Hari ini Harris sudah tidak bisa bersabar lagi. Dia benar benar melarikan diri dari Rumah sakit. Johan sudah bersiap menjemputnya pagi pagi buta sesuai dengan perintah Harris semalam.
Rupanya pesaing bisnisnya tidak bisa membiarkan Harris istirahat sejenak. Mereka berusaha memanfaatkan kondisi Harris untuk menggaet mitra bisnis yang hendak bekerja sama dengan Harris.
"Tuan, Saya memeriksa rumah dan cctv, tetapi saya tidak menemukan apapun, Nona Viona juga tidak melakukan kegiatan apapun hari itu" Johan melaporkan semua yang di temukan beberapa hari ini saat mobil melaju menuju kantor.
"Apa mungkin mereka mengintai rumah?" Gumam Harris. Tangannya mengetuk lutut, matanya menerawang jauh. Sejauh pikirannya yang berkelana menuju beberapa hari yang lalu.
"Lalu bagaimana dengan apartemen itu?"
"Saya rasa, Tuan Martin yang sengaja membeli apartemen itu untuk mendekati Nona Viona, dan sepertinya Tuan Martin punya tujuan lain”
“Aku tahu tujuan lelaki itu, Johan. Kau urus lelaki itu begitu mereka kembali"
“Baik Tuan, dan Nona Viona saat ini sedang melakukan pemotretan untuk sebuah majalah dan mematikan ponselnya untuk beberapa hari sampai berita itu hilang” Lanjut Johan.
“Aku sudah menduganya Johan, baiklah, kau sudah bekerja keras untuk ini" Harris menepuk bahu Johan yang sedang mengemudi.
Harris tersenyum senang, wanitanya tidak seperti yang Rio dan orang lain pikirkan. Setelah Viona kembali, dia akan segera membahas rencana pernikahan mereka. Kali ini dia tidak akan mendengar rengekan atau pun penolakan dari Viona. Harris tidak ingin menunda lagi, toh tanpa Viona bekerja, kekayaanya akan mampu menghidupi Viona bahkan selusin anak anak mereka.
Harris turun dari mobil di ikuti oleh Johan. Mereka di sambut oleh Marsha sekretaris Harris di Lobi kantor.
"Selamat datang kembali Tuan" Marsha membungkuk memberi hormat kepada Bosnya.
Wanita berusia 27 tahun yang selalu memakai setelan formal, jarang tersenyum dan sorot matanya yang tegas di balik kaca mata berbingkai hitam.
"Bagaimana keadaan kantor selama aku tinggal?" Tanya Harris alih alih membalas sapaan Marsha.
"Kantor tidak mengalami masalah yang berarti Tuan, hanya saja beberapa pembaharuan kontrak kerja sama yang menunggu persetujuan Anda"Jawab Marsha cepat. Langkahnya mencoba menyamai sang Bos yang berjalan begitu cepat.
"Segera atur pertemuan dengan mereka” perintah Harris pada Marsha.
“Baik Tuan”
Rombongan kecil itu tiba di depan lift khusus yang akan membawa mereka menuju lantai paling atas gedung ini.
“Selama Reno belum pulih, kamu handle pekerjaanya.” Perintah Harris saat lift sudah berjalan menuju lantai atas.
“Baik Tuan, akan saya lakukan sebaik mungkin"
Keheningan menyelimuti lift yang mulai bergerak. Marsha sibuk dengan tab nya sedang menyusun jadwal meeting untuk bosnya.
Marsha adalah sekretaris Harris sejak 3 tahun terakhir. Dia wanita yang kompeten, berfikiran luas, cekatan, tegas dan disiplin dalam berkerja. Harris tak perlu berkata dua kali, Marsha sudah mengerti apa yang Harris mau.
Liftpun berhenti saat sudah sampai di lantai atas. Johan dan Marsha mengekori Harris menuju ruangan paling luas di lantai ini.
"Semua berkas yang harus Anda periksa terlebih dahulu ada di sebelah sini Tuan" Marsha menunjuk tumpukan map tepat di depan kursi kebesaran Harris.
"Baiklah, kembalilah bekerja Sha, jangan lupa pesankan kopi untukku"
"Baik Tuan"
Marsha segera kembali keruanganya melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Tak lupa dia memanggil OB untuk membuatkan kopi untuk Harris.
"Kau boleh pergi, Jo. Aku rasa aku sudah aman di sini" Ucap Harris pada Johan yang masih setia berdiri di samping Harris.
"Baik, Tuan. Saya akan kembali saat makan siang, jika anda membutuhkan sesuatu segera hubungi saya"
OB yang membawa kopi masuk bersamaan dengan keluarnya Johan dari ruangan Harris. Setelah meletakkan kopi, OB itupun segera keluar dari ruangan Harris.
Harris mengecek beberapa laporan dari bawahannya. Meskipun perusahaan Harris dalam kondisi stabil tetapi jika rekan bisnisnya diserobot perusahaan lain maka akan mempengaruhi performa perusahanya.
Dia telah bersusah payah menyelamatkan usaha milik ayahnya yang terancam bangkut beberapa tahun silam. Kini, perusahaan ini telah kembali ke jalurnya, bahkan mampu bersaing di kancah internasional.
Mengabaikan pesan dan panggilan dari Rio, Haris mulai mengerjakan pekerjaannya. Tumpukan berkas menggunung memenuhi meja kerjanya. Beberapa dokumen kerja sama dengan perusahaan besar dan menguntungkan dia periksa terlebih dahulu. Memanggil Marsha untuk segera menjadwalkan meeting dengan mereka.
