindu Bang Rayy
108 Senang
109 Nggak usah lebay
110 Rayuan Abi
111 Minta di periksa Bang Zaf
112 Zafran berusaha sabar
113 Pembalasan Zafran
114 Semoga cepat terlelap
115 Kekesalan Rayyan
116 Berdamai
117 Hadiah untuk Zhera
118 Terharu
119 dukungan dari Abi dan Umi
120 Menemui kebahagiaan
121 Selalu bahagia
122 Kontraksi
123 Menemani Zurra di RS
124 Ruang bersalin
125 Melahirkan
126 Duo baby boy
127 Kebahagiaan kedua belah pihak.
128 Ayo Adek service
129 Drama Ayah baru
130 Sarapan pagi
131 Penerus generasi mereka
132 Kopian Papanya
133 Konsulen gombal
134 Kejutan again
135 Drama Papa dan Mama
136 Ikut Terlelap
137 Happy ending
138 Novel baru.
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Awal mula
2
Dokter yang baik
3
Pengkhianatan
4
Berseteru lagi
5
Bantuan sang Dokter
6
Di rumah sang Dokter
7
Makan malam
8
Pertanyaan Umi
9
Drama pagi
10
Kembali
11
Pulang
12
Tidak berubah
13
Kegelisahan Zafran
14
Tatap wajahnya sebentar saja, Mas!
15
Pertolongan Zafran
16
Rumah bagaikan neraka.
17
Bantuan Rayy
18
Perhatian
19
Apakah benar aku lelah?
20
Kedatangan Umi
21
Rencana liburan
22
Kedatangan Rayyan
23
Makan malam bersama
24
Saling mendukung
25
Di perjalanan
26
Masih di perjalanan
27
Kejujuran Umi
28
Yakin untuk berpisah
29
Tiba-tiba demam
30
Menerima telepon
31
Pulang terlebih dahulu
32
Dukungan dari Abi
33
perdebatan mereka
34
Apakah kamu Sesilia?
35
Bertemu Rio
36
Sidang pertama
37
Pengorbanan Zaf
38
Bicara dari hati ke hati dengan Umi
39
Restu Umi
40
Rencana Rio
41
Kembali bertugas
42
Di ruang sidang
43
Rio vs Azurra
44
Sah bercerai
45
Kemarahan Rio
46
Makan siang bersama
47
Rencana Zurra
48
Mama salah mengira
49
Mama Mila spot jantung
50
Tanggapan Papa
51
Menentukan hari
52
Menemani Rayy
53
Zhera kepo
54
Kedatangan Rayy dan keluarga
55
Umi dan Abi terkejut
56
Zhera shock
57
Bicara berdua
58
Di terima
59
Menentukan hari pernikahan
60
Zhera ikut
61
Bertemu Rayyan
62
Bertemu mantan
63
Penyesalan Rio
64
Pergi dari kehidupanku!
65
Larut dalam penyesalan
66
Kekecewaan Ririn
67
Kelakuan Zafran dan Rayyan
68
Heran melihat tingkah mereka
69
Kamu harus bisa!
70
Pasang Henna
71
Menunggu besok pagi
72
Nasehat Abi
73
Sah menjadi pasangan halal
74
Sungkeman
75
Kebahagiaan mereka
76
Menghadiri acara pernikahan sang mantan
77
Ancaman Zhera
78
Pertanyaan Zafran
79
Kebahagiaan Zafran dan Zurra
80
Drama pagi
81
Perasaan Zhera
82
Ririn sakit
83
Modus Rayyan
84
Kejutan dari Zhera
85
Ingin tepuk jidat
86
Pertanyaan Zafran
87
Lamaran Rio
88
Menunggu jawaban
89
Ketahuan modus
90
Niat baik Zurra
91
Modus lagi
92
Kebahagiaan Rayyan dan Zhera
93
Pernikahan Rio dan Ririn
94
Kecemasan Zurra
95
Sindiran Ririn
96
Kecemasan Rayyan
97
Semakin Gegana
98
Menunggu hasilnya
99
Kekesalan Zhera
100
Berusaha membujuk
101
Drama Rayyan
102
Kemarahan Bang Zaf
103
Akhirnya selamat
104
Menunda kuliah
105
Ditinggal
106
Ingin jual rumah
107
Rindu Bang Rayy
108
Senang
109
Nggak usah lebay
110
Rayuan Abi
111
Minta di periksa Bang Zaf
112
Zafran berusaha sabar
113
Pembalasan Zafran
114
Semoga cepat terlelap
115
Kekesalan Rayyan
116
Berdamai
117
Hadiah untuk Zhera
118
Terharu
119
dukungan dari Abi dan Umi
120
Menemui kebahagiaan
121
Selalu bahagia
122
Kontraksi
123
Menemani Zurra di RS
124
Ruang bersalin
125
Melahirkan
126
Duo baby boy
127
Kebahagiaan kedua belah pihak.
128
Ayo Adek service
129
Drama Ayah baru
130
Sarapan pagi
131
Penerus generasi mereka
132
Kopian Papanya
133
Konsulen gombal
134
Kejutan again
135
Drama Papa dan Mama
136
Ikut Terlelap
137
Happy ending
138
Novel baru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!