Kamuflase ...

Sore itu Mada terlihat sangat bahagia bermain-main dengan dedaunan kering yang rontok.

"Waaaah..... Seru banget!!!!" teriak Mada kegirangan sambil menari diantara daun kering yang berjatuhan bagaikan hujan.

"Coba kalau kita beneran kekorea saat musin bunga sakura... Pasti lebih seru..." teriaknya lagi pada Tobia yang hanya terheran dengan tingkah Mada.

"Pokoknya aku akan menikah dengan laki-laki yang bisa mengajakku pergi ke korea lihat bunga sakura." Kekonyolan tingkah Mada hanya membuat Tobia geleng- geleng kepala.

"Nih...! Makan tuh bunga sakura..!!! seru Tobia seraya menghamburkan beberapa daun kering terakhir dari tangannya , ke wajah Mada dengan agak keras.

Ternyata dari tadi itu Tobia yang menghamburkan dedaunan kering itu sambil berdiri diatas bangku taman, sementara Mada bermain hujan daun kering di bawahnya. 🤣🤣🤣🤣

"Lah... Kok udahan? Lagi dong Mas... masih seru..." rengek Mada.

"Anak kelas 2 SMA kok tingkahnya kayak anak TK. Udah ah, Mas capek. Mainan sendiri sana." kata Tobia sedikit kesal.

"Ayo lah Maaasss..... Temenin main. Kamu kan tahu, aku nggak punya temen lain yang baiknya kayak kamu. Ya...ya... Ya... 😽😽" Mada pasang ekpresi kucing gemes yang tentunya melelehkan Tobia.

"Ya ampun... Kapan sih kamu bisa dewasa sesuai umurmu...😒😒.." kata Tobia sambil berbalik mengumpulkan lagi daun kering dan menuruti keinginan Mada.

Namun baru saja mereka kembali bermain, beberapa orang yang lewat tengah jalan-jalan terlihat keheranan melihat tingkah mereka berdua . Orang-orang itu terkekeh. Tobia yang menyadari hal itu tertunduk-tunduk malu sambil tersenyum tanda minta maaf pada orang- orang yang lewat itu. Sedangkan Mada cuek saja tetap melanjutkan kesenangannya.

"Ternyata kalian pelakunya.!!!" seru seseorang yang tiba-tiba datang membawa sapu besar dari balik pohon cemara.

"Capek saya sapu-sapu,,, eh, kalian malah bikin berantakan lagi. Bersihkan sekarang juga.!!!" seru si penjaga taman dengan keras.

"Oh... Maaf pak... Anak ini memang bandel. Dia yang ngajari saya main beginian." seru Mada melimpahkan kesalahan pada Tobia yang hanya bisa gagu ngak ngok nggak tahu mau ngomong apa sama Pak penjaga taman.

"Saya nggak butuh penjelasan apapun. Sekarang kalian berdua dihukum membantu membersihkan taman setiap sore. Selama 6 hari dihitung dari sekarang."

Tobia dan Mada tidak bisa mengelak lagi. Meski dengan terpaksa, mereka hanya bisa menuruti Si penjaga taman.

"Makanya jadi orang kalau mimpi jangan ketinggian. Nih hasil mimpimu. Mau nikah sama siapa tadi? Orang korea?" ledek Tobia.

"Nggak harus orang korea Mas, yang penting bisa bawa aku main-main ke Korea. Tapi kalu beneran bisa nikah sama orang Korea ya... Kenapa harus menolak."😊😊 Mada malah makin ngabrut.

Tobia hanya bisa menggeleng-geleng kepala dengan ekspresi kesalnya.

Tobia dan Mada membantu para penjaga taman menyapu taman dan membakar sampah-sampah dedaunan dan ranting-ranting kering. Para penjaga taman sangat baik. Mereka tidak lagi marah saat melihat Tobia dan Mada melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati.

Setelah kira-kira hampir satu jam, taman terlihat bersih dan rapi. Orang- orang mulai banyak berdatangan. Ada yang suka bermain-main atau sekedar hanya berjalan -jalan sore. Ada yang membawa hewan peliharaan, ada yang sengaja datang bersama keluarga untuk menikmati sore.

Taman itu menjadi tempat orang- orang di sekitar sana untuk bersosialisasi dan saling menyapa. Hampir setiap sore taman itu selalu dipenuhi dengan orang- orang yang terlihat bahagia.

"Terima kasih kalian sudah sangat membantu pekerjaan kami." kata Ketua penjaga taman.

