Ruang perawatan VIP,
Seorang pria sedang berbicara serius dengan beberapa bawahanya. Dia baru saja sadar satu jam lalu. Dia nampak gusar, terlihat dari raut wajahnya yang menajam. Beberapa kali dia meraup wajahnya dengan kasar.
“Sabar Bang, cepat atau lambat mereka akan mengakuinya, ini hanya soal waktu Bang” Rio mencoba menenangkan saudara sepupunya itu.
"Jo, kamu periksa seluruh ruangan di rumah. Mungkin ada yang menyadap pembicaraanku. Periksa rekaman cctv. Cari dengan teliti jangan sampai ada yang terlewat" Perintahnya kepada Johan kepala pengawal yang sudah bertahun tahun mengabdi padanya. Dia sama sekali tak menghiraukan ucapan Rio.
"Baik Tuan" jawab Johan cepat.
"Cari petujuk di lokasi pengeroyokan, kerahkan semua anak buahmu"
"Baik Tuan" Jawab Johan dengan tegas.
“Dan juga kamu temui Hendra, katakan padanya untuk mengatur para ******** itu agar bisa di bawa ke markas kita. Aku tidak percaya jika ini hanya percobaan perampokan" Sambungnya.
“Baik Tuan, sekarang juga saya akan menemui Tuan Hendra dan memindahkan mereka ke markas kita” Johan membungkuk lalu undur diri bersama pengawal yang lain.
"Buat mereka membuka mulutnya, jangan sampai mereka mati, kau paham maksudku kan?" Ucapnya saat Johan sampai di pintu.
Johan segera berbalik, dia membungkuk lagi " Baik Tuan"
“Istirahatlah dulu, tenangkan dirimu Bang, kau belum lama sadar,sudah marah marah” Ujar Rio yang sedari tadi hanya melihat Abangnya memberikan rentetan perintah kepada pengawalnya.
“Kau tidak tau betapa kesalnya aku dan Reno. Kita sudah mengecoh mereka tapi masih saja kena, keroyokan lagi” Sembur pria itu.
"Kau tidak tahu, bagaimana rasanya kau nyaris mati" Dia meninju kasur dengan keras sehingga menimbulkan bunyi yang mengerikan.
“Bagaimana mereka tahu kalau Abang tidak ikut rombongan itu?” Tanya Rio juga penasaran.
“Itu yang aku tidak tahu, tidak ada siapa siapa waktu aku dan Reno menyusun strategi itu” Jawabnya sambil mengusap dagunya.
Pria bernama Harris tak habis pikir bagaimana rencananya bisa bocor. Dia dan Reno membahasnya di ruang kerja pagi sebelum kejadian. Selain ART dan Viona tidak ada siapa siapa lagi dirumahnya.
Berkat team keamanan yang dimiliki Harris,mereka tahu jika akan ada yang menyerang, sehingga mengubah rencana awal. Penyerang ini diketahui sebagai pesaing bisnisnya, namun dia tidak menyangka akan ada musuh lain yang mengintai. Memanfaatkan kelengahan pengawalan terhadapnya.
“Bang, mulai sekarang abang harus berhati hati, pastikan tidak ada yang merekam pembicaraan Abang dan Reno.” Rio mencoba mengingatkan Harris.
“Tanpa kau beritahu aku sudah tahu duluan Yo” Ujar Harris. Dia membenarkan posisi duduknya. Perutnya terasa nyeri, karena luka sayatan di perutnya yang dijahit.
“Reno bagaimana?” tanyanya kemudian
“Dia masih dirawat intensif Bang, lukanya cukup parah, dan sekarang dia belum sadar” Jawab Rio.
“Bisakah aku melihatnya?” Ujar Haris sedikit memohon.
“Tidak, besok saja, sekarang abang tidur, biar aku temani” Tukas Rio. Dia segera membaringkan tubuh Harris dan menutupi tubuh sepupunya itu dengan selimut.
“Kau sudah seperti Mamamu, cerewet dan suka mengatur” Cibir Harris.
“Menurutlah Bang, jangan aku saja yang harus menurut padamu dan paman. Kau terlihat manis saat patuh Bang" Ucap Rio sambil terkekeh. Menurutnya saat ini waktu yang tepat untuk mengatur atur kakaknya. Jika dia sehat mana berani dia seperti ini.
Rio segera tidur di kasur sebelah brankar Harris. Seharian ini dia sangat sibuk dengan urusan Harris. Dia uring uringan karena wanita siluman itu tidak ada di sampingnya saat dia sadar. Dan juga sibuk mencari tau pengemudi ojol yang mengantar mereka ke rumah sakit. Bukan kah ribuan pengemudi ojol yang beroperasi pagi itu?
Rio mengutuk Reno karena memakai mobil yang tidak di pasangi kamera. Jika memakai mobil yang sudah dilengkapi kamera maka dengan mudah dia bisa mengetahui siapa yang membawa mereka kerumah sakit. Reno yang mengusulkan menggunakan mobil yang biasa di pakai Viona ke lokasi syuting.
Yah, Harris memang sering menggunakan mobil ini jika menemani Viona di akhir pekan. Mereka berdua memang tidak tahu malu, dan tidak tahu tempat untuk sekedar memuaskan nafsu. Rio sering mendengar keluh kesah sopir yang mengantar mereka, jika mereka sering melakukan "itu"di mobil. Menyuruh asisten dan managernya menunggu di luar.
“Yo, apa yang mengantarku ke sini seorang wanita?” Tanya Harris tiba tiba.
“Kau tau dari mana?” Ujar Rio yang nyaris tertidur.
