Sambutan hangat.

"Era!" Seketika Ansel menengang melihat pasien tersebut.

Semua pihak keluarga disana menjadi kaget, saat mereka mendapati Ansel menyebutkan salah satu kata ketika melihat pasien tersebut. Apalagi Ansel mempercepat langkahnya menghampiri brankar yang akan membawa apasien tersebut. Ia sempat terdiam saat melihat dengan cukup dekat pasien wanita itu, kedua mata Ansel sangat yakin jika itu adalah wanita yang ia kenal. Hanya saja ketika itu, tidak ada kain yang menutupi wajahnya.

"Mom, apakah ada kain kecil atau apa saja." Ansel menatap Kiya.

"Ada, untuk apa bang?" Kiya menjadi kaget ketika Ansel menanyakan benda itu.

Tanpa menjawabnya, Ansel meminta Kiya untuk memberikan benda itu kepadanya. Selembar kain sapu tangan yang sangat cantik corak dan warnanya, kini Ansel genggam dan kembali menghampiri pasien tersebut. Ia menutupi kepala dan sebagian wajah wanita itu, lalu meminta para perawat untuk segera membawanya ke kamar perawatan, tidak ada pertanyaan apapun dari pihak keluarga Azzam. Mereka hanya mengikuti saja dan kini semuanya berada di dalam kamar perawatan pasien, tentunya kamar itu adalah terbaik yang dimiliki rumah sakit tersebut.

Para perawat mempersiapkan keadaan pasien dan mereka pamit setelah semuanya selesai, Arick memilih untuk duduk pada kursi yang tersedia, hanya kedua orangtuanya bersama adik perempuannya dan abangnya berada disisi pasien.

"Kakak, maafin Ayu ya. Ayu tidak sengaja menabrak kalian, itu semuanya karena Ayu sudah melanggar peraturan dari daddy. " Ayu yang menggenggam tangan Era dengan sangat merasa bersalah, bahkan ia menanggis.

Tanggisan Ayu benar-benar membuat keluarganya kaget, karena Ayu tidak pernah seperti itu walaupun ia mengalami kesakitan bahkan kesulitan. Namun kali ini, ia menanggis seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya.

Lalu kiya meminta suaminya dan Arick serta Ansel untuk keluar saja dari kamar tersebut, karena dari apa yang dilakukan oleh Ansel sebelumnya membuat dirinya mengerti jika pasien wanita tersebut menggunakan hijab dan tidak baik jika laki-laki yang bukan mahramnya melihat hal tersebut. Walaupun, keadaan darurat yanh menjadi alasannya.

"Kenapa sayang?" Azzam menanyakan kepada istrinya kenapa ia harus keluar.

"Iya mom, Arick cuma pengen rebahan sebentar."

Sedangkan Ansel, ia hanya diam dan mengikuti perkataan dari sang mommy. Karena setiap sikap yang Kiya ambil, akan selalu ada pertimbangan sebelumnya.

"Maafkan aku sayang, Arick, abang. Mommy bukan melarang kalian untuk terus berada disana. Apa yang abang lakukan tadi, membuat mommy menyadari jika wanita itu menggunakan hijab dan juga cadar. Benarkah abang?" Kiya menyakinkan putranya atas apa pendapatnya tersebut.

Ansel hanya menganggukkan kepalanya, membenarkan apa yang telah Kiya katakan. Dengan penjelasan tersebut, membuat Azzam dan Arick akhirnya mengerti akan apa yang dimaksudkan oleh Kiya.

"Kalian bisa masuk kembali setelah keadaan lebih baik, dan abang. Kalau mau masuk, ada baiknya mmm siapa namanya tadi?" Kiya lupa akan nama.

"Era." Jawab singkat Ansel.

"Kalau mau masuk, ada baiknya Era kita kenakan hijab dahulu. Untuk cadarnya, menyesuaikan saja. Karena dia masih menggunakan alat bantu pernapasan, takutnya akan berpengaruh. Bagaimana?" Kiya tersenyum menatapi satu persatu wajah pria tampannya.

"Mmm, kamu memang yang terbaik sayang." Azzam memeluk Kiya.

"Iya mom, Arick paham. Tapi, apa tidak apa-apa jika kita sudah melihatnya seperti itu mom? Takutnya nanti dia malu." Arick dengan tengilnya.

Takh!

"Weh, sakit bang." Kepala Arick kenapa pukulan dari tangan Ansel.

"Dia tidak akan tahu, jika mulutmu itu bisa menjaganya. Pergilah." Ansel menyeringai kepada Arick.

"Boy." Tegur Azzam kepada Ansel.

"Hahaha, ternyata abangku ini manusia normal. Oke kalau begitu, jaga kakak iparku dengam baik ya. Mom dad, Arick pergi dulu. Nanti ada singa jantan yang mengamuk, hahaha."