"Sama-sama Pak... Maaf kami sering bikin kacau taman yang indah ini."

"Sebenarnya kami sudah sering melihat kelakuan lucu kalian. Tapi kebetulan minggu ini kami kekurangan staf, karena 3 rekan kami sedang cuti. Jadi kami pikir tidak apa-apa kalau kalian membantu pekerjaan kami." kata si Bapak sambil tersenyum-senyum.

"Oh.. Begitu Pak... Jadi Bapak membutuhkan kami, bukan karena memarahi kami ?" Mada dengan lantang nyeletuk.

"Maaf.. Tapi ya seperti itulah keadaannya. Kami harus berusaha menyelesaikan bersih- bersih sebelum para pengunjung datang." kata si Bapak dengan sedikit nada penyesalan.

"Tapi kan Pak......." belum selesai Mada akan beradu argumen, Tobia segera menengahi.

"Tidak apa-apa Pak... Kami senang bisa membantu. Kami akan tetap melanjutkan pekerjaan ini sesuai kesepakatan tadi." kata Tobia meyakinkan petugas taman.

"Tapi Mas... Kamu kan kerja sampingan kalau sore? itu gimana?" seru Mada membela Tobia.

 Tobia bukan anak manja yang apa-apa hanya minta kedua orang tuanya. Meskipun kedua orang tuanya bukan orang yang kekurangan, namun semenjak semester 2, Tobia kuliah sambil melakukan beberapa pekerjaan sampingan.

"Tidak apa-apa... Semua jadwal bisa diatur. Toh kita membantu membersihkan taman juga cuma seminggu saja kok." Tobia terlihat sangat bijak dan bertanggung jawab.

"Yakin Mas?" Mada terlihat khawatir melihat Tobia. Mungkin ia takut Tobia akan kelelahan atau semacamnya.

"Ssssssttt... Tuh lihat, setelah membantu bersih-bersih , lihat orang-orang pada asyik menikmati taman yang bersih. Bukannya itu suatu kebahagiaan juga untuk kita?"

"Iya benar... Mereka menikmati taman dengan bahagia. Kamu bener Mas... Kalau gitu kita akan membantu bersih-bersih tiap sore." kata Mada kemudian dengan mata berbinar sambil melihat sekelilingnya.

"Bersih itu indah dan nyaman kan mbak.... Mendatangkan banyak kebahagiaan." kata salah satu penjaga taman.

"Makanya usahakan jangan membuang sampah sembarangan. Sudah disediakan tempat sampah, ya silahkan sadar diri." kata penjaga yang lain.

Sejenak mereka berkumpul sambil beristirahat. Setelah selesai Tobia dan Mada undur diri berpamitan karena Tobia harus segera berangkat untuk pekerjaan sampingannya.

..............

Kita kembali ke perpustakaan...

Dokter Harun melepas pelan bibirnya dari bibir Mada. Lalu memeluk Mada dengan hangat.

"Maafkan aku... Tapi ini tulus dari hatiku. Sudah lama aku memperhatikanmu. Aku sering melihatmu di rumah sakit bersama perawat Tobia." kata dokter Harun dengan lembut.

"Sebaiknya kita bangun." Mada terlihat asal menjawab.

"Ah benar." dokter Harun melepaskan pelukan Mada lalu duduk bersandar rak buku. Mereka duduk bersebelahan.

Mada terlihat bingung sekaligus senang. Namun masih terdiam tidak tahu harus memulai perbincangan darimana.

"Terima kasih, aku pikir kamu adalah pacarnya perawat Tobia. Aku sangat bersyukur kamu adiknya."

"Adiknya?"

"Heem... Kamu adiknya perawat Tobia kan?"

"Ah... Iya... Aku adik perempuannya." 🤭🤭🤭apapun itu memang Tobia seperti seorang kakak untuk Mada.

"Aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat itu kamu datang masih dengan baju wisuda mu. Kamu terlihat cantik,manja, lucu, unik dan ceria disaat bersamaan. saat itulah aku terpana dan langsung jatuh cinta."

"Kata Mas Tobi, dokter baru aja pindah belum lama ini?" jawab Mada sambil tersipu kegirangan.

"Waktu itu aku ke sana diminta Ayahku mengantar beberapa alat medis. Aku masih dokter muda saat itu."

"Memang sekarang dokter sudah tua?" tanya Mada polos mengejutkan dokter Harun.

Dokter Harun terbahak kecil karena tidak menyangka pertanyaan Mada.😅😅😅

"Apa menurutmu aku tua?"🥴🥴

"Tidak juga... Dokter masih muda, keren.... Hmmm..." kepolosan wajah Mada membuat dokter Harun semakin terpikat.

