3 Hari berlalu sejak Nina ditahan, berbagai cara telah di lakukan oleh Kira. Dengan bantuan Dinda, Kira bisa mengetahui di mana Tuan Dirga berada. Namun karena masih merawat Jen yang belum sepenuhnya pulih, Kira meminta Nina untuk bersabar.
Dinda setiap hari memberi kabar perkembangan penyelidikan yang dilakukannya. Dinda sangat bersemangat membantu menyelidiki dan mencari bukti keterlibatan Andy. Meski masih nihil tapi Kira sangat menghargai usaha Dinda. Hanya Dinda sahabat Nina yang mau membantu.
Dari Dinda juga Kita tahu bahwa Nina menaruh hati pada Andy, dan Andy memanfaatkan Nina untuk memuluskan rencananya.
"Astaga, laki laki macam apa dia? mempermainkan gadis sepolos Nina" Pikir Kira.
Untuk hal ini, Kira enggan bertanya langsung kepada Nina, takutnya dia akan semakin merasa bersalah dan tersudut. Membuat kondisi mentalnya menurun.
Alasan ini yang semakin membuat Kira bersemangat untuk membongkar kejahatan Andy. Kira tidak terima adiknya di perlakukan dengan tidak adil.
Hari ini, rencananya Kira akan menemui Ivy sahabatnya semasa SMA di kafe milik Ivy. Setelah mendengar penuturan Kira melalui telepon, Ivy bersedia membantu Kira. Satu hal yang ditakutkan Kira, Ivy selalu mempunyai ide gila, dan sedikit mengerikan.
Setelah menjemput Excel dan Jeje dari sekolah, Kira berpamitan kepada ke dua orang tuanya. Sejak mengetahui Nina di tahan, Ayah seperti kehilangan semangat. Kira takut jika Ayahnya akan jatuh sakit, oleh karenanya, Kira selalu meyakinkan mereka, bahwa Nina akan segera bebas.
Kafe Ivy, berjarak 30 menit perjalanan dari rumah Kira. Berhubung hari hampir sore, Kira melaju tanpa hambatan. Tepat dengan waktu yang di janjikan, Kira telah sampai di kafe yang sangat asri dipenuhi tanaman hijau.
“Akira” Teriak Ivy saat Kira memasuki kafenya. Ivy berlari ke arah Kira dengan kedua tangan mengulur kedepan. Membuat beberapa pengujung mengalihkan perhatian kepada mereka berdua.
“Ivy seperti anak kecil saja” Batin Kira. Kira sedikit malu akibat ulah sahabatnya yang heboh sendiri.
“Aku ngga telat kan?" Mereka berdua saling berpelukan melepas rindu.
“On time, seperti biasa, Akira sayangku, aku kangen banget sama kamu, sejak kamu cerai sama si Rian kita jarang ngga pernah ketemu, kemana aja sih?" Ucap Ivy tanpa jeda. Suaranya yang melengking sengaja di buat buat dan berlebihan. Melihat kelakuannya yang seperti itu, tidak ada yang menyangka kalau dia suka berkelahi di atas Ring.
“Bisa ngga di kecilin volume suaranya?" Kira melepas pelukan sahabat karibnya itu.
"Ups, sorry" Ivy membekap bibirnya sendiri dengan salah satu tangannya.
" Aku dirumah aja kok, kerja dan ngurus anak, itu aja” Jawab Kira datar.
“Eh, tau ngga, mantan suami mu sudah menikah lagi, sebulan setelah kalian bercerai"
“Oh ya?” Kira terkejut sedikit tak percaya. Tapi Ivy bukan tukang gosip jadi tidak mungkin info darinya tidak akurat.
"Pantas saja, dia lupa sama anak anak" Batin Kira.
“Udah jangan bahas Mas Rian lagi, kita bahas Nina aja” Lanjut Kira yang sedikit tidak nyaman membahas mantan suaminya. Itu akan membuat lukanya terbuka lagi.
“Ya, mantan mah enaknya di buang di tempat sampah,” kelakar Ivy."Minum apa Ra?"
"Gratis kan?" Goda Kira.
"Emang pernah aku minta kamu buat bayar?" protes Ivy tidak terima.
"Bercanda doang, jangan marah" Kira mencubit gemas pipi tembem sahabatnya.
Ivy, bernama Silvya, karena ada nama yang sama, teman teman sekelas sepakat memanggilnya Ivy. Teman Kira yang amat sangat santai, enak di ajak ngobrol, ramah tapi sedikit jahil. Ide ide yang keluar dari otaknya terkesan ngawur namun pada akhirnya idenya yang di jalankan.
Meskipun dari keluarga yang cukup kaya, Ivy sama sekali tidak membeda bedakan teman. Ivy bergaul dengan siapa saja.
“Jadi, Nina di jebak oleh teman kerjanya, terus temennya ngelak gitu? Terus Nina di kambing hitamkan gitu?” Ivy meletakkan 2 gelas besar jus nanas kesukaan mereka.
“Iya, kan aku udah cerita tadi, eh, besar banget gelasnya?" Kira memperhatikan gelas jumbo di depannya. " Ngga sekalian ember aja Vy?"
"Beneran aku ganti dengan ember nih" Ivy beranjak dari kursinya.
"Eh, becanda Vy" Kira tertawa sembari memegang lengan Ivy.
"Udah belum ketawanya?" Kira segera menghentikan tawanya saat melihat wajah Ivy berubah serius.
“Jadi gini, menurut Pak Dedi, uang yang di bawa adikmu tidak sedikit Ra, dan juga sepertinya bukan sekali dua kali orang ini menggelapkan dana, mungkin juga, jika 1 ketahuan banyak yang ikut terseret” Ivy menjeda ucapannya sejenak untuk mengambil nafas. Kira manggut manggut mendengarkan dengan serius.
“Nih ya Ra, Grup WD itu perusahaan besar, dan memiliki banyak cabang, si koruptor mungkin merasa tidak apa apa mengambil uang perusahaan tanpa membuat curiga ataupun akan merugikan si Bos, mengingat perusahaan itu hanya bagian kecil dari sebuah pohon yang besar”
“Asal kamu tau Ra, Wisnu Dirgantara bukan orang yang mudah di dekati ataupun di ajak bernegosiasi, kecuali di masa lalu kamu pernah menyelamatkan nyawanya” Ivy terkikik menyelesaikan pidatonya.
“Mulai kan gilanya”
“Jadi intinya, memohonpun tidak ada gunanya Ra, dan sekalipun nyawamu kau pertaruhkan, itu tidak akan mengubah apapun,”
“Jadi hanya dengan membuat orang yang menyuruh Nina mengantar tas itu untuk mengaku, baru bisa bebas gitu?” Kira menarik kesimpulan.
“Yup, bener bangat, so, cari orang itu dan buat dia mengaku”
“Caranya?”
“Ikuti dia dari kantornya, hadang di tempat sepi, pukulin” Ivy tertawa.
“Gilaaaa"
“Sedikit di takut takut i lah Ra, kamu kan juga bisa bela diri”
“Sudah menguap”
“Bawa ulekan, kalau macam macam, pukul aja”
“Gila, kamu Vy,”
“Biar gila tapi kamu tetep nyari aku juga kan?"
“Sahabatku Cuma kamu doang Vy,”
“Uhhh...sini...sini peluk” Ivy mengulurkan tangannya.
“Ogah, nanti kaya teletubies" Kira menampik tangan Ivy sehingga membuat Ivy cemberut.
"Katanya kamu punya sekutu di kantor Nina, cari info tentang dia, biar mudah kita mengintai" Ivy menyeruput jus nanas miliknya.
"Kita? Aku aja kali Vy, kamu ngga usah, sampai di sini saja kamu sudah membantu banget"
"Masih anggap aku sahabat kan? Aku mau ikut kamu, kalau kamu nolak, aku ngga mau temenan lagi sama kamu"
Kira mencebikkan bibirnya. Bukan Ivy jika tidak pandai memaksa. Salah satu sifatnya yang sangat menjengkelkan ya ini, pemaksa.
"Ini masih jam kerja, biasanya jam 4 dia telpon aku" Kira melirik jam yang tergantung di dinding berseberangan dengan tempat duduk Kira.
"Yah, lama dong?" Ivy sedikit kecewa.
"Besok aja Vy, lagipula Jen belum sembuh benar, aku balik dulu deh, besok begitu ada kabar dari Dinda, aku beritahu deh"
"Okey say, aku tunggu kabar baiknya, gatel ni pengen nimpuk orang" Ivy meninju ninju telapak tangannya sendiri. Ivy memang jago bela diri, keluarga Ivy semua bisa bela diri. Ayahnya memiliki sasana tinju, itu sebabnya Ivy memiliki badan yang bugar. Soal tinju meninju sudah jadi makanannya sejak kecil.
Jalanan kota di sore hari sangat padat. Riuh bunyi klakson yang saling bersahutan, memekakkan telinga. Semua orang ingin segera tiba di tempat tujuan masing masing, sehingga tak jarang di antara mereka saling mengumpat.
