Penyerangan berlangsung dengan cukup tegang, pihak musuh ternyata sudah menandai pergerakan mereka. Hanya saja, hal tersebut sudah mendapatkan arahan dari ketua mereka.
"Tuan! Awas!" Teriak Pedro yang mendapati seseorang dari arah belakang tubuh Ansel sedang mengarahkan senjatanya.
Dor!
Dor!
Tanpa membalikkan tubuhnya, Ansel terlebih dahulu mengarahkan senjata miliknya ke arah orang tersebut. Tentunya letusan dari senjata milik Ansel melesat dengan sangat tepat mengenai sasarannya, mengakibatkan orang tersebut tewas seketika. Pedro merasa lega melihat hal itu, mereka kemudian melanjutkan misi penyerangan dengan begitu rapi.
Bahkan pihak musuh hampir saja terkecoh akan pergerakan yang begitu halus dari kelompok Ansel, dalam dunia bisnis. Bagi sebagian orang, merupakan hal yang sangat menyenangkan. Namun untuk sebagiannya lagi, akan menjadi ladang pertempuran untuk tetap bertahan atau hancur.
"Hei! Kau jangan mengikutiku terus, sana pergi. Cari tempat lain, membuatku jengkel saja." Pedro menyeringai kepada Leon yang dari awal penyerangan selalu mengikutinya kemana pun.
"Emang masalah buat aku? Sorry bro, aku bukan mengikuti, tapi di lain tempat sudah banyak sekali orang-orang kita. Lebih baik disini kan." Jawab Leon yang masih acuh dengan tatapan tajam dari Pedro.
"Ish! Dasar manusia seribu alasan, awas aja menyusahkanku. Habis kau kujadikan makanan peliharaan tuan!" Begitu geramnya Pedro atas sikap Leon kepadanya.
Menyampingkan rasa kesalnya, Pedro tetap fokus dengan tujuan mereka saat itu. Satu persatu pihak musuh mulai mereka takhlukkan, benar apa yang sudah dikatakan Ansel sebelumnya, titik awal adalah dimana musuh mereka berada.
Brakh!
Beberapa orang dari pihak musuh mereka telah mendobrak salah satu pintu ruangan pada bangunan, hal tersebut tidak luput dari pengawasan Leon dan yang lainnya.
"Ayo cepat! Kita harus mengamankan semuanya, kalau tidak. Bos akan marah besar." Ujar salah satu dari orang tersebut.
"Bagaimana bisa kita mengamankan semuanya, ini terlalu banyak dan beresiko." Jawab yang lainnya.
Semuanya yang berada disana menjadi kebingungan akan apa yang harus dilakukan, tidak mungkin mereka akan memindahkan semua barang yang ada disana dalam waktu yang singkat. Apalagi situasi dan kondisi saat itu sedang dalam peperangan diantara dua kelompok, mereka terus berusaha untuk mengamankannya dengan kemampuan yang dimiliki.
Crash!
"Argh!" Teriakan demi teriakan terdengar disana.
Tidak dapat di elakkan lagi jika terjadi pertumpahan cairan berwarna merah itu, Ansel tidak akan melepaskan orang-orang yang sudah mengusik kehidupannya dengan mudah. Jika ada yang berani melakukan hal tersebut, sudah dipastikan mereka tidak akan hidup dengan tenang.
Kini Ansel berjalan menelusuri jalan kecil yang mengarahkannya pada pelabuhan yang sudah lama tidka beroperasi, rupanya tempat tersebut dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan sebuah gudang sekaligus pusat perdagangan secara ilegal.
Sudut mata Ansel menangkap adanya bayangan yang sangat mencurigakan, namun bayangan tersebut mengeluarkan kalimat-kalimat yang sangat tidak mau ia dengar. Bahkan orang lain pun juga tidak ada yang mau mendengarnya, suara ******* panjang sekaligus membuat bayangan tersebut tidak bergerak lagi. Isi kepala Ansel mengutuk keras pemilik bayangan itu.
Sial! Kenapa disaat begini, telingaku harus menjadi korbannya.
Untuk beberapa saat, Ansel harus menunggu. Ia tidak ingin setelah telinganya rusak gara-gara mendengar suara sumbang, membuat matanya juga harus terkena imbasnya. Selalu tergiang akan nasihat mommy Kiya, membuat Ansel harus merelakan kesabarannya terkikis oleh orang tersebut.