"Apa lagi?"☺️☺️

"Ganteng." Mada menjawab dengan malu-malu.

Sekali lagi dokter Harun memeluk Mada dengan lembut. Lalu mengelus kepala Mada perlahan.

"Jadi... Mulai sekarang kita pacaran kan?" kata dokter Harun kemudian.

Mada yang tersipu malu dan kegirangan, hanya bisa mengangguk kecil dalam pelukan dokter Harun.

Dokter Harun melepaskan pelukannya, lalu memegang kedu pipi Mada, memandanginya lekat-lekat. Tentu saja membuat jantung Mada berdegup kencang tak beraturan. Mata mereka saling bertemu.

 Kali ini dengan sangat lembut dan hati-hati dokter Harun kembali mencium Mada. Dengan saling menutup mata, mereka mencurahkan perasaan mendalam mereka. Dengan perlahan pula dokter Harun menyudahinya, memandang lekat lagi ke wajah Mada yang terus saja tersipu, lalu mengecup seluruh wajah Mada.

"Sekarang, kamu adalah milikku. Sudah kutandai diseluruh wajahmu." kata dokter Harun menggoda Mada yang hanya bisa tersipu kegirangan tiada henti.

"Sekarang sudah hampir dini hari. Akan kuantar kamu kembali ke rumah sakit. Bisa kan kita atur kencan setelahnya?" kata dokter Harun seraya meraih tangan Mada dan menariknya lembut.

Mada hanya bisa menurut dan mengikuti dokter Harun. Dokter Harun adalah tipe lelaki penyayang yang sangat lembut. Sebelas dua belas lah sama Tobia. Hanya saja kalau Tobia memiliki tingkat kejahilan yang sangat luar biasa. Berbeda dengan dokter Harun yang sangat lembut penuh kehati-hatian. Dokter Harun juga lebih suka keterbukaan perasaan. Tidak suka menyembunyikan apapun dari pasangan. Dokter Harun juga tipe yang sangat romantis luar biasa.

"Kenapa berhenti?" tanya Mada saat dokter Harun menghentikan mobilnya sebelum sampai ke tujuan.

"Kita makan kudapan dulu. Waffel disini sangat enak. Kopi seduhnya juga ringan di lambung." jawab dokter Harun.

"Tapi aku masih kenyang." jawab Mada.

"Setidaknya, temani pacarmu ini minum kopi. Ah... Setidaknya berikan waktumu sedikit lagi untuk bersamaku malam ini." kata dokter Harun pelan sambil menatap lekat ke wajah Mada dengan sangat berharap.

"Ok... Baiklah." jawab Mada sambil tersipu salah tingkah.

Dokter Harun turun lebih dulu, lalu bergegas membuka pintu mobil untuk Mada. Dokter Harun tak segan menggandeng tangan Mada dengan lembut memasuki cafe yang buka 24 jam itu.

" Sayang, kamu mau kopi seduh ?" tanya dokter Harun di depan karyawan cafe sambil berbalik menata poni Mada yang berantakan.

Pegawai cafe yang melihatnya pun ikut tersipu dan salah tingkah.

"Boleh.." 🥰🥰🥰jawab Mada sok imut sambil tersipu..

"Romantis banget... Dia langsung panggil aku sayang..." otak Mada dipenuhi dengan bunga yang mekar serempak.

Dokter Harun mempersiapkan kursi untuk Mada dan mempersilahkannya untuk duduk. Sungguh sangat romantis. Setiap hal yang dilakukan dokter Harun selalu berhasil membuat jantung Mada meleleh tak beraturan.

"Bagaimana kalau besok sore setelah aku selesai bekerja, kita ketemu. Aku antar kamu ke salon, sebaiknya kamu menata rambutmu. Lihat,, ponimu sudah tak beraturan begini." kata dokter Harun seraya membenahi poni Mada yang memang berantakan.

"Boleh..."☺️☺️☺️ Tak hentinya Mada tersipu dan berbunga-bunga. "Orang ini selalu tahu yang diinginkan wanita. Oh... So sweet banget... Ya Tuhan.. Terima kasih sudah mempertemukan aku dengan orang ini." batin Mada begitu girang.

Sementara itu Tobia yang menyaksikan pemandangan romantis itu segera menghampiri sejoli yang sedang mabuk asmara.

"Boleh bergabung?" kedua sejoli tampak terkejut dengan kedatangan Tobia.

