Merindukan.

"Kalian selesaikan semuanya, jangan sampai ada yang tersisa sedikit pun." Ansel melepaskan senjata kecil itu dan melemparkannya kepada Nayaka.

"Eits! Hampir saja." Senjata kecil namun mematikan itu hampir saja mengenai dirinya, lalu Nayaka mengumpat atas sikap Ansel.

"Berhenti mengumpat, perusahaan menunggumu dan kembalilah bekerja." Dengan seringainya, Ansel meninggalkan mereka semuanya.

Mendengar ucapan tersebut, bagi Nayaka sudan menjadi hal biasa. Dirinya akan selalu seperti itu, Ansel benar-benar tidak memberikannya waktu untuk menarik nafas sebentar saja dalam urusan pekerjaan. Hanya menghela nafas panjangnya dan sedikit memutar kedua bola mata dengan malas.

Membereskan semuanya dengan cepat dan bersih, semuanya kembali pada tugas masing-masing dan berada dimarkas. Sedangkan Ansel, sebelum bertemu dengan orang yang ingin ia temui. Membersihkan diri sebelumnya, lalu kini ia berada di rumah sakit.

"Assalamu'alaikum." Ucap Ansel memasuki ruangan tersebut.

Namun, apa yang ia dapatkan saat itu. Ruangan tersebut nampak begitu rapi dan bersih, tidak ada tanda-tandanya jika disana ada pasiennya. Wajah yang semuanya begitu ceria, seketika berubah menjadi datar dan dingin. Tangan mengambil ponsel dari saku celana yang ia kenakan, menghubungi nomor orang yang ia cari dan tidak tersambung.

Klek!

Seorang perawat yang akan menyiapkan ruangan tersebut, karena akan ada pasien yang akan menempatinya.

"Dimana pasien sebelumnya?" Suara tegas Ansel membuat perawat tersebut kaget dan merinding.

"Eee... Saya tidak tahu tuan." Dengan suara bergetar, perawat itu menjawabnya.

Kini, emosi Ansel sudah setipis tissue. Mencari daftar kontak yang sangat ia ingin mendapatkan jawaban atas semuanya ini, Ansel menghubungi sang adik.

"Dimana Era?" Ansel langsung bertanya saat Ayu menjawab panggilan darinya.

"Pakek salam dulu kek, bang. Langsung nembak nanya begitu." Protes Ayu.

"Dimana Era? Kenapa kamarnya kosong?" Ansel sedikit meninggikan nada bicaranya.

Baru kali ini, Ayu mendengar nada bicara dari abangnya seperti itu. Hal itu akan ia dengar, jika milik Ansel terusik. Dan saat ini, telinganya mendengarkan secara langsung.

"Kenapa? Tumben abang nanyain wanita, jangan-jangan." Sedikit memberikan godaan.

"Ayu!" Kembali suara tegas itu terdengar.

"Iya iya, bawel. Kak Era minta pulang, tadi mommy dan Ayu sudah semaksimal mungkin menahannya. Tapi pada akhirnya, mommy tidak tega dan mengizinkannya pulang." Penjelasan yang berakhir dengan pemutusan sambungan telepon secara sepihak dari Ansel.

Mendapati seperti itu, Ayu bukannya marah atau kesal. Dirinya langsung tersenyum penuh keceriaan, seperti sedang mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Untuk Ansel sendiri, bergegas ia melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan rumah sakit. Mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat menuju alamat yang sudah ia dapatkan, mudah bagi Ansel mengetahui alamat seseorang.

Dalam waktu perjalanan selama tiga puluh menit, mobil mewah itu kini sudah berhenti dan terpakir didepan rumah yang sangat sederhana. Ansel segera menurunkan dirinya dan melangkahkan kakinya menuju pintu rumah tersebut, dengan cepat tangan kekar itu mengetuknya.

Tok tok tok.

Tok tok tok.

Pergerakan dari engsel pintu tersebut dan membuatnya terbuka, terlihat seseorang yang benar-benar telah membuat dirinya menjadi seperti ini.

"Tuan Ansel! Mmm Assalamu'alaikum, tuan." Era kaget mendapati bosnya didepan pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam, kenapa pulang? Sudah aku katakan untuk tetap disana, sampai kamu benar-benar pulih." Tatapan itu membuat Era menundukkan pandangannya.

"Maafkan saya tuan." Era tidak ingin membuat suasana menjadi tidak enak.

Mempersilahan untuk duduk di teras depan rumahnya, Era mengambil air mineral untuk disuguhkan. Menerima tamu yang bukan mahramnya, membuat Era dan Ansel kini duduk disana.

"Maaf tuan, sebenarnya ada apa ya." Merasa ada sesuatu yang aneh dirasakan oleh Era.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanpa menatap wajah orang yang ia ajak bicara, baru kali ini Ansel lakukan.

"Mmm, alhamdulillah tuan. Saya sudah lebih baik, terima kasih atas semuanya."

"Jika sudah lebih baik, kamu bisa mulai bekerja. Dan ingat, posisimu sudah berubah sesuai dengan apa yang aku katakan. Beristirahatlah, kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" Ansel menunjukkan ponselnya yang menghubungi nomor milik Era.

Menyadari jika itu nomor ponsel miliknya, Era pun tidak bisa untuk berbuat lebih banyak. Karena ponsel itu telah hancur saat terjadinya kecelakaan naas bersama adiknya, bahkan dirinya masih menyimpan dengan baik kerangka ponsel tersebut.

"Maaf tuan, ponsel saya sudah hancur." Sebenarnya, Era tidak ingin mengatakan hal tersebut, karena ia hal itu takutnya akan menyinggung perasaan Ansel.

Mereka berdua pun terdiam, dimana Ansel memasang wajah datarnya dan Era hanya bisa menunduk sambil meremas kedua telapak tangannya secara bergantian. Tanpa mengatakan apapun, Ansel berdiri dan meninggalkan Era begitu saja. Melajukan kendaraannya menjauh dari rumah tersebut, begitu banyak isi pikirannya kala itu. Namun ia cukup senang bisa melihat wanita yang sudah mulai mengisi hatinya.

Disaat Ansel pergi begitu saja, Era hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Ada perasaan bersalah dan juga tidak enak hati pada pria yang sudah banyak menolongnya itu, namun ia harus berbesar hati jika harus menebus semuanya kebaikannya dengan merubah posisinya dalam bekerja. Dimana, semua biaya pengobatan dirinya dan juga Ejaz telah Ansel tanggung. Bahkan untuk kebutuhannya sehari-hari pun tidak luput dari perhatiannya, tidak hanya itu. Keluarga Ansel juga turut memperhatikan dirinya, maka hal tersebut telah membuat Era menjadi banyak berhutang budi.

Meninggalkan dan mempercayakan kondisi sang adik kepada orang yang telah di utus oleh Kiya, membuat Era merasa sedikit lega. Karena ia harus kembali bekerja dan mengumpulkan dana agar bisa membalas semua kebaikan yang telah ia dapatkan dari Ansel dna keluarganya, walaupun sebenarnya hal tersebut adalah bentuk tanggung jawab keluarga mereka atas terjadinya kecelakaan waktu itu.

Mendapati hari yang cukup bersahabat, Era berniat untuk menyekar ke makam kedua orangtuanya. Berangkat dengan menggunakan angkutan umum, setibanya ia disana. Tanpa terasa air mata itu mengalir begitu saja, saat mendapatan kedua makam orangtuanya yanh sangat ia rindukan.

"Assalamu'alaikum, ayah bunda. Maaf, mbak baru kesini. Mbak minta maaf pada kalian berdua atas keadaan Ejaz saat ini, maafin mbak. Mbak janji akan berusaha membuat Ejaz pulih kembali, sungguh mbak kangen yah, bu."

Mencurahkan semua rasa yang membuat dadanya sesak, Era mengusap kedua matanya yang sudah begitu sembab. Bahkan selembar kain yang menutupi wajahnya turut ikut basah, bahu itu benguncang atas tangisan pilu wanita itu.

"Kamu baru sembuh, kenapa sudha bepergian seperti ini!" Suara berat itu terdengar dan membuat Era kaget.

Tubuh mungil itu hampir saja menyentuh tanah, jika saja tidak ada tangan kekar yang menahannya. Menyadari jika hal itu tidak boleh dilakukan, Era segera menarik dirinya.

"Tuan! Kenapa anda bisa ada disini?"