Selembar tissue pun harus menjadi perumpaan akan kesabaran Ansel, lalu ia berdiri dengan gemuruh rasa geram dalam dirinya. Mengarahkan senjata yang telah ia bawa ditangannya, dengan Nayaka beserta Bobby yang baru saja tiba disana. Ansel mengarahkan pada Bobby untuk membuka pintu ruangan dengan segera, perintah pun dilaksanakan.
Brakh!
Sial bagi Bobby yang menghantamkan tendangan supernya dan membuat pintu itu terbuka, namun ia mendapatkan bonus pemandangan yang cukup menyakitkan mata.
"Aaa sialan!!" Erang Bobby lalu ia refleks melempar benda apa saja terdekat dengannya.
"Dasar manusia sialan! Kalian merusak mataku!"
Akibat ulah dari Bobby, membuat kedua orang yang baru selesai dengan drama percintaannya menjadi kaget. Mereka menutupi dirinya dengan pakaian seadanya, karena pakaian keduanya sudah berterbangan tak tahu dimana.
"Si siapa kalian?" Teriak pria tersebut yang tak lain adalah Romy, ketua klan Black Block bergegas mengenakan pakaiannya.
"Banyak tanya lagi, seharusnya aku sudah memusnahkanmu dari tadi. Dasar tidak sadar diri!" Bobby membentak dan melesatkan sebutir anak peluru dari senjata ditangannya.
"Argh! Bre***ek kalian!" Romy mengerang atas rasa sakit pada lengannya yang terkena tembakan.
Sedangkan wanita yang bersamanya, kini sudah entah kemana. Saat dipastikan ruangan tersebut aman, Ansel berjalan memasukinya dan berhadapan dengan orang yang sudah membuat bisnisnya menjadi terhambat bahkan ada yang terkena sitaan dari aparatur negara akibat dari ulah Romy.
"An Ansel, tuan Ansel?!" Romy benar-benar kaget akan kedatangan orang yang sudah ia kacaukan bisnisnya.
Dengan kedua tangan berada dalam saku celananya, Ansel menatap Romy yang meringgis kesakitan menahan luka pada lengannya. Duduk dengan tenang pada kursi yang disediakan oleh Leon dibelakang tubuhnya, menyandarkan punggungnya dan mengangkat satu kaki diatas lutut kaki lainnya.
Dalam situasi yang seperti itu, membuat Romy tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memberikan sebuah gerakan sebagai tanda untuk anggotanya mendekat, namun berulang kali ia lakukan dan tidak ada tanda-tandanya jika bantuan itu datang.
"Sudah selesai meminta bantuan, Romy?! Aku rasa, anggotamu sudah berada di alam yang berbeda. Heh, kau benar-benar manusia tidak sadar diri." Ansel sudah tidak dapat menahan amarahnya, melesarkan sebuah benda kecil yang dengan cepat menyentuh telinga kanan Romy hingga putus.
"Argh! Tidak tidak, telingaku!"
"Bre***ek kau Ansel!" Romy mengerang dan ia berusaha mencari sesuatu.
Pergerakannya itu sudah mendapatkan pengamatan dari Bobby dan lainnya, mereka sudah mewaspadai mengenai hal-hal yang tidak di inginkan. Sorot mata Ansel menajam menatapi orang yang sudah membuat kegaduhan serta kekacauan, hingga terjadi kerugian yang sangat besar bagi orang lain.
"Mencari sesuatu? Sayangnya aku sudah tidak tidak memberikan waktu untuk itu. "
Tidak persiapan apapun yang dimiliki oleh Romy kala itu, ia tidak bisa kabur dari sang manusia pencabut nyawa seperti Ansel. Dimana mereka tahu, jika sudah berani menyentuh wilayah serta kehidupan seorang Ansel. Maka, sudah dipastikan mereka tidak akan pernah bisa lepas ataupun bersembunyi lagi.
Setelah kehilangan satu telinganya, kini Romy harus kehilangan nyawanya. Karena Ansel dengan sangat cepat melepaskan sebuah benda kecil dari tangannya, benda tersebut sangatlah tajam dan juga mematikan. Benda itu menggores lehernya dan berputar kembali pada Ansel, lalu dengan sedikit gerakan yang cepat. Benda itu tertancap tepat pada jantung Romy, dan sudah dipastikan jika pria itu sudah tewas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments