Semakin kacau

Sebelum menuju perusahaannya, Ansel menghantarkan si bungsu ke sekolahnya. Tanpa turun dari mobilnya, ia menghentikan laju kendaraannya saat sudah tiba didepan sekolahan tersebut.

"Bang!" Ayu mengadahkan telapak tangannya kepada Ansel.

Mengira jika si bungsu ingin meminta tangannya, bermaksud berpamitan kepadanya. Ansel dengan mudahnya memberikan telapak tangan kanannya, akan tetapi tangan itu ditepisnya dengan kuat.

"Ish abang, bukan itu!" Tegas Ayu yang mengerucutkan bibirnya.

"Apa?" Kening itu berkerut sangat banyak.

Masih dengan bibir yang mengerucut, kemudian sorot mata yang melirik tajam kepada Ansel. Ayu langsung menepuk bahu Ansel dan menarik dompetnya yang berada di laci mobil didepannya, menarik beberapa lembar uang yang bernilai besar dan mengembalikan kembali dompet tersebut pada tempatnya.

"Ini abang, dasar tidak peka. Dah, pamit ni." Ayu baru menarik tangan Ansel kembali dan mencium punggung tangan kanannya.

Keluar dari mobil mewah tersebut dan menutupnya dengan gaya yang biasa Ayu lakukan, menggunakan tenaga yang full. Setelahnya ia berlari menjauh, membuat sang pemilik mobil mengusap wajahnya dengan kasar.

Brakh!

"Huh, angkutan umum saja masih diperlakukan dengan baik. Dasar bocah!" Erang Ansel lalu melajukan mobilnya menuju perusahaan.

.

.

.

.

Keadaan suasana di perusahaan sama seperti biasanya, disaat semua para karyawaan telah memasuki jam kerja. Maka tidak ada lagi yang namanya bersantai, mereka akan bisa beristirahat sejenak disaat jam makan siang dan Coffee break disore hari.

"Pagi love, sudah selesai semalam?" Linda masih mengkhawatirkan wanita berhijab itu.

"Pagi juga Lin, alhamdulillah sudah selesai. Hanya menunggu revisi dari pak bos." Era tersenyum dari balik cadarnya.

"Apa sih senyum-senyum gitu, nanti matamu tambah hilang baru tahu rasa."Linda yang mengatakan jika mata Era menyipit disaat ia tertawa.

Mereka menyudahi percakapan tersebut, karena jam kerja sudah berlangsung. Fokus kembali dengan pekerjaan yang ada, tidak ada yang akan berani mengambil resiko tersebut.

Seorang laki-laki memasuki ruang kerja milik divisi dimana Era dan yang lainnya berada, kehadirannya itu cukup membuat semuanya kaget. Dia adalah Liam Madava, ketua tim dari divisi dimana Era dan yang lainnya berada. Kehadirannya pria berpenampilan menawan itu membuat jantung semuanya berdetak sangat cepat, bahkan bisa pingsan.

"Selamat siang semuanya, tolong persiapkan skema laporan untuk bulan ini. Dalam waktu sepuluh menit, kalian semuanya sudah siap." Tegasnya dalam mengucapkan kalimat tersebut.

Perkataan itu benar-benar telah membuat seisi ruangan tersebut terdiam, lalu bergegas mempersiapkan semuanya seperti apa yang diminta. Liam terkenal sebagai pribadi yang dingin, hampir sama dengan pimpinan dan juga asistennya. Karena mereka adalah sepaket manusia dingin, dalam waktu singkat semuanya telah siap untuk melaporkan pekerjaan.

Dalam proses penyampaian berbagai laporan yang ada, dengan tidak terduga mereka kehadiran sang pimpinan disana. Dimana tidak biasanya pimpinan perusahaan menghadiri ataupun mendatangi karyawannya, kali ini benar-benar diluar dugaan.

"Selamat datang tuan, Ansel." Liam terlebih dahulu menyapa pimpinannya.

Tanpa berbasa-basi terlalu panjang, sorot mata Ansel langsung tertuju dengan orang yang sedang ia cari. Siapa lagi kalau bukan Era, wanita itu langsung melebarkan kedua bola matanya.

"Kau, ikut ke ruanganku!" Ucapan tegas dan dingin itu membuat orang yang mendengarnya menjadi merinding.

Telunjuk dari tangan kekar itu seperti pedang yang langsung mengenai sasarannya, Era merasakan aura yang tidak baik saat itu. Selama bekerja di perusahaan tersebut, ia sangat berharap tidak akan pernah bertemu dengan pimpinan mereka. Dimana berbagai gosip yang menyatakan jika pimpinan mereka adalah pria yang dingin serta kejam, dan paling banyak ditakuti adalah jika pimpinan mereka memiliki daya pikat yang besar.

Setelah selesai mengatakan hal tersebut, Ansel pergi begitu saja. Meninggalkan berbagai pertanyaan bagi para orang disana, Linda segera menyikut temannya itu meminta penjelasan.

"Hei love, apa kamu melakukan kesalahan lagi?"

"Entahlah, aku pun tidak tahu." Dengan malasnya Era menjawab.

