Black Alice in the Murder Land
Di sebuah kota yang tidak dikenal, penuh dengan pemandangan yang sangat asing. Kota yang terlihat mati seperti tak berpenghuni dan dikelilingi oleh lampu-lampu gaya Victoria.
Setting saat itu adalah malam hari.
Seorang perempuan yang tengah berlari sendiri tengah mencoba meloloskan diri dari sekelompok pemuda di belakangnya yang mencoba menangkapnya.
“Haah…haaah…aku harus hidup! Aku tidak boleh mati.” katanya dalam hati.
Perempuan berambut pendek dengan pakaian penuh bercak darah itu masuk ke dalam gang kecil yang ternyata itu adalah sebuah jalan buntu.
“Apa?! Tidak mungkin!”
Wajahnya berubah panik dan sekarang dia dihadapkan pada sekelompok orang yang tengah mengejar dirinya.
“Mau lari kemana kau! Serahkan kartu itu jika ingin hidup!”
Salah seorang pemuda mendekatinya dan mengeluarkan pisau lipat yang dibawanya.
Perempuan itu mundur dan mencoba meloloskan diri dari mereka namun dia tidak melihat kesempatan itu ada.
Dia mengeluarkan sebuah kartu dari saku roknya. Itu adalah “Spade 4” dan sekarang kartu itu ditunjukkan kepada mereka yang mengejarnya.
“Aku…aku akan memberikan kartu ini tapi ampuni aku.”
Tubuh gadis itu bergetar dan sekarang dia mencoba untuk bernegosiasi demi hidup.
Wajah keji milik pemuda yang mengejarnya terlihat sangat jelas. Namun, bukan demi melampiaskan nafsu, melainkan hanya mengincar kartu yang ada di tangan gadis itu.
Salah seorang pemuda yang mendekatinya membawa pisau lipat dan mengancam gadis itu.
“Jangan berani melawan dan menyerahlah! Kau tidak memiliki kesempatan untuk menang dan kami yang akan mendapatkan kemenangan itu!”
Pemuda itu baru saja ingin mendapatkan kartu tersebut, hingga tidak terduga tiba-tiba pandangannya menjadi miring sebelah.
-Craaaaat
Darah menghujani seluruh area tersebut, gadis itu bahkan berteriak dengan wajah pucat sambil menangis.
“Kyaaa!!!”
“Uwaaa!”
Para pemuda lainnya melihat pemuda yang mendekati gadis itu terbelah menjadi dua bagian sama besar. Dari sisi atas, mendarat seorang remaja berambut hitam bermata merah tampak tidak membawa senjata apapun di tangannya.
Pertanyaannya, bagaimana bisa dia muncul dan mungkinkah remaja itu yang membunuh pemuda itu?
Jawabannya, iya. Dia yang membunuhnya. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakannya yang melakukan hal yang sama kepada para pemuda yang lain.
Remaja itu hanya mengayunkan tangannya seperti sedang memotong sesuatu di udara dan mereka semua terpenggal sempurna dengan darah yang mengalir indah bagai air mancur.
Tidak ada yang hidup saat itu dan yang tersisa hanya gadis yang tersungkur ketakutan sambil berteriak dan menggenggam kartu di tangannya.
“Tidak! Jangan mendekat! Tolong jangan mendekat!”
Gadis itu telah bermandikan darah sempurna. Remaja itu melihat wajah takut gadis itu dan akhirnya mendekatinya perlahan sambil memasang senyumannya.
“Kamu baik-baik saja? Aku tidak akan melukaimu.”
Siapa yang percaya dengan ucapan itu setelah melihat pemandangan mengerikan di depannya? Gadis itu juga tidak bodoh. Dia tidak percaya begitu saja dan masih melihat remaja itu dengan tatapan seperti melihat iblis.
Pemuda itu tidak memiliki pilihan selain mengatakan hal yang sesungguhnya.
“Baiklah baiklah, berikan kartu itu dan semua selesai. Aku tidak akan mengganggumu dan akan membiarkanmu hidup sampai panitia menjemputmu.”
“Lagipula, game babak pertama ini akan segera berakhir jadi percuma saja diteruskan. Mana, berikan itu padaku.”
Tangan remaja itu seperti meminta kartu di tangan gadis itu. Dengan gemetar, gadis itu memberikannya.