"Arick!" Ansel meninggikan suaranya yang dimana membuat Arick semakin tertawa namun dengam cepat ia berlari menjauh.

Kepergian Arick membuat Azzam dan Kiya mengerti, lalu Azzam menepuk pundak putra sulungnya itu.

"Mom, dad! Kakaknya sadar!" Ayu muncul dari balik pintu ruang perawatan.

Mendapati hal tersebut, mereka pun segera masuk. Benar adanya, Era sudah membuka matanya dengan tatapan yang begitu sayu. Matanya seakan sedang mencari sesuatu, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.

"Kak." Tegur Ayu kepada Era yang masih terdiam.

"E Ejaz, Ejaz dimana? Dimana Ejaz?" Suara parau yang kemudian disusul dengan air mata yang mengalir dari kedua sudut matanya.

Mendapati Era yang menanggis, Ayur menjadi semakin merasa bersalah dan ia meminta kepada Kiya untuk menenangkannya. Namun, Ansel terlebih dahulu berada disampingnya.

"Hei, tenang. Ejaz baik-baik saja, dia berada diruangan yang lain." Ansel ingin meraih tangan mungil itu, akan tetapi langsung mendapatkan tarikan dari sang adik.

"Abang, bukan mahram!" Tegas Ayu dan melebarkan kedua matanya pada Ansel.

Menyadari akan perkataan dari Ayu, membuat Era sadar jika kini disana ada orang-orang yang sanga asing baginya. Lalu ia menatap Kiya, seakan melihat hal yang begi seju. Membuat Era sempat merasakan ketenangan saat melihatnya, pandangan itu kini beralih melihat Ansel. Dalam pikirannya, mengapa ada bosnya disana.

"Nak, kamu tidak apa-apa? Apakah ada rasa sakit yang kamu rasakan?" Era tersadar saat Kiya bertanya padanya.

"Eee, i iya nyo..."

" Mommy, sebut saja mommy Kiya." Kiya menyela perkataan Era.

"Mo mommy?" Kiya lun mengganggukkan kepalanya.

Begitu teduhnya wajah itu, wanita yang sudah berumur itu menggunakan hijab. Membuat dirinya terlihat begitu cantik, menyadari akan hal itu. Lalu Era menjadi panik, ia meraba kepala dan wajahnya.

"Astaghfirullah!! Dimana, dimana hijab dan cadarku?!" Era semakin panik dan berusaha untuk menutupi kepala dan wajahnya.

Pergerakan tersebut, membuat jarum infus dan alat bantu pernapasan itu tertarik dan terlepas. Sudah dipastikan jika punggung tangannya mengeluarkan cairan merah. Semuanya ikutan panik akan apa yang dilakukan Era, lalu Kiya segera memeluknya dan menutupi bagian kepalanya Era dengan tubuhnya. Begitu pun dengan Ayu, ia segera menarik Ansel dan Azzam untuk segera keluar dari ruangan tersebut.

"Tenang sayang, daddy dan Ansel sudah diluar. Maaf ya, mommy melupakan hal penting ini. Sebentar, sepertinya mommy bawa mukenah didalam tas. Ayu, tolong sayang." Kiya meminta Ayu mencari benda itu didalam tasnya.

Saat tas itu terbuka, Ayu mendapatkan apa yang ia cari. Ia pun memberikannya kepada Kiya, dan Kiya pun mengeluarkan mukenah yang selalu ia bawa kemanapun lalu memberikannya kepada Era untuk segera digunakan.

"Terimah kasih mom." Era sedikit menjadi lega.

Tombol darurat Kiya tekan, yang tidak menunggu lama untuk mendatangkan dokter disana. Segera saja dokter tersebut memeriksa Era dan memperbaiki peralatan medis yang sebelumnya terlepas, memberikan sedikit informasi mengenai kondisi pasien dan memberikan waktu istirahat untuk pasiennya.

