Malam yang ceria.

Menggunakan serbuk pasir yang berada didekatnya, benda itu tepat mengenai wajah Ansel sehingga membuatnya lengah. Melihat musuh mereka berhasil kabur, membuat anggota yang lainnya mengejar. Nayaka yang masih dalam keadaan nafas tidka teratur, segera menghampiri Ansel.

"Tuan!"

Dalam posisi tubuh yang masih berdiri, Ansel menutup kedua matanya yang terkena semburan pasir dari Joseph. Merentangkan salah satu tangannya ke atas, sebagai tanda jika ia tidak apa-apa. Sehingga membuat anggota yang lainnya terdiam, menyaksikan tuannya itu juga tidak bergerak.

Yang kemudian dilakukan oleh Ansel adalah menggerakkan kepalanya agar pasir tersebut berjatuhan, perlahan membuka mata setelah merasa pasir yang menghalangi matanya sudah hilang.

"Tuan, anda tidak apa-apakan?" Khawatir Pedro yang mewakili semua anggota yang lainnya.

"Tidak apa-apa, dia lolos lagi?" Tanya Ansel yang masih mengibaskan rambutnya dari sisa pasir yang ada.

"Benar tuan, kita kehilangannya. Maafkan kami." Leon dan Nayaka menunduk dihadapan Ansel.

Semuanya sangat begitu takut jika Tuan mereka akan marah, karena telah lalai dalam menahan musuhnya. Dimana diketahui pergerakan dari seorang Joseph, sudah tidak dapat dipungkiri jika manusia itu sangatlah cukup sulit untuk ditangkap. Ia terkenal sebagai manusia terlicin dalam dunia bawah, namun tidak bagi Ansel.

Untuk saat ini, dirinya bukan tidak bisa dalam menangkap Joseph. Hanya saja Ansel memilih untuk tidak terlalu bertindak gegabah dalam mengambil setiap keputusan.

"Kalian pastikan saja semua barang-barang itu sudah berada dalam kuasa kita, jangan sampai mereka membuat ulah setelahnya. Jangan lupa, biarkan saja dia berhasil kabur untuk kali ini, tapi tidak untuk selanjutnya." Ansel berjalan meninggalkan tempat tersebut.

Sepeninggalan Ansel, Pedro dan Leon segera membersihkan tempat tersebut. Memastikan barang yang telah berjalan menuju tempat teramat milik klan mereka, Ansel tidak akan membiarkan orang lain untuk mengambil bisnisnya dengan begitu saja.

"Tuan selalu terlihat tenang, benar-benar bisa mengontrol emosinya." Pedro bergumam.

"Tenang si tenang, kau belum saja mendapatkan apesnya." Leon yang sudah pernah merasakan apes dari Ansel, memilih mengabaikan Pedro.

"Maksudmu?"

"Aku pernah ketiban apes membersihkan hasil pekerjaan Tuan, sejak hari itu. Aku tidak bisa makan selama beberapa hari, sangat menyiksa sekali." Leon kembali teringat akan peristiwa dimana ia sangat tidak berdaya.

"Memangnya, apa yang kau lakukan? Bisa bisanya tidak makan beberapa hari, metong dong lu. Hahaha." Celetuk Pedro membuyarkan isi kepala Leon.

Plak!

Plak!

"Hei, kenapa memukulku?!" Pedro mengusap kepalanya.

"Suatu saat, jika tuan mengutusmu untuk melakukannya. Maka aku akan berpesta tiga hari tiga malam untuk merayakannya, semoga kau secepatnya merasakan hal yang serupa." Dengus Leon yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, memilih untuk segera kembali ke markas.

...Sebenarnya, apa yang tuan perintahkan padanya. Sampai-sampai tidak bisa makan, heh. Dasar pria lemah, aku yakin bahwa aku tidak seperti dia....

"Tunggu, Leon! Hei!"

Pedro mengejar Leon yang sudah jauh meninggalkannya, semuanya permasalahn sudah teratasi dengam sangat bersih.

.

.

.

.

Sementara itu, Era yang kini sudah menyelesaikan hukumannya itu. Dengan segera membereskan semua berkas-berkas yang sudah berserakan di atas meja kerjanya, bahkan ruangannya itu tidak bisa dikatakan sebagia ruang kerja saat itu.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga." Era merenggangkan tubuhnya dari rasa pegal yang melanda.

Ddrrttt...

"Assalamu'alaikum, iya Jaz?" Dari sambungan telfon tersebut, ternyata sang adik yang menghubunginya.

"Wa'alaikumussalam, aku sudah di pos satpam mbak."

"Astaghfirullah, maaf ya mbak lupa. Ini mau nyerah laporannya ke bos mbak duku, kamu tunggu ya." Era hampir melupakan jikamia meminta sang adik untuk menjemputnya.

Menutup telfon dari Ejaz, bergegas membereskan menja kerjanya. Lalu Era menuju ruangan dang pimpinan, setelah beberapa kali ia mengetuknya dan tidak ada jawaban apapun.