Harris masih berkutat dengan berkas berkas ditanganya ketika pintu ruangnya terbuka. Harris tidak perlu repot repot mengalihkan perhatianya dari berkas di tangannya. Dia sudah bisa menebak siapa yang datang.
“Kapan Papa sampai?” Tanya Harris kepada Pria tua yang dipanggilnya Papa.
“Wah, kamu semakin hebat saja, Ris. Bahkan tanpa menoleh kamu sudah tau siapa yang datang” Pria tua itu terkekeh sambil berjalan ke sofa.
“Jika orang lain pasti akan mengetuk pintu atau setidaknya Marsha yang akan mengantar” Harris tak menghentikan pekerjaannya ataupun menoleh ke arah Papanya.
Lelaki itu terkekeh lagi.” Itu benar sekali”
“Kapan Papa sampai?” Harris mengulangi pertanyaanya.
“Kemarin pagi, bagaimana keadaanmu?” Pria tua itu menatap lekat wajah putra semata wayangnya yang masih di penuhi memar di beberapa bagian.
“Seperti yang papa Lihat, aku sangat baik” Harris melirik sekilas ke arah Papanya.
“Benarkah? Bukan kabur dari Rumah sakit kan?" Lagi lagi tatapan penuh selidik yang sangat tidak di sukai Harris menghujam ke arahnya.
“Bukan urusan Papa, sebaiknya Papa kembali, aku sangat sibuk hari ini” Sahut Harris dingin.
“Bagaimana bisa? Papa segera pulang begitu mendengar kamu terluka. Tidak disangka reaksimu tidak mengenakkan sama sekali” Ada sedikit rasa kecewa tersirat dalam ucapan pria yang membesarkan Harris tersebut.
“Bukankah Papa harusnya sudah tau dari dia kan?” Harris memutar kepalanya ke arah pria lain di ruangan itu. Dia adalah Toni, asisten Wisnu Dirgantara.
“Papa hanya memastikan keadaan kamu Ris, Papa tidak akan tenang jika belum melihat keadaan kamu secara langsung” Ucapan Dirga melembut seolah ingin menunjukkan ketulusan dan perhatian.
"Papa tidak perlu repot repot, lakukan seperti biasa saja, cukup telpon atau suruh seseorang melihatku dari jauh” Ucap Harris ketus.
“Toni, sebaiknya kita pergi saja, kita tidak di harapkan disini” Pria bernama Dirga itu beranjak dari sofa. Raut wajahnya yang tegas itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaan akan penolakan putra semata wayangnya.
"Tunggu Pa" Dirga berhenti sejenak mengira Harris akan memintanya kembali duduk atau bahkan memeluknya untuk melepas kerinduan ayah dan anak.
"Aku akan menikahi Viona dengan ataupun tanpa restu Papa. Harris harap Papa mau menghargai keputusan yang Harris buat"
Ucapan Harris bagai ribuan pisau menusuk jantungnya. Tanpa berkata sepatah katapun, Dirga segera meninggalkan ruangan Harris.
"Kami undur diri dulu Tuan Harris, maaf jika kedatangan kami mengganggu waktu anda” Toni membungkuk sebelum menutup pintu.
Harris tak menyahuti ucapan Toni. Dia masih terpaku di tempat duduknya. Sejak Mamanya meninggal Harris dan Papanya jarang sekali berkomunikasi. Interaksi keduanya akanterjadi jika Harris membuat masalah di kampus.
Tak dipungkiri Harris merindukan sosok Papa sebagai pelindungnya namun terkadang dia merasa Papanya terlalu berlebihan dan suka sekali mengatur kehidupannya. Berbeda sekali dengan Mamanya yang selalu menanyakan apa yang di inginkan Harris.
Harris tahu jika selama ini dia dalam pantauan Papanya. Selama ada Tonis disisinya bahkan seekor nyamuk pun tak bisa lolos darinya.
Harris semakin hari semakin jauh dari Papanya. Sejak dia dan Viona mulai menjalin hubungan, Wisnu Dirgantara tidak merestui hubungan mereka. Sejak awal Harris selalu menekankan jika Viona adalah satu satunya wanita yang dia inginkan. Jika harus menikah maka hanya dengan Viona seorang.
******
“Toni, sudah kau dapatkan apa yang kuminta?” Tanya Tuan Dirga saat mereka masuk ke mobil.
“Semua yang Anda minta sudah saya dapatkan Tuan. Dalang penyerangan Tuan Muda adalah Martin, bos agensi di mana Nona Viona bekerja"
"Nona Viona lah yang memberitahu kalau Tuan Muda menggunakan mobilnya dan mengganti rute perjalanannya"
“Anak bodoh itu, tidak tahu betapa liciknya wanita itu” gumam Dirga.
"Urus Martin secepatnya, kita masih ada urusan dengan pencuri kecil di kantor"
"Maaf Tuan, mengenai rencana Tuan Muda untuk menikahi Nona Viona-"
"Kau tahu betul kenapa aku tidak merestui hubungan mereka bukan? Jadi jangan bertanya lagi, aku akan menggagalkan pernikahan mereka, aku tidak ingin anakku terluka karena kebodohannya" Ucap Dirga tegas.
“Baik Tuan, saya mengerti"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Wirda Wati
Toni kerennn infonya benar.
jangan jangan johon bersekutu dg Martin.🤭
2023-04-27
1
Arnie Cupin
ne johan infonya gimana sih
2022-11-28
0
nyonya_norman
Toni dong canggih, gak ky johan
2022-06-01
1