Di antara puluhan mobil yang berjajar, mengular sejauh mata memandang, seorang pria sedang memperhatikan ke luar kaca mobil. Mata hitamnya menatap ke sembarang arah, hingga tatapanya terkunci pada wanita yang duduk di atas motor.
Tiba tiba terlintas di ingatannya, wanita yang menyelamatkannya waktu itu. Entah mengapa Harris tertarik dengan wanita itu. Diam diam dia memperhatikan dengan seksama wajah sendu terbingkai helm.
"Mungkin hanya karena terlalu memikirkan si penolong itu, jadi tiap ada wanita naik motor selalu menarik untuk di perhatikan, wanita yang menolongku kan bisa siapa saja. Lagipula aku hanya dengar suaranya, dan tidak ingat wajahnya sama sekali" Batin Harris.
Perlahan motor itu melaju karena lampu lalu lintas di rute itu sudah hijau. Sejenak hati Harris merasa kecewa, melihat motor itu semakin menjauh dan hilang dari pandangannya. Perasaan aneh yang sulit di jelaskan. Tidak saling mengenal tapi enggan ketika di tinggalkan.
.....
“Bu, Ayah kenapa?” Kira berdiri diambang pintu. Ketika melewati kamar orang tuanya, Kira melihat Ayahnya tengah berbaring dengan kompres melekat di dahinya.
“Ngga tahu Ra, badan Ayah panas, tadi udah Ibu belikan obat penurun panas di apotek, tapi belum turun juga Ra" Ibu berdiri dari kasur usai mengganti kompres Ayah.
“Kita ke dokter aja Bu, takutnya kaya Jen kena Typus" Kira duduk di tempat yang baru saja di duduki Ibunya. Kira mengusap lengan Ayahnya yang terasa panas.
“Ngga usah Ra, Ayah baik baik saja” Ucap Ayah tanpa membuka mata.
“Ibu ambil kompres lagi ya Ra” Sepertinya Ibu sengaja meninggalkan mereka berdua agar Kira bisa membujuk Ayahnya untuk berobat.
“Yah, aku akan berusaha bebasin Nina, Ayah jangan terlalu memikirkan Nina, Nina juga pasti sedih kalau tahu Ayah sakit” Ucap Kira ketika Ibunya sudah menjauh. Kira tahu Ayahnya memikirkan Nina.
“Ayah hanya merasa jadi orangtua yang tidak berguna Ra, harusnya Ayah melindungi kalian, tapi Ayah tidak bisa berbuat apa apa saat anak ayah dalam kesulitan” Air mata lelaki yang amat di sayangi Kira itu sudah tidak bisa di bendung lagi.
Lelaki yang biasanya selalu kuat dan penuh semangat ini sekarang menjadi lelaki yang paling rapuh. Kelemahan orang tua adalah anak anaknya, pun denga kekuatannya. Dia mampu menembus hutan berduri, menghadang badai demi anak anaknya, tapi dia akan jadi serapuh kertas ketika anak anaknya menderita.
Kira memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya perihal Nina sejak kepulangannya dari Rumah Sakit. Meskipun mereka berdua sangat syok namun mereka berusaha tegar.
“Jangan berfikir seperti itu Yah, kami semua bangga dengan Ayah. Akulah yang sudah terlalu banyak merepotkan kalian”
“Sama sekali tidak repot Ra, Ibu dan Ayah senang dekat dengan kalian, rasanya rumah ini lebih hidup Ra” Ibu masuk ke kamar dengan mata yang memerah. Sepertinya Ibu mendengar percakapan Ayah dan Kira.
"Ibu dan Ayah jangan berfikir macam macam, aku akan berusaha membuktikan kalau Nina tidak bersalah" Kira menggenggam tangan Ibu dan Ayahnya berusaha meyakinkan. "Aku sangat menyayangi kalian berdua"
Ibu memeluk Kira, saling menguatkan dan saling berbagi beban. Air mata membasahi wajah Kira. Meskipun Kira sendiri tidak yakin setelah mendengar penuturan Ivy, tapi Kira percaya, kebaikan tidak akan pernah kalah.
.
.
.
.
Note : ada ngga yang suka jus nanas kaya aku😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Wirda Wati
sabarrt.....
kebaikan TDK pernah kalah...Indah PD waktunya...💪💪💪💪💪
2023-04-27
1
💮Aroe🌸
sabar ya... sabaaar....
2022-02-07
0
👑Arsy Al'Fazza 🌿
💕
2021-12-06
1