"Era, segera temui tuan Ansel. Biarkan laporan kamu nanti saja, pergilah." Liam tidak ingin membuat pimpinan mereka menunggu.

"Mm, baik pak." Era bergegas keluar.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan pimpinan, banyak sekali pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya. Ketika sudah berada didepan ruangan Ansel, tubuh itu berhenti dan menatap pintu yang masih kokok tertutup.

Apa yang terjadi ya, perasaan aku tidak melakukan apapun setelah selesai mengerjakan hukuman semalam. Huh, kakiku terasa lemas kalau bertemu dengannya. Membuatku takut saja.

Saat masih asik dengan pemikirannya sendiri, secara tidak sengaja telinganya mendengar suara yang sangat samar namun seperti suara wanita dari balik pintu ruangan dihadapannya itu. Awalnya tidak ada perasaan dan keingan untuk menjadi pengering, akan tetapi lama kelamaan rasa penasaran semakin membesar.

Daun telinga itu menempel pada pintu besar tersebut, mencari posisi yang dimana dapat mendengar suara itu dengan sangat jelas.

"Aaaaaa!!! Astagfirullah!" Era kaget dan hampir terjatuh saat pintu tersebut terbuka.

Terlihat Nayaka yang berada tepat dihadapannya terdiam, pria itu juga kaget akan keberadaan Era disana. Tidak hanya mereka yang berada disana, didalam ruangan itu masih ada seorang wanita dengan menggunakan pakaian yang cukup minim sedang berada dia atas pangkuan Ansel. Segera saja Era langsung mengalihkan pandangannya, tak lupa ia beristighfar didalam hatinya.

...Astaghfirullah haladzim, ya Allah maafkan hambaMu ini....

"Nona Era, silahkan masuk saja. Anda bisa menunggu disana." Nayakan menunjukkan tempat untuk menunggu.

"Ah iya tuan, tapi..." Belum selesai mengatakan maksudnya, Nayaka sudah menghilang.

Hal itu membuat kaki Era terasa begitu lemas untuk melangkah, bahkan untuk duduk saja ia benar-benar merasa aneh. Dengan keadaan wanita yang masih berada diatas pangkuan Ansel saat itu, hanya saja sorot mata tajam dari pria itu tertuju padanya.

"Sayang, siapa dia? Kita lanjutkan saja ya." Dengan nada suara manja, tanagn wanita itu bergerak menelusuri rahang Ansel.

"Hentikan Clara, kau bisa pergi." Elak Ansel yang menepis tangan wanita itu dari tubuhnya.

"Kenapa? Aku sangat merindukanmu sayang, sudah lama kita tidak bertemu." Clara semakin menempel pada Ansel yanh sudah berdiri.

"Diam! Keluar dari ruanganku!" Bentak Ansel dengan keras, sehingga membuat Era dan juga Clara menjadi kaget.

"Ansel!" Clara tidak terima dengan perlakuan Ansel padanya.

Tangan kanan Ansel terangkat ke atas, menandakan jika ia tidak ingin mendengar alasan apapun dari Clara dan memintanya untuk pergi dari ruangannya. Dengan memasang wajah merajuk dan menghentakkan kakinya dihadapan Ansel, lalu ia pun melirik sejenak ke arah Era sejenak.

"Clara!!" Suara Ansel bergema kembali.

"Iya iya, kamu sangat berubah Ansel!" Dengan langkah terpaksa, Clara akhirnya berjalan keluar.

Pintu terbuka dan tertutup dengan sangat kasar, dengan kepergian Clara tersebut. Membuat Ansel menghela nafas kasarnya, ia berjalan dan duduk disamping Era dengan cara menghempaskan tubuhnya. Mata terpejam dengan tubuh yang sudah bersandar, membuat Era semakin merasakan aura yang tidak menggenakkan.

Perlahan menggeserkan tubuhnya agar tidak terlalu berdekatan, namun secara tiba-tiba tangan kekar itu meraih tangan Era yang membuat dirinya tertahan. Betapa kaget dan sontak saja ia menarik tangannya tersebut, sehingga kini keduanya saling berjauhan.

" Jangan coba-coba untuk keluar dari ruangan ini!"