"Apa didalam tidak ada orang? Kenapa tidak ada jawaban ya." Heran Era saat itu.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Era memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Saat pintu terbuka, suasana sunyi begitu terasa. Menandakan jika disana tidak ada siapapun, dengan menghela nafas beratnya. Era menaruh hasil laporan yang ia kerjakan di atas meja kerja pimpinannya, lalu ia segera menuju pos satpam.

"Huh, maaf ya Jaz. " Era menepuk pundak sang adik.

"Iya mbak, sudah selesai semuanya?" Ejaz menyakinkan Era agar tidak ada yang belum, terselesaikan.

"Alhamdulillah dan in syaa Allah sudah semuanya. Yuk pulang, pak mamah. Terima kasih ya." Ujar Era kepada satpam disana.

"Sama-sama non, hati-hati dijalan, ini sudah larut malam."

"Iya pak."

Keduanya mulai meninggalkan halaman gedung bertingkat yang sangat besar itu, menikmati udara malam yang semakin membuat orang-orang ingin berada dibawah selimut.

"Kamu sudah makan?" Tanya Era kepada Ejaz yang masih fokus mengendarai laju si jaguar.

"Laper si mbak, memangnya mau makan apa?"

"Gimana kalau yang hangat-hangat? Bakso, soto atau kamu ada saran?" Era tahu jika adiknya punya saran mengenai makanan di malam hari.

"Mikote saja mbak, gimana? Yang di ujung perempatan jalan itu enak loh, murah lagi. Mau?" Ejaz terdengar sangat bersemangat.

"Yakin?"

"Kalau aku si terserah sama yang bayaranya saja, hahaha."

"Dasar bocor, ya sudah kesana saja. Nanti semakin larut, besok kesiangan." Tegas Era yang memang sudah terasa lelah.

"Siap bos."

Laju si jaguar semakin terasa cepat, walaupun tidak terlalu kencang seperti kendaraan yang lainnya. Kini mereka telah sampai di tempat yang dituju, memesan dua mangkok mikote yang seperti Ejaz katakan. Disaat makanan tersebut telah disajikan, Era benar-benar takjub dengan penampilannya.

"Jaz, kamu yakin ni harganya murah?" Karena porsi makanannya itu menurut Era sangat banyak.

"Bener kak, Ejaz dan teman-teman yang lainnya sudah sering kemari." Yakin Ejaz atas kekhawatiran Era.

"Kamu pesan mikote kan, sebenarnya itu artinya apaan?" Era masih terlihat bingung akan nama dan penampilan dari makanan tersebut.

Ingin rasanya Ejaz melepas tawanya dengan sangat keras, karena ketidaktahuan kakak perempuannya itu. Perlahan ia menetralkan tawa yang akan meledak itu, agar tidak membuat Era tersinggung.

"Mikote itu, mie kornet dan telur mbak. Hahaha, ups." Pada akhirnya tawa itu terlepas juga.

Mendapati sang adik tertawa akan dirinya, Era hanya meliriknya dengan cukup tajam. Benar-benar ketidaktahuannya itu membuat dirinya seperti orang bodoh, melupakan akan hal tersebut. Keduanya menikmati makanan tersebut dengan begitu nikmat, Ejaz yang telah selesai terlebih dahulu. Dengam sabarnya menunggu Era, karena kakak perempuannya itu menggunakan cadar.

"Gimana, enak kan mbak?" Tanya Ejaz saat Era telah selesai dengan makanannya.

"Mmm, alhamdulillah. Cocok dengan perut mbak, terutama dompet. Hehehe, kamu ada-ada saja saja menamai makanan tadi." Era tidak habis pikir dengan adiknya.

"Hahaha, yang penting kan enak dan ramah dikantong. Nanti kapan-kapan kemari lagi ya mbak, hahaha." Ejaz sudah tak tahan untuk terus tertawa.