Episodes
1 Awal pertemuan.
2 Hukuman.
3 Awal mula.
4 Melupakan sejenak.
5 Malam yang ceria.
6 Kemunculan pengganggu.
7 Semakin kacau
8 Melihatnya.
9 Visual karakter
10 Perasaan apa ini.
11 Mulai menunjukkan rasa.
12 Peristiwa tidak terduga.
13 Sambutan hangat.
14 Kerinduan.
15 Jangan pernah mengusik.
16 Merindukan.
17 Ungkapan hati.
18 Isi hati.
19 Panik.
20 Menemukanmu.
21 Sedikit Gangguan.
22 Menyingkirkan gangguan.
23 Kejutan.
24 Kejadian tidak di inginkan.
25 Pelindung.
26 Menjaga.
27 Malu atas kekonyolan.
28 Perlahan memahami.
29 Serangan.
30 Khawatir membawa berkah.
31 Mulai menunjukkan rasa.
32 Mulai mengetahui
33 Menjaga.
34 Rasa sakit yang tak terlihat.
35 Kerjasama.
36 Kekuatan.
37 Duka mendalam.
38 Hampir saja.
39 Keputusan.
40 Baba?
41 Firasat.
42 Kembar beraksi.
43 Penyatuan.
44 Menjadi Candu.
45 Panik.
46 Dua kabar berita.
47 Kehadiran keluarga.
48 Perkara rujak.
49 Bertemu wanita berbisa.
50 Mulai curiga.
51 Panther?
52 Perlahan mengetahui.
53 Penyusup.
54 Penculikan.
55 Mengetahui.
56 Awalan buruk.
57 Pertemuan besar.
58 Dia milikku!
59 Pertolongan.
60 Sadar.
61 Mencari Tahu.
62 Pengakuan.
63 Jangan...
64 Saling menerima.
65 Benarkah?
66 Bahagia kembali.
67 Pendekatan...
68 Mendekati hari kelahiran.
69 Panik.
70 Hal tak terduga.
71 Kebahagian.
72 Kembali Terluka.
73 Gangguan kecil.
74 Kembalinya sang misterius.
75 Seseorang dari masa lalu Ansel.
76 Haruskah?
77 Amarah yang meredam.
78 Keusilan sang penerus.
79 Si kembar.
80 Pengaruh si kembar
81 Perubahan Tama.
82 Arick.
83 Jatuh cinta.
84 Hari bahagia.
85 Pertemuan kembali.
86 Bahagia bertemu kembali.
87 Masa lalu belum usai.
88 Mulai menunjukkan.
89 Dia milikku.
90 Abi berulah.
91 Para pria posesif.
92 Mencari penawar.
93 Timbul masalah.
94 Aku mencintaimu.
95 Sah.
96 Keresahan.
97 Tidak!!
98 Maaf.
99 James?
100 Kebenaran.
101 Pertemuan pertama Abi.
102 Tertarik.
103 Pertolongan awal kedekatan.
104 Permintaan yang indah.
105 Akhir.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal pertemuan.
2
Hukuman.
3
Awal mula.
4
Melupakan sejenak.
5
Malam yang ceria.
6
Kemunculan pengganggu.
7
Semakin kacau
8
Melihatnya.
9
Visual karakter
10
Perasaan apa ini.
11
Mulai menunjukkan rasa.
12
Peristiwa tidak terduga.
13
Sambutan hangat.
14
Kerinduan.
15
Jangan pernah mengusik.
16
Merindukan.
17
Ungkapan hati.
18
Isi hati.
19
Panik.
20
Menemukanmu.
21
Sedikit Gangguan.
22
Menyingkirkan gangguan.
23
Kejutan.
24
Kejadian tidak di inginkan.
25
Pelindung.
26
Menjaga.
27
Malu atas kekonyolan.
28
Perlahan memahami.
29
Serangan.
30
Khawatir membawa berkah.
31
Mulai menunjukkan rasa.
32
Mulai mengetahui
33
Menjaga.
34
Rasa sakit yang tak terlihat.
35
Kerjasama.
36
Kekuatan.
37
Duka mendalam.
38
Hampir saja.
39
Keputusan.
40
Baba?
41
Firasat.
42
Kembar beraksi.
43
Penyatuan.
44
Menjadi Candu.
45
Panik.
46
Dua kabar berita.
47
Kehadiran keluarga.
48
Perkara rujak.
49
Bertemu wanita berbisa.
50
Mulai curiga.
51
Panther?
52
Perlahan mengetahui.
53
Penyusup.
54
Penculikan.
55
Mengetahui.
56
Awalan buruk.
57
Pertemuan besar.
58
Dia milikku!
59
Pertolongan.
60
Sadar.
61
Mencari Tahu.
62
Pengakuan.
63
Jangan...
64
Saling menerima.
65
Benarkah?
66
Bahagia kembali.
67
Pendekatan...
68
Mendekati hari kelahiran.
69
Panik.
70
Hal tak terduga.
71
Kebahagian.
72
Kembali Terluka.
73
Gangguan kecil.
74
Kembalinya sang misterius.
75
Seseorang dari masa lalu Ansel.
76
Haruskah?
77
Amarah yang meredam.
78
Keusilan sang penerus.
79
Si kembar.
80
Pengaruh si kembar
81
Perubahan Tama.
82
Arick.
83
Jatuh cinta.
84
Hari bahagia.
85
Pertemuan kembali.
86
Bahagia bertemu kembali.
87
Masa lalu belum usai.
88
Mulai menunjukkan.
89
Dia milikku.
90
Abi berulah.
91
Para pria posesif.
92
Mencari penawar.
93
Timbul masalah.
94
Aku mencintaimu.
95
Sah.
96
Keresahan.
97
Tidak!!
98
Maaf.
99
James?
100
Kebenaran.
101
Pertemuan pertama Abi.
102
Tertarik.
103
Pertolongan awal kedekatan.
104
Permintaan yang indah.
105
Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!