Isi hati.

Meniatkan dalam hati untuk datang memenuhi ucapan Ansel padanya, Era berharap dengan ia bisa bekerja dengan baik di perusahaan. Sedikit banyaknya ia bisa membalas semua kebaikan dari orang yang sudah menolongnya, tidak ada pikiran lain dari hal tersebut.

Langkah kaki menginjakkan kembali pada gedung besar tersebut, mendapatkan sapaan dari beberapa teman yang sebelumnya sudah mengetahui dirinya. Pemberitahuan jika ia sudah berpindah posisi setelah mengalami kecelakaan naas sebelumnya, membuat para sahabatnya merasa sedih dan bahagia. Mereka akan tetap menjadi sahabat, walaupun ruangan mereka bekerja sudah berbeda.

Sesampainya ia didepan ruangan yang pimpinan perusahaan, mendapati pintu ruangan tersebut terbuka. Langkah kaki pun menghentikannya pada sisi samping pintu tersebut, lalu ia mendengar suara percakapan dari dua orang disana.

"Benar, aku menyukai." Ansel mengatakan apa yang ia rasakan.

Degh!!

Seketika itu, Era seakan asupan aksigen untuknya tersendat. Mendengar apa yang baru saja Ansel katakan, lalu Nayaka menyadari jika situasi sudah tidak memungkinkan.

"Nona Era!" Sengaja ia menyebutkan nama orang yang sudah dari tadi berdiri disana.

Mendapati nama itu disebutkan, membuat Ansel kaget dan ia beranjak dari tempat duduknya seketika itu juga. Wajahnya memandangi sosok wanita yang benar sudah berdiri disisi pintu, benar-benar saat itu hati Answl mendadak menjadi tidak karuan.

"Hahaha, kena kau! Makanya jangan usil, selamat berusaha pak bos." Nayaka menepuk pundak Ansel dan berjalan menuju pintu keluar.

Dengan wajah tengilnya, Nayaka menghampiri Era yang sudah menunduk. Nayaka yakin jika Era sudah mendengar apa yang mereka bicarakan sebelumnya, menundukkan kepala dan mempersilahkan Era untuk segera masuk

"Silahkan nona, tuan Ansel sudah menunggu anda." Nayaka pergi dengan kepuasan dalam hati, bisa membalas dengan telak sikap Ansel padanya.

Keduanya saling terdiam dan masih berdiri pada posisinya semula, detak jantung Ansel sudah berdetak sangat cepat. Sedikit memberikan pukulan kecil pada dadanya, berharap detak jantungnya bisa kembali normal.

"Masuklah." Ucap Ansel yang kembali duduk pada kursinya.

Awalnya Era ragu untuk masuk, akan tetapi ia teringat akan niat awal dirinya datang ke perusahaan ini. Berjalan dengan perlahan memasuki ruangan tersebut, kini ia berdiri dihadapan Ansel.

"Assalamu'alaikum tuan." Era mengucapkan salam dalam pertemuan mereka.

"Wa'alaikumussalam, duduklah." Ansel menetralkan detak jantungnya.

"Terima kasih tuan." Era kemudian duduk dan tetap menundukkan wajahnya.

"Disana meja kerjamu, aku harap kamu bisa bekerja dengan baik. Tugasmu sudah ada dimeja, kamu sudah bisa memulainya." Ansel menunjukkan posisi meja yang berada dihadapannya kepada Era.

"Tapi tuan, apa boleh saya mengajukan syarat?" Walaupun dirasa akan percuma, namun Era tetap menyampaikannya.

"Hmm, apa?" Ansel menopang rahangnya menggunakan jemari.

"Bolehkah selama bekerja, pintu ruangan ini terbuka saja? Saya tidak ingin menimbulkan fitnah bagi orang lain, tuan. Karena, anda dan saya bukan mahram yang tidak sepatutnya berada didalam ruangan hanya berdua saja."

Nampak kening Ansel berkerut setelah mendengar syarat yang diajukan oleh Era padanya, menurutnya hal tersebut memang sangat tidak pantas untuk mereka berdua. Karena akan ada berbagai godaan jika hal itu terjadi, mommy kiya selalu memberikan nasihat kepadanya mengenai hal tersebut dan Ansel cukup memahaminya.

"Ruangan ini ber-AC, jika pintu selaku terbuka. Apakah benda itu bisa berfungsi dengan baik?" Sengaja Ansel melemparkan pertanyaan tersebut.

"Mmm, kalau begitu. Apakah saya boleh meminta jika meja dan ruang kerja saya berada didepan ruangan ini saja, tuan?" Era memberikan syarat lainnya.

...Kamu benar-benar menjaganya, bahkan dengan berbagai alasan pun kamu katakan agar tidak terjadi yang tidak baik diantara kita berdua....

Berdiri dari duduknya, Ansel berjalan menghampiri dimana Era duduk. Sedikit berjongkok disisi samping wanita tersebut, Lagi-lagi sikap itu membuat Era kaget. Disaat Era akan berdiri, namun Ansel menahannya.

"Tunggu, aku tahu kamu pasti sudah mendengar percakapanku dengan Nayaka sebelumnya. Maaf, jika itu membuatmu tidak nyaman. Akan tetapi, yang kamu dengar itu semuanya adalah benar. Aku menyukaimu." Tanpa ragu, Ansel mengatakan semuanya.

Ingin rasanya tangan kekar itu menyentuh tangan mungil yang terlihat bergetar dan saling menggenggam satu sama lain, sejenak ia memejamkan kedua matanya dan kembali menatap wajah teduh itu.

"Aku menyukaimu, Era Kasyafani. Bukan karena kecelakaan yang terjadi, bukan karena tanggung jawab atas Ejaz. Perasaan ini, aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Maafkan aku, aku benar-benar menyukaimu." Ansel menyakinkan ucapannya.

Diantara perasaan ingin pergi dan menghilang, Era semakin menguatkan genggaman kedua tangannya. Dimana ia merasa sangat tidak pantas mendapatkan hal tersebut, menyadari jika diantara mereka berdua hanyalah sebatas pimpinan dan karyawan saja. Ataukah ini adalah bentuk ungkapan belas kasih atas peristiwa yang telah menimpa dirinya bersama sang adik, kembali lagi air mata itu mengalir.

"Kamu menanggis?" Ansel mengambil sapu tangannya dari saku celana yang ia kenakan.

Memberikan benda tersebut kepada Era agar bisa digunakan untuk menghapus air matanya, namun hal itu tidak terjadi. Tangan mungil itu tidak terlepas saling menggenggam, membuat Ansel berinisiatif untuk melakukannya sendiri. Entah mengapa, ia begitu sakit ketika melihat Era menanggis.

"Ansel!!"

Wanita dengan pakaian seperti kekurangan bahan dasar, memasuki ruangan tersebut dengan berjalan begitu anggunnya. Namun, ketika ia melihat apa yang saat ini terjadi. Dengan kerasnya ia berteriak, sehingga membuat Era maupun Ansel menjadi kaget. Era pun bergegas mendorong Ansel sehingga ia berdiri dengan cepat, tidak ingin terjadi kesalahpahaman pada orang yang melihat mereka.

Menghela nafas berat saat mengetahui siapa yang datang, padahal dirinya sedang menyatakan perasaan terdalamnya kepada orang yang selalu berada dalam pikirannya. Dengan sangat enggannya, Ansel berdiri dan membenarkan jas yang ia kenakan.

"Ansel, sayang. Ini, aku bawakan kamu makanan. Pasti kamu suka, ini makanan yang biasa kita nikmati bersama. Eh kamu, kenapa masih disini? Pergi sana." Clara, wanita itu selalu saja membuat Ansel geleng-geleng kepala.

"Ah iy nona, maafkan saya." Era bermaksud untuk menjauh dari mereka berdua, namun baru saja hendak kakinya melangkah. Tangan kokoh itu menahannya.

"Ansel! Lepasin dia, eh kamu ini tahu diri tidak sih. Susah disuruh pergi, masih saja disini." Clara menarik dan mendorong Era secara paksa.

"Argh!" Namun, bukannya Era yang terdorong. Akan tetapi, Clara yang sudah terjerembab ke lantai.

Dengan cepat Clara bangkit dan mengibaskan tangannya, ia tidak menyangka jika Ansel bersikap seperti itu padanya. Bahkan hal itu dilakukan didepan wanita lain, sehingga membuat emosi Clara memuncak.

"Jangan pernah menjatuhkan tanganmu padanya, pergilah." Tegas Ansel pada Clara.

"Kamu kenapa sih? Siapa dia, hah? Mainan baru lagi, setelah kamu membuangku seperti ini. Kamu benar-benar berubah, Ansel." Clara menatap Ansel dengan penuh harap.

"Tidak ada yang berubah, pergilah sebelum aku melakukan hal-hal yang tidak diinginkan padamu. Pergi!" Bentak Ansel.

Episodes
1 Awal pertemuan.
2 Hukuman.
3 Awal mula.
4 Melupakan sejenak.
5 Malam yang ceria.
6 Kemunculan pengganggu.
7 Semakin kacau
8 Melihatnya.
9 Visual karakter
10 Perasaan apa ini.
11 Mulai menunjukkan rasa.
12 Peristiwa tidak terduga.
13 Sambutan hangat.
14 Kerinduan.
15 Jangan pernah mengusik.
16 Merindukan.
17 Ungkapan hati.
18 Isi hati.
19 Panik.
20 Menemukanmu.
21 Sedikit Gangguan.
22 Menyingkirkan gangguan.
23 Kejutan.
24 Kejadian tidak di inginkan.
25 Pelindung.
26 Menjaga.
27 Malu atas kekonyolan.
28 Perlahan memahami.
29 Serangan.
30 Khawatir membawa berkah.
31 Mulai menunjukkan rasa.
32 Mulai mengetahui
33 Menjaga.
34 Rasa sakit yang tak terlihat.
35 Kerjasama.
36 Kekuatan.
37 Duka mendalam.
38 Hampir saja.
39 Keputusan.
40 Baba?
41 Firasat.
42 Kembar beraksi.
43 Penyatuan.
44 Menjadi Candu.
45 Panik.
46 Dua kabar berita.
47 Kehadiran keluarga.
48 Perkara rujak.
49 Bertemu wanita berbisa.
50 Mulai curiga.
51 Panther?
52 Perlahan mengetahui.
53 Penyusup.
54 Penculikan.
55 Mengetahui.
56 Awalan buruk.
57 Pertemuan besar.
58 Dia milikku!
59 Pertolongan.
60 Sadar.
61 Mencari Tahu.
62 Pengakuan.
63 Jangan...
64 Saling menerima.
65 Benarkah?
66 Bahagia kembali.
67 Pendekatan...
68 Mendekati hari kelahiran.
69 Panik.
70 Hal tak terduga.
71 Kebahagian.
72 Kembali Terluka.
73 Gangguan kecil.
74 Kembalinya sang misterius.
75 Seseorang dari masa lalu Ansel.
76 Haruskah?
77 Amarah yang meredam.
78 Keusilan sang penerus.
79 Si kembar.
80 Pengaruh si kembar
81 Perubahan Tama.
82 Arick.
83 Jatuh cinta.
84 Hari bahagia.
85 Pertemuan kembali.
86 Bahagia bertemu kembali.
87 Masa lalu belum usai.
88 Mulai menunjukkan.
89 Dia milikku.
90 Abi berulah.
91 Para pria posesif.
92 Mencari penawar.
93 Timbul masalah.
94 Aku mencintaimu.
95 Sah.
96 Keresahan.
97 Tidak!!
98 Maaf.
99 James?
100 Kebenaran.
101 Pertemuan pertama Abi.
102 Tertarik.
103 Pertolongan awal kedekatan.
104 Permintaan yang indah.
105 Akhir.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal pertemuan.
2
Hukuman.
3
Awal mula.
4
Melupakan sejenak.
5
Malam yang ceria.
6
Kemunculan pengganggu.
7
Semakin kacau
8
Melihatnya.
9
Visual karakter
10
Perasaan apa ini.
11
Mulai menunjukkan rasa.
12
Peristiwa tidak terduga.
13
Sambutan hangat.
14
Kerinduan.
15
Jangan pernah mengusik.
16
Merindukan.
17
Ungkapan hati.
18
Isi hati.
19
Panik.
20
Menemukanmu.
21
Sedikit Gangguan.
22
Menyingkirkan gangguan.
23
Kejutan.
24
Kejadian tidak di inginkan.
25
Pelindung.
26
Menjaga.
27
Malu atas kekonyolan.
28
Perlahan memahami.
29
Serangan.
30
Khawatir membawa berkah.
31
Mulai menunjukkan rasa.
32
Mulai mengetahui
33
Menjaga.
34
Rasa sakit yang tak terlihat.
35
Kerjasama.
36
Kekuatan.
37
Duka mendalam.
38
Hampir saja.
39
Keputusan.
40
Baba?
41
Firasat.
42
Kembar beraksi.
43
Penyatuan.
44
Menjadi Candu.
45
Panik.
46
Dua kabar berita.
47
Kehadiran keluarga.
48
Perkara rujak.
49
Bertemu wanita berbisa.
50
Mulai curiga.
51
Panther?
52
Perlahan mengetahui.
53
Penyusup.
54
Penculikan.
55
Mengetahui.
56
Awalan buruk.
57
Pertemuan besar.
58
Dia milikku!
59
Pertolongan.
60
Sadar.
61
Mencari Tahu.
62
Pengakuan.
63
Jangan...
64
Saling menerima.
65
Benarkah?
66
Bahagia kembali.
67
Pendekatan...
68
Mendekati hari kelahiran.
69
Panik.
70
Hal tak terduga.
71
Kebahagian.
72
Kembali Terluka.
73
Gangguan kecil.
74
Kembalinya sang misterius.
75
Seseorang dari masa lalu Ansel.
76
Haruskah?
77
Amarah yang meredam.
78
Keusilan sang penerus.
79
Si kembar.
80
Pengaruh si kembar
81
Perubahan Tama.
82
Arick.
83
Jatuh cinta.
84
Hari bahagia.
85
Pertemuan kembali.
86
Bahagia bertemu kembali.
87
Masa lalu belum usai.
88
Mulai menunjukkan.
89
Dia milikku.
90
Abi berulah.
91
Para pria posesif.
92
Mencari penawar.
93
Timbul masalah.
94
Aku mencintaimu.
95
Sah.
96
Keresahan.
97
Tidak!!
98
Maaf.
99
James?
100
Kebenaran.
101
Pertemuan pertama Abi.
102
Tertarik.
103
Pertolongan awal kedekatan.
104
Permintaan yang indah.
105
Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!