12

 " Apakah kamu percaya kalau aku menginginkanmu di sini." Nadanya penuh ejekan.

 " Aku di dunia ini tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan jika aku menginginkannya, apalagi hanya seorang wanita." kata-katanya saja sudah membuat Mala kesal.

  Mala menundukkan kepalanya dan melirik titik terlemah di tubuh pria itu. Pria ini mabuk dan dia tidak akan waspada selama aku bisa lari dengan cepat,dan dia tidak akan mengenaliku .

  Mala mengangkat kepalanya, ekspresi dingin di matanya, telah berganti menjadi lebih menawan. Ketika melihat ekspresi Mala berubah, mata pria itu menyipit.

   Mala menunggu waktu yang tepat untuk menendang ke arah area itu. Setelah itu Mala langsung melarikan diri, tapi tangannya segera ditarik dari belakang.

  " Kamu berani pergi setelah menendang ku di tempat itu ?" pria itu menariknya dengan keras sehingga Mala terjatuh ke tanah.

  Seluruh tubuhnya lemas dan belum sempat Mala berdiri, tubuh pria itu sudah ada di hadapannya.

Dia menatapnya dengan rasa dingin yang menusuk. Pria itu berjongkok dan mengangkat dagu Mala.

   "Dengan sikapmu yang seperti ini, sungguh keajaiban kamu masih bekerja di tempat ini."

Mala menggelengkan kepalanya dengan keras lalu menatap tajam pria itu.

  Tangannya sudah terkepal erat. Bahkan saat dia mabuk dia masih tetap waspada.Bagaimana aku bisa pergi dari sini. Saat Mala merenung pria itu membuka bajunya, seolah-olah dia akan melakukannya di Sini.

sorot mata Mala berubah, tangannya kebetulan merasakan bahwa dia masih memegang sapu.

 Dia segera mengangkat sapu itu dan mukul kepalanya. tapi dengan cepat dia merampas sapu itu dan membuangnya.

  Tangannya mendarat di leher mala dan mencekiknya, Mala hampir kehabisan nafas.

Tubuh ini lemah dan tidak mampu menahan rasa sakit seperti ini.

  "Cari mati, walaupun aku mabuk Jangan pernah bermimpi untuk melarikan diri !" senyum jahat Terukir di bibir pria itu, membuat tubuh Mala merinding.

Kemejanya yang hampir terlepas memperlihatkan tubuhnya yang kuat. Senyum pria itu sangat mengganggu pikirannya.

Senyum yang mengingatkannya pada Leo di saat-saat terakhir hidupnya. Seolah-olah ada batu besar yang menekannya, tapi kemarahan muncul dalam diri Mala.

Tepat dan di saat cekikan di leher Mala mengendur, Mala segera meraih tangan pria itu dan menggigitnya.

Mala mengambil kesempatan itu untuk mengambil sapu dan memukul kepala pria itu dengan gagangnya.

Mala telah menghabiskan seluruh Seluruh kekuatannya untuk memukul dengan keras leher bagian belakang pria itu.

Pria itu menatapnya tajam, jantung Mala berdegup sangat kencang. Mengapa dia tidak pingsan.

"Kamu sungguh berani... kamu ...mencari mati !" Suara pria itu semakin lemah dan pada akhirnya dia tak sadarkan diri.

Mala bernafas lega, dia segera pergi dari taman itu. Lehernya masih terasa sakit, seakan tulang-tulang remuk. Setelah merasa berlari cukup jauh Mala berjalan seperti biasa.

Sambil memikirkan kejadian tadi, dia melihat Gita mendekat " Kenapa kamu masih berkeliaran di tempat ini, Mungkinkah kamu bertemu dengan seorang pria ?" suara pedas Gita terdengar di telinga Mala.

" Kamu sudah lupa hukuman waktu itu, apakah kamu masih ingin menggantikan pekerjaanku ?" setelah mengatakannya Mala berjalan tak menghiraukan Gita lagi.

Gita tertawa terbahak-bahak, tangannya dengan gesit menangkap tangan Mala. Lehernya masih merasakan sakit dan saat Gita menangkap tangannya tanpa sengaja Mala menoleh dan menyebabkan rasa nyeri kembali muncul di lehernya.

Sebelum Gita berbicara Mala menginjak kaki Gita dan menyebabkan Gita menjerit kesakitan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!