Episodes
1 Awal pertemuan.
2 Hukuman.
3 Awal mula.
4 Melupakan sejenak.
5 Malam yang ceria.
6 Kemunculan pengganggu.
7 Semakin kacau
8 Melihatnya.
9 Visual karakter
10 Perasaan apa ini.
11 Mulai menunjukkan rasa.
12 Peristiwa tidak terduga.
13 Sambutan hangat.
14 Kerinduan.
15 Jangan pernah mengusik.
16 Merindukan.
17 Ungkapan hati.
18 Isi hati.
19 Panik.
20 Menemukanmu.
21 Sedikit Gangguan.
22 Menyingkirkan gangguan.
23 Kejutan.
24 Kejadian tidak di inginkan.
25 Pelindung.
26 Menjaga.
27 Malu atas kekonyolan.
28 Perlahan memahami.
29 Serangan.
30 Khawatir membawa berkah.
31 Mulai menunjukkan rasa.
32 Mulai mengetahui
33 Menjaga.
34 Rasa sakit yang tak terlihat.
35 Kerjasama.
36 Kekuatan.
37 Duka mendalam.
38 Hampir saja.
39 Keputusan.
40 Baba?
41 Firasat.
42 Kembar beraksi.
43 Penyatuan.
44 Menjadi Candu.
45 Panik.
46 Dua kabar berita.
47 Kehadiran keluarga.
48 Perkara rujak.
49 Bertemu wanita berbisa.
50 Mulai curiga.
51 Panther?
52 Perlahan mengetahui.
53 Penyusup.
54 Penculikan.
55 Mengetahui.
56 Awalan buruk.
57 Pertemuan besar.
58 Dia milikku!
59 Pertolongan.
60 Sadar.
61 Mencari Tahu.
62 Pengakuan.
63 Jangan...
64 Saling menerima.
65 Benarkah?
66 Bahagia kembali.
67 Pendekatan...
68 Mendekati hari kelahiran.
69 Panik.
70 Hal tak terduga.
71 Kebahagian.
72 Kembali Terluka.
73 Gangguan kecil.
74 Kembalinya sang misterius.
75 Seseorang dari masa lalu Ansel.
76 Haruskah?
77 Amarah yang meredam.
78 Keusilan sang penerus.
79 Si kembar.
80 Pengaruh si kembar
81 Perubahan Tama.
82 Arick.
83 Jatuh cinta.
84 Hari bahagia.
85 Pertemuan kembali.
86 Bahagia bertemu kembali.
87 Masa lalu belum usai.
88 Mulai menunjukkan.
89 Dia milikku.
90 Abi berulah.
91 Para pria posesif.
92 Mencari penawar.
93 Timbul masalah.
94 Aku mencintaimu.
95 Sah.
96 Keresahan.
97 Tidak!!
98 Maaf.
99 James?
100 Kebenaran.
101 Pertemuan pertama Abi.
102 Tertarik.
103 Pertolongan awal kedekatan.
104 Permintaan yang indah.
105 Akhir.
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal pertemuan.
2
Hukuman.
3
Awal mula.
4
Melupakan sejenak.
5
Malam yang ceria.
6
Kemunculan pengganggu.
7
Semakin kacau
8
Melihatnya.
9
Visual karakter
10
Perasaan apa ini.
11
Mulai menunjukkan rasa.
12
Peristiwa tidak terduga.
13
Sambutan hangat.
14
Kerinduan.
15
Jangan pernah mengusik.
16
Merindukan.
17
Ungkapan hati.
18
Isi hati.
19
Panik.
20
Menemukanmu.
21
Sedikit Gangguan.
22
Menyingkirkan gangguan.
23
Kejutan.
24
Kejadian tidak di inginkan.
25
Pelindung.
26
Menjaga.
27
Malu atas kekonyolan.
28
Perlahan memahami.
29
Serangan.
30
Khawatir membawa berkah.
31
Mulai menunjukkan rasa.
32
Mulai mengetahui
33
Menjaga.
34
Rasa sakit yang tak terlihat.
35
Kerjasama.
36
Kekuatan.
37
Duka mendalam.
38
Hampir saja.
39
Keputusan.
40
Baba?
41
Firasat.
42
Kembar beraksi.
43
Penyatuan.
44
Menjadi Candu.
45
Panik.
46
Dua kabar berita.
47
Kehadiran keluarga.
48
Perkara rujak.
49
Bertemu wanita berbisa.
50
Mulai curiga.
51
Panther?
52
Perlahan mengetahui.
53
Penyusup.
54
Penculikan.
55
Mengetahui.
56
Awalan buruk.
57
Pertemuan besar.
58
Dia milikku!
59
Pertolongan.
60
Sadar.
61
Mencari Tahu.
62
Pengakuan.
63
Jangan...
64
Saling menerima.
65
Benarkah?
66
Bahagia kembali.
67
Pendekatan...
68
Mendekati hari kelahiran.
69
Panik.
70
Hal tak terduga.
71
Kebahagian.
72
Kembali Terluka.
73
Gangguan kecil.
74
Kembalinya sang misterius.
75
Seseorang dari masa lalu Ansel.
76
Haruskah?
77
Amarah yang meredam.
78
Keusilan sang penerus.
79
Si kembar.
80
Pengaruh si kembar
81
Perubahan Tama.
82
Arick.
83
Jatuh cinta.
84
Hari bahagia.
85
Pertemuan kembali.
86
Bahagia bertemu kembali.
87
Masa lalu belum usai.
88
Mulai menunjukkan.
89
Dia milikku.
90
Abi berulah.
91
Para pria posesif.
92
Mencari penawar.
93
Timbul masalah.
94
Aku mencintaimu.
95
Sah.
96
Keresahan.
97
Tidak!!
98
Maaf.
99
James?
100
Kebenaran.
101
Pertemuan pertama Abi.
102
Tertarik.
103
Pertolongan awal kedekatan.
104
Permintaan yang indah.
105
Akhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!