Senyum senang terlihat dari raut wajah remaja itu.
“Yosh, “Spade 4” didapatkan. Artinya sudah semua. Sisanya tinggal mengumpulkan kartu-kartu lain dari para mayat itu dan selesai.”
Remaja itu berdiri dan mengambil kartu yang ada di saku celana para pemuda itu.
Ada sekitar 8 kartu yang didapatkan. Namun ekspresi wajah remaja itu berubah. Dia mengambil kartu yang ada di sakunya dan menghitung semuanya.
“Apa ini? Totalnya kan harus ada 52. Kenapa hanya 46? Kemana 6 kartu lainnya?”
Dari belakang, ada sosok yang mencoba menyerang remaja itu dengan pisau.
-Whooosh
Remaja itu menghindari serangannya. Jelas siapa yang menyerangnya. Itu adalah gadis yang baru saja diselamatkan olehnya.
Ekspresinya saat ini seperti pembunuh berdarah dingin dan wajah polos ketakutan yang ditunjukkannya sebelum ini seperti sebuah ilusi.
Dia menyerang remaja itu tanpa henti sedikitpun.
Remaja itu melompat tinggi menjauhi gadis itu.
“Apa ini? Bukankah kamu hanya gadis polos yang nyaris mati barusan? Jangan bilang kalau tadi itu hanya akting saja?”
“Hah! Kau pikir aku akan mati begitu saja oleh para laki-laki bodoh itu?! Serahkan semua kartu itu padaku!”
“Hmm…ya sudah. Ambil ini.”
Remaja itu seperti akan menyerahkan kartu di tangannya. Gadis itu tidak begitu saja mengambilnya. Dia mengeluarkan sesuatu seperti jaring-jaring dari tangannya.
“Wow” remaja itu terlihat begitu santai. Jaring itu seperti mengikat tubuhnya sehingga semua kartu di tangannya berjatuhan.
Gadis itu mengambil semua kartunya dengan menggunakan jaring-jaring di tangannya.
“Ahahaha! Akhirnya aku yang menang! Di lantai ini, akulah juaranya!”
Remaja itu hanya berdiri santai dengan jaring yang mengikat tubuhnya. Dia sama sekali tidak panik dan selang beberapa detik, dia melepaskan dirinya dengan mulus.
Gadis itu tidak memperhatikannya karena dia terfokus pada semua kartu di tangannya.
Saat remaja itu mendekat, kepala gadis itu melayang dari lehernya. Sungguh sebuah pemandangan merah yang indah di langit malam saat itu.
Semua kartu-kartu itu terjatuh dan dengan cepat dikumpulkan olehnya. Sambil mengumpulkan kartunya, remaja itu bertanya.
“Sistem, apa code name milik gadis ini?”
Terdengar suara dari langit.
[Code Name: Caterpillar]
[Kemampuan: Mengeluarkan jaring dari tangan. Level saat ini 0]
[Status: Gugur dalam permainan]
[Code Name: Alice berhasil mengambil seluruh item yang dibutuhkan untuk memasuki lantai berikutnya. Level saat ini 1]
“Hmm, aku baru naik ke level 1 ya. Sistem, hanya ingin memastikan saja tapi berapa total pemain yang hidup di lantai ini?”
[Jumlah peserta saat ini: 1 dari total 89 pemain. 88 di antaranya dinyatakan gugur dalam permainan. Waktu permainan tinggal 5 menit lagi]
[Mohon tunggu sampai tanda permainan selesai]
“Baiklah.”
Remaja itu berdiri dan berjalan kembali meninggalkan mayat yang ada di belakangnya.
“Aku kira dia bohong soal jumlah pemain yang menjadi pemenang game. Ternyata administrasi menyebalkan itu memang serius.”
“Setelah ini, aku ingin segera mencari makan untuk game selanjutnya.”
Ada alasan kenapa semua ini terjadi dan itu semua bermulai dari kisah setelah ini dan semua ini bermula dari sebuah game aneh.
[Welcome to the Murder Land]
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
🍁mhes❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
apakah dia MC nya? Hai akak... aku mampir sini sambil nunggu yang lain up
2024-11-18
1
🍁mhes❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
game? manarik.. aku lanjut dulu
2024-11-18
1
🍁mhes❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
pasti Nichola senang kalo lihat 😅😅
2024-11-18
1