Episodes
1 Awal pertemuan.
2 Hukuman.
3 Awal mula.
4 Melupakan sejenak.
5 Malam yang ceria.
6 Kemunculan pengganggu.
7 Semakin kacau
8 Melihatnya.
9 Visual karakter
10 Perasaan apa ini.
11 Mulai menunjukkan rasa.
12 Peristiwa tidak terduga.
13 Sambutan hangat.
14 Kerinduan.
15 Jangan pernah mengusik.
16 Merindukan.
17 Ungkapan hati.
18 Isi hati.
19 Panik.
20 Menemukanmu.
21 Sedikit Gangguan.
22 Menyingkirkan gangguan.
23 Kejutan.
24 Kejadian tidak di inginkan.
25 Pelindung.
26 Menjaga.
27 Malu atas kekonyolan.
28 Perlahan memahami.
29 Serangan.
30 Khawatir membawa berkah.
31 Mulai menunjukkan rasa.
32 Mulai mengetahui
33 Menjaga.
34 Rasa sakit yang tak terlihat.
35 Kerjasama.
36 Kekuatan.
37 Duka mendalam.
38 Hampir saja.
39 Keputusan.
40 Baba?
41 Firasat.
42 Kembar beraksi.
43 Penyatuan.
44 Menjadi Candu.
45 Panik.
46 Dua kabar berita.
47 Kehadiran keluarga.
48 Perkara rujak.
49 Bertemu wanita berbisa.
50 Mulai curiga.
51 Panther?
52 Perlahan mengetahui.
53 Penyusup.
54 Penculikan.
55 Mengetahui.
56 Awalan buruk.
57 Pertemuan besar.
58 Dia milikku!
59 Pertolongan.
60 Sadar.
61 Mencari Tahu.
62 Pengakuan.
63 Jangan...
64 Saling menerima.
65 Benarkah?
66 Bahagia kembali.
67 Pendekatan...
68 Mendekati hari kelahiran.
69 Panik.
70 Hal tak terduga.
71 Kebahagian.
72 Kembali Terluka.
73 Gangguan kecil.
74 Kembalinya sang misterius.
75 Seseorang dari masa lalu Ansel.
76 Haruskah?
77 Amarah yang meredam.
78 Keusilan sang penerus.
79 Si kembar.
80 Pengaruh si kembar
81 Perubahan Tama.
82 Arick.
83 Jatuh cinta.
84 Hari bahagia.
85 Pertemuan kembali.
86 Bahagia bertemu kembali.
87 Masa lalu belum usai.
88 Mulai menunjukkan.
89 Dia milikku.
90 Abi berulah.
91 Para pria posesif.
92 Mencari penawar.
93 Timbul masalah.
94 Aku mencintaimu.
95 Sah.
96 Keresahan.
97 Tidak!!
98 Maaf.
99 James?
100 Kebenaran.
101 Pertemuan pertama Abi.
102 Tertarik.
103 Pertolongan awal kedekatan.
104 Permintaan yang indah.
105 Akhir.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal pertemuan.
2
Hukuman.
3
Awal mula.
4
Melupakan sejenak.
5
Malam yang ceria.
6
Kemunculan pengganggu.
7
Semakin kacau
8
Melihatnya.
9
Visual karakter
10
Perasaan apa ini.
11
Mulai menunjukkan rasa.
12
Peristiwa tidak terduga.
13
Sambutan hangat.
14
Kerinduan.
15
Jangan pernah mengusik.
16
Merindukan.
17
Ungkapan hati.
18
Isi hati.
19
Panik.
20
Menemukanmu.
21
Sedikit Gangguan.
22
Menyingkirkan gangguan.
23
Kejutan.
24
Kejadian tidak di inginkan.
25
Pelindung.
26
Menjaga.
27
Malu atas kekonyolan.
28
Perlahan memahami.
29
Serangan.
30
Khawatir membawa berkah.
31
Mulai menunjukkan rasa.
32
Mulai mengetahui
33
Menjaga.
34
Rasa sakit yang tak terlihat.
35
Kerjasama.
36
Kekuatan.
37
Duka mendalam.
38
Hampir saja.
39
Keputusan.
40
Baba?
41
Firasat.
42
Kembar beraksi.
43
Penyatuan.
44
Menjadi Candu.
45
Panik.
46
Dua kabar berita.
47
Kehadiran keluarga.
48
Perkara rujak.
49
Bertemu wanita berbisa.
50
Mulai curiga.
51
Panther?
52
Perlahan mengetahui.
53
Penyusup.
54
Penculikan.
55
Mengetahui.
56
Awalan buruk.
57
Pertemuan besar.
58
Dia milikku!
59
Pertolongan.
60
Sadar.
61
Mencari Tahu.
62
Pengakuan.
63
Jangan...
64
Saling menerima.
65
Benarkah?
66
Bahagia kembali.
67
Pendekatan...
68
Mendekati hari kelahiran.
69
Panik.
70
Hal tak terduga.
71
Kebahagian.
72
Kembali Terluka.
73
Gangguan kecil.
74
Kembalinya sang misterius.
75
Seseorang dari masa lalu Ansel.
76
Haruskah?
77
Amarah yang meredam.
78
Keusilan sang penerus.
79
Si kembar.
80
Pengaruh si kembar
81
Perubahan Tama.
82
Arick.
83
Jatuh cinta.
84
Hari bahagia.
85
Pertemuan kembali.
86
Bahagia bertemu kembali.
87
Masa lalu belum usai.
88
Mulai menunjukkan.
89
Dia milikku.
90
Abi berulah.
91
Para pria posesif.
92
Mencari penawar.
93
Timbul masalah.
94
Aku mencintaimu.
95
Sah.
96
Keresahan.
97
Tidak!!
98
Maaf.
99
James?
100
Kebenaran.
101
Pertemuan pertama Abi.
102
Tertarik.
103
Pertolongan awal kedekatan.
104
Permintaan yang indah.
105
Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!