"Kok Mas Tobi disini?" Mada bertanya dengan kaget sambil menepis pelan tangan dokter Harun dari wajahnya.

"Harusnya aku yang bertanya. Aku hampir senang karena kupikir kamu hilang." jawab Tobia dengan wajah datar.

"Ah..kebetulan Mas Tobia disini... Ini bukan maksud minta ijin, tapi kami hanya memberitahukan kalau kami resmi berpacaran mulai hari ini." kata dokter Harun seraya merangkul Mada.

"Mulai sekarang, Mas Tobi bisa lebih tenang karena aku sudah ada dokter Harun. Jadi Mas Tobi bisa cari pacar juga." kata Mada sangat enteng.

"Bagus... Jadi aku tidak perlu menjaga kamu lagi." jawab Tobia sambil menyandarkan badannya ke kursi. "Waaaaah... Lega sekali rasanya hidupku. Akhirnya aku bisa hidup tenang dan tidak perlu mendengar rengekan-rengekan nggak jelasmu."

"Mas Tobia kok gitu sih.. Keterlaluan banget." keluh Mada.

"Tidak baik melawan kakak sendiri. Mulai sekarang keluhkan apapun keinginanmu padaku saja. Beri waktu untuk kakakmu agar menjalani hidupnya dengan bebas." kalimat dokter Harun terdengar sangat bijak.

"Baiklah kalau begitu... Aku harus segera kembali kerumah sakit. Kakek dan nenekku pasti sudah menungguku dengan khawatir." kata Tobia sambil memandang ke Mada, lalu pergi tanpa menyentuh kopi pesanannya.

"Ah, sebaiknya aku ikut. Maaf dokter, nanti saya hubungi lagi. Saya harus ikut Mas Tobia sekarang."

"Biar aku antar. Dari sini ke rumah sakit masih agak jauh."

"Tidak usah Dokter... Kayaknya mas Tobia tadi nyariin aku dan sudah terlanjur kesel. Nanti aku hubungi."

"Baiklah hati-hati. Jangan melawan kakakmu ya."

Mada melambaikan tangan lalu segera berlari menyusul Tobia.

"Mas... Tunggu.... Aku ikut!!!" teriak Mada yang tidak dihiraukan Tobia.

Tobia tampak kesal. Dan tidak menghiraukan Mada yang berteriak-teriak memanggil namanya.

"Mas... Maafkan aku. Aku tadi juga kesel. Jadi aku pergi. Tapi nggak sengaja ketemu dokter Harun. Terus aku jalan sama dia."

"Terserah kamu. Bukan urusanku lagi kamu mau ngapain aja." jawab Tobia ketus.

"Mas kok gitu sih... Habisnya kamu nyebelin juga sih."

"Setidaknya gunakan hp mu itu untuk kasih tahu kamu dimana. Belajarlah memikirkan perasaan orang lain." Tobia masih kesal.

"Maaf.. Batreku habis...."

"Oh ya... Meskipun aku cuma kakakmu, setidaknya pikirkan juga perasaan kakek dan nenekmu kalau tahu kamu tiba-tiba menghilang. Pikirkan juga tantemu yang terbaring di rumah sakit." Tobia makin kalap persisi seorang kakak yang memarahi adiknya yang berbuat kesalahan.

"Maaf mas... Nggak akan aku ulangi." kata Mada terlihat sangat takut dengan kemarahan Tobia.

Namun Tobia terlanjur sangat kesal. Bagaimana tidak kesal. Dia hanya tertidur selama beberapa menit, saat terbangun ia kembali mencari Mada, namun tidak kunjung ditemukannya. Saking khawatirnya, Tobia sampai berjalan jauh mencari di semua kemungkinan. Sesampai ditempat yang terakhir mungkin dia menemukan Mada, ia malah melihat pemandangan romantis antara Mada dan dokter Harun.

Dengan tidak merasa bersalah Mada malah berduaan dengan dokter Harun, bahkan entah bagaimana Tobia tidak mengerti bagaiman ceritanya sampai Mada dan dokter Harun bisa tiba-tiba pacaran.

Banyak sekali kekesalan muncul di benak Tobia. Sesampai dirumah sakit pun Tobia hanya diam seribu bahasa. Dia seakan tidak peduli lagi dengan Mada, dan langsung tidur di bilik istirahat untuk perawat. Secara, Tobia adalah karyawan di rumah sakit itu, jadi dia memiliki akses memasuki bilik karyawan.