“Aku masih ingat dengan benar wanita itu memukul para ******** itu, bahkan aku mendengar suaranya saat mengancam ******** ******** itu" Terang Harris. Tangannya mengepal mengingat kejadian memalukan ini. Mata hitam setajam mata elang itu menatap langit langit, namun memori otaknya dengan jelas merekam suara dan rupa wanita itu.
“Apa kau bisa mengenalinya jika kalian bertemu?” Tanya Rio menyelidik.
“Aku pasti ingat dengan suaranya” Jawab Harris yakin, namun detik berikutnya dia meragukan ucapanya sendiri.” Entahlah, aku tidak begitu yakin dengan wajahnya, tapi dia wanita yang berpostur tinggi mungkin Viona akan mendongak jika berbicara dengannya"
“Hah, wanita itu,” Cibir Rio saat mendengar nama Viona. Mata Rio masih terpejam “Kau tau Bang, aku bahkan tidak akan memungutnya jika kau sudah membuangnya, aku lebih memilih janda dengan banyak anak daripada dia”
Rio teringat dengan apa yang dilihatnya sore tadi, wanita ular itu bersama selingkuhannya, pemilik agency tempat Viona bernaung. Mereka berdua sangat licik, Rio curiga ini ulah mereka berdua. Namun Rio tidak mengungkapkan kecurigaanya kepada Harris. Yang ada dia malah ngamuk ngamuk mendengar pujaan hatinya di sudutkan.
“Seleramu memang rendah, kau tidak tau membedakan berlian dengan lumpur” Harris mencemooh Rio tentang seleranya itu.
“Kau tidak tau juga Bang, lumpur di tempat tertentu bahkan lebih bermanfaat, aku lebih suka yang terlihat buruk dimata orang, dengan begitu, mereka tidak perli repot repot menaruh perhatian berlebih mereka padaku” Ujar Rio. Kini kedua matanya terbuka sepenuhnya.
Mereka berdua menatap langit langit kamar yang sama namun berbeda pandangan tentang wanita yang sama. Harris menilai wanita itu sebagai berlian yang berharga, sedangkan Rio, menilai wanita itu tak ubahnya seonggok bangkai.
“Kau bicara ngelantur, kau terlalu mengantuk Yo,” Harris tersenyum sinis mendengar penuturan Rio. Menurutnya, Rio terlalu muda untuk mengerti wanita dan harga diri seorang pria. Apalagi seseorang sekelas Harris, wanita yang bersamanya harus berkilau seperti berlian.
Bersama Viona artis yang sedang naik popularitasnya membuat Harris di sanjung oleh rekan bisnisnya. Membuat Harris di segani pesaingnya. Bagaimana tidak Viona adalah wanita yang paling di inginkan *saat ini.
Viona tidak bisa di takhlukkan oleh materi. Dia wanita yang tulus mencintai Harris. Bahkan saat mengajak kencan Viona, Harris tidak menunjukkan siapa dia sebenarnya*.
“Tidak, aku masih sadar sepenuhnya, aku rasa kau terlalu silau dengan berlianmu Bang” Ekor mata Rio melirik Harris yang masih terdiam berusaha mencerna kata kata Rio. Tebakan Rio sebentar lagi dia pasti akan meledak saat wanita itu di singgung sedikit saja.
“Aku memaafkan ucapanmu barusan karena kau adikku, dan dia akan jadi kakak iparmu sebentar lagi” Harris berkata seolah dia telah menggenggam bintang ditangannya. Dia selalu bangga pada wanita kecilnya yang selalu bergelayut manja di lenganya.
“Semoga kau beruntung Bang” Rio tersenyum sinis,” cepatlah tidur, kau terlalu banyak bicara”
“Kau cerewet sekali” Harris mendengus kesal karena diperintah adiknya seperti dia anak kecil. Namun benar dia sangat lelah dan mengantuk.
Setelah menempatkan kepalanya di posisi yang nyaman, Harris pun terlelap menuju alam mimpi.
Berbeda dengan Rio, lelaki bermata coklat terang itu malah tidak bisa tidur. Dia teringat wanita itu, dia bahkan lupa mencari tau siapa dia. Nama itu terukir indah di sudut hati Rio, mata teduh itu seolah memanggilnya untuk singgah. Rio tersenyum memikirkan wanita itu, pikiranya sibuk menerka nerka apa yang dilakukanya di tempat itu.
Apa dia Fans Viona?
Atau korban Manager artis itu?
Atau dia hanya seseorang yang berada di waktu dan tempat yang salah?
Dan...Ahh...ya, semoga dia sedang menunggu keluarganya yang sakit.
Rio membalik badanya, tak kuasa dia membendung perasaan senang tentang dugaannya yang terakhir.
“Semoga itu yang terjadi, dan aku dengan mudah akan menangkapnya”.
“Apa aku mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“Dulu aku tidak percaya”
“Dan sekarang aku mengalaminya”
Rio menutup matanya, namun pikiran tentang Akira tak bisa lepas dari otaknya. Rio merasa jodohnya kali ini sudah datang, dan dia akan segera menemukanya.
“Hei Akira, tunggu aku”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
itu jodohnya harris, yo...
2023-05-18
1
Wirda Wati
kira kerennn....
cocok sama Rio....
takutnya Hariss suka juga...kagum sama kira Krn super Hero😀😀😀
2023-04-27
0
élis 🇵🇸
akira dirimu di dalam hatiku satu satu nya, tiada yg lain, percayalah... akira... jd inget lirik lg dulu
2023-01-20
0