Episodes
1 Awal pertemuan.
2 Hukuman.
3 Awal mula.
4 Melupakan sejenak.
5 Malam yang ceria.
6 Kemunculan pengganggu.
7 Semakin kacau
8 Melihatnya.
9 Visual karakter
10 Perasaan apa ini.
11 Mulai menunjukkan rasa.
12 Peristiwa tidak terduga.
13 Sambutan hangat.
14 Kerinduan.
15 Jangan pernah mengusik.
16 Merindukan.
17 Ungkapan hati.
18 Isi hati.
19 Panik.
20 Menemukanmu.
21 Sedikit Gangguan.
22 Menyingkirkan gangguan.
23 Kejutan.
24 Kejadian tidak di inginkan.
25 Pelindung.
26 Menjaga.
27 Malu atas kekonyolan.
28 Perlahan memahami.
29 Serangan.
30 Khawatir membawa berkah.
31 Mulai menunjukkan rasa.
32 Mulai mengetahui
33 Menjaga.
34 Rasa sakit yang tak terlihat.
35 Kerjasama.
36 Kekuatan.
37 Duka mendalam.
38 Hampir saja.
39 Keputusan.
40 Baba?
41 Firasat.
42 Kembar beraksi.
43 Penyatuan.
44 Menjadi Candu.
45 Panik.
46 Dua kabar berita.
47 Kehadiran keluarga.
48 Perkara rujak.
49 Bertemu wanita berbisa.
50 Mulai curiga.
51 Panther?
52 Perlahan mengetahui.
53 Penyusup.
54 Penculikan.
55 Mengetahui.
56 Awalan buruk.
57 Pertemuan besar.
58 Dia milikku!
59 Pertolongan.
60 Sadar.
61 Mencari Tahu.
62 Pengakuan.
63 Jangan...
64 Saling menerima.
65 Benarkah?
66 Bahagia kembali.
67 Pendekatan...
68 Mendekati hari kelahiran.
69 Panik.
70 Hal tak terduga.
71 Kebahagian.
72 Kembali Terluka.
73 Gangguan kecil.
74 Kembalinya sang misterius.
75 Seseorang dari masa lalu Ansel.
76 Haruskah?
77 Amarah yang meredam.
78 Keusilan sang penerus.
79 Si kembar.
80 Pengaruh si kembar
81 Perubahan Tama.
82 Arick.
83 Jatuh cinta.
84 Hari bahagia.
85 Pertemuan kembali.
86 Bahagia bertemu kembali.
87 Masa lalu belum usai.
88 Mulai menunjukkan.
89 Dia milikku.
90 Abi berulah.
91 Para pria posesif.
92 Mencari penawar.
93 Timbul masalah.
94 Aku mencintaimu.
95 Sah.
96 Keresahan.
97 Tidak!!
98 Maaf.
99 James?
100 Kebenaran.
101 Pertemuan pertama Abi.
102 Tertarik.
103 Pertolongan awal kedekatan.
104 Permintaan yang indah.
105 Akhir.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal pertemuan.
2
Hukuman.
3
Awal mula.
4
Melupakan sejenak.
5
Malam yang ceria.
6
Kemunculan pengganggu.
7
Semakin kacau
8
Melihatnya.
9
Visual karakter
10
Perasaan apa ini.
11
Mulai menunjukkan rasa.
12
Peristiwa tidak terduga.
13
Sambutan hangat.
14
Kerinduan.
15
Jangan pernah mengusik.
16
Merindukan.
17
Ungkapan hati.
18
Isi hati.
19
Panik.
20
Menemukanmu.
21
Sedikit Gangguan.
22
Menyingkirkan gangguan.
23
Kejutan.
24
Kejadian tidak di inginkan.
25
Pelindung.
26
Menjaga.
27
Malu atas kekonyolan.
28
Perlahan memahami.
29
Serangan.
30
Khawatir membawa berkah.
31
Mulai menunjukkan rasa.
32
Mulai mengetahui
33
Menjaga.
34
Rasa sakit yang tak terlihat.
35
Kerjasama.
36
Kekuatan.
37
Duka mendalam.
38
Hampir saja.
39
Keputusan.
40
Baba?
41
Firasat.
42
Kembar beraksi.
43
Penyatuan.
44
Menjadi Candu.
45
Panik.
46
Dua kabar berita.
47
Kehadiran keluarga.
48
Perkara rujak.
49
Bertemu wanita berbisa.
50
Mulai curiga.
51
Panther?
52
Perlahan mengetahui.
53
Penyusup.
54
Penculikan.
55
Mengetahui.
56
Awalan buruk.
57
Pertemuan besar.
58
Dia milikku!
59
Pertolongan.
60
Sadar.
61
Mencari Tahu.
62
Pengakuan.
63
Jangan...
64
Saling menerima.
65
Benarkah?
66
Bahagia kembali.
67
Pendekatan...
68
Mendekati hari kelahiran.
69
Panik.
70
Hal tak terduga.
71
Kebahagian.
72
Kembali Terluka.
73
Gangguan kecil.
74
Kembalinya sang misterius.
75
Seseorang dari masa lalu Ansel.
76
Haruskah?
77
Amarah yang meredam.
78
Keusilan sang penerus.
79
Si kembar.
80
Pengaruh si kembar
81
Perubahan Tama.
82
Arick.
83
Jatuh cinta.
84
Hari bahagia.
85
Pertemuan kembali.
86
Bahagia bertemu kembali.
87
Masa lalu belum usai.
88
Mulai menunjukkan.
89
Dia milikku.
90
Abi berulah.
91
Para pria posesif.
92
Mencari penawar.
93
Timbul masalah.
94
Aku mencintaimu.
95
Sah.
96
Keresahan.
97
Tidak!!
98
Maaf.
99
James?
100
Kebenaran.
101
Pertemuan pertama Abi.
102
Tertarik.
103
Pertolongan awal kedekatan.
104
Permintaan yang indah.
105
Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!