Mada yang merasa bersalah tidak bisa tidur malam itu... Dia mondar mandir menunggu Tobia bangun. Sampai akhirnya pagi datang. Sudah jam 8 tapi Tobia tidak segera muncul. Mada tampak cemas dan khawatir.

"Tobia mungkin kelelahan. Kita sabar menunggunya dulu."kata Kakek.

"Semalem dia kejar kamu. Tapi nenek juga tidak melihat kalian kembali. Apa semalem kalian tidak bertemu?" kata Nenek.

"Ketemu. Tapi Mas Tobia kayaknya kesel banget sama aku. Terus dia tidur di bilik karyawan."

"Ya makanya kamu jangan suka keterlaluan. Tobia itu laki-laki sangat sabar yang Kakek temui. Kalau sampai dia kesel, berarti kamu yang bener-bener keterlaluan. Nanti kalau dia datang. Langsung minta maaf." Kakek menimpali.

Tak lama pintu terbuka. Tobia masuk bersama beberapa perawat.

"Mbak Dana, mari kita pulang. Kakek dan Nenek sudah siap-siap?" Tobia bertanya seperti biasa.

"Ya.. Mari." jawab Kakek.

Tobia membantu membawa barang-barang tantenya Mada. Tanpa menghiraukan Mada yang berharap disapa atau dijahili seperti biasanya. Wajah Tobia sudah tidak nampak kesal, namun pagi itu Tobia tidak melirik Mada sama sekali.

"Kakek silahkan duduk didepan. Mbak Dana biar ditemani Nenek dibelakang." kata Tobia sambil membuka pintu-pintu mobil.

Mada yang saat itu berjalan beriringan dengan tantenya terlihat salah tingkah karena namanya tidak disebut. Menyadari hal itu, tantenya menyikut Mada.

"Apa yang sudah kamu lakukan sampai dia semarah itu sama kamu? Baru kali ini aku melihatnya cuek sama kamu." tantenya bertanya sambil berbisik.

"Nggak tahu.." wajah Mada tampak kecut.

Mereka akhirnya pulang. Diperjalanan kakek dan Tobia mengobrol seru tentang beberapa hal. Namun Tobia sama sekali tidak menatap Mada.

Bahkan sampai dirumah pun, setelah selesai memarkirkan mobil Kakek, lalu menyerahkan barang-barangnya Dana, Tobia langsung pamit undur diri. Mada menyusul Tobia ke rumah Tobia. Namun tampaknya Mada tidak mendapatkan pintu masuk dari depan. Dengan sengaja Tobia menguncinya.

Mada tak kehabisan akal, dia masuk melalui jendela kamar Tobia yang memang tak pernah dikunci. Begitulah Mada kalau harus membangunkan Tobia, selalu masuk lewat jendela. Namun Mada menemukan Tobia sudah berbaring tengkurap diranjang kamarnya. Tidak berani membangunkan Tobia, ia takut Tobia semakin marah, ia hanya melihat jadwal kerja Tobia, lalu kembali keluar melewati jendela dengan hati-hati. Namun sepertinya kakinya tersangkut pojok jendela. Mada jatuh terjerembab.

Mendengar hal itu Tobia terbangun, lalu mengunci jendela dari dalam. Mada yang menyadarinya segera bangkit dan berteriak.

"Masssss.... Mas Tobi...! Maafkan aku.... Aku tahu aku keterlaluan. Aku nggak akan ulangi lagi."

Sambil kembali tengkurap, Tobia hanya membalas Mada dengan 1 jempol tangannya. Tobia melanjutkan tidur karena siang ini ia harus masuk kerja.

"Sepertinya dia sudah tidak marah.... Aku harus membuatkan makan siang kesukaannya." gumamnya sambil berjalan menuju rumahnya.

"Ah... Sebaiknya aku segera mengenalkannya ke salah satu temanku. Biar ada yang mengurus mas Tobia. Jadi aku tidak akan khawatir kalau akau lagi pergi sama dokter Harun..." 😁😁😁

Dasar si Mada ini ....

To be continue.....

...****************...

Terpopuler

Comments

ᯓ⃟ིྀᴇᴄᴄʟᴇsɪᴇ⃝❣

ᯓ⃟ིྀᴇᴄᴄʟᴇsɪᴇ⃝❣

Mada kita sama gk peka klu ada yg suka, klu orangnya dah pergi bru nyadar /Frown/

2024-01-16

2

wahhh tersirat kekecewaan dari kata2mu...😊

2024-01-15

1

tobia mah gagal menghayal yang romantis...🤣🤣🤣🤣

2024-01-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!