Kesalahan yang tidak akan disalahkan

Yang dipikir pasti akan berumur panjang. Saat itulah hp dokter Harun berdering. Dan ternyata si kakak yang menelepon

"Besok Kamis siang bisakah pulang ke rumah ibu sebentar, kita rayakan ulang tahun Neshfal di rumah ibu." kata kakanya dari seberang.

" Siap Bang... Nanti..." begitu saja dan "Nut...nut...nut..."

"Abangku ini kalau telpon sesuka hati main tutup telpon aja." gumam dokter Harun kesal.

Neshfal adalah putra semata wayang Lester dengan mantan istrinya yang bernama Emily. Kamis nanti Neshfal akan berusia 7 tahun. Lester dan Emily bercerai sekitar 2 tahun lalu karena perbedaan pendapat yang sangat susah untuk disatukan kembali. semenjak saat itulah Lester berubah menjadi lebih pendiam. Namun Lester adalah sosok penjaga keluarga. Dia begitu tangguh membesarkan putranya walau tanpa ada Emily disisinya. Begitu besar kekecewaannya pada mantan istrinya itu sampai ia benar-benar tidak bisa menerima Emily lagi. Emily pun seakan lupa dengan putranya, semenjak bercerai dengan Lester, ia memutuskan pindah ke Italia dan tidak pernah sekalipun mencoba menghubungi putranya.

****************

Kita kerumah Mada dan Tobia

Tobia memarkir mobil jeep lawas berwarna abu-abu yang dibelikan ayahnya sewaktu masih kuliah. Saking sayangnya ia dengan mobil itu, sudah ditawar orang dengan harga tinggi pun tidak akan pernah ia jual.

"Akan kujaga mobil ini seperti kujaga hatiku ayah... Terima kasih yah." kata Tobia sambil memeluk ayahnya sewaktu ayahnya pertama kali membawa mobil itu pulang dan menyerahkannya padanya.

Ayahnya yang seorang pengusaha mebel dengan sengaja membelikan mobil jeep karena mengerti Tobia sangat menyukai mobil jeep sejak kecil. Setiap meminta mainan, Tobia hanya akan memilih miniatur mobil-mobil jeep. Sampai suatu saat ketika ayahnya sedang lenggang, ia buatkan miniatur mobil jeep dari kayu limbah.

"Hey!!! Haruskah kutemani kau tidur?" teriak Tobia pada Mada.

"Hyaaa.... Aku sudah baik-baik saja Mas." jawab Mada sedikit manja.

Sejak kedua orang tua Mada meninggal dalam kecelakaan, Tobia sering harus menemani Mada tidur. (Maksudnya disini menjaga dan menepuk-nepuk punggung Mada sampai akhirnya bisa tertidur pulas, seperti seorang ayah yang menidurkan anaknya.)

"Oh,,, oke, panggil saja kalau butuh." Tobia melihat Mada sampai ia masuk ke dalam rumah. Mada hanya membalas dengan lambaian tangan. Dengan penuh kasih sayang Tobia selalu menjaga Mada seakan Mada adalah adik kandungnya sendiri.

"Kita lihat sekuat apa kamu kali ini....kapan anak ini akan jera..." gumam Tobia setelah melihat Mada masuk ke dalam rumah.

"Kakak... Boleh pinjem mobil? Mau beli buku." Lais yang sedari tadi sudah menunggu Tobia langsung menghampirinya di depan rumah.

"Noh... Pakai." jawab Tobia sambil menyerahkan kunci mobil. "Eh, aku lupa tadi belum mampir POM, tolong isiin dong." katanya kemudian sambil merogoh uang dari dompetnya.

"Sekalian dong tambahin buat beli bukunya.." kata Lais sambil nyengir.

"Heeih... Nih ambil semua." kata Tobia menyerahkan 3 lembar uang ratusan ribu.

"Terima kasih kakakku yang baik."

"Heem." jawab Tobia sambil menjambak rambut adiknya pelan.

"Kakak bau!!! Berapa hari nggak mandi?!! Seru Lais.

"Dasar adik!!! Baru juga nyampek rumah." Tobia hendak memiting Lais, namun adiknya itu langsung lari ngeloyor masuk mobil.

"Awas kalau pulang nanti." Tobia yang sudah tidak bisa mengejarnya menendang ban mobil depannya. Namun segera mengelusnya karena sayang.

Begitulah persaudaraan para lelaki.

............

Kita kembali ke Mada....

Rasa lelah dan kantuk menggelayuti tubuh Mada. Menutup pintu pun seakan sudah tanpa tenaga.

"Baru pulang Cu..." sapaan lembut sang kakek mengusir lelah seketika.

"Kakek....." Mada bergegas menyambut tubuh renta sang kakek dan memeluknya erat. Tak lama muncul sang nenek dari dapur membawa piring makanan.

"Cucu.... Sudah pulang. Pas banget nenek selesai masak." Mada pun memeluk neneknya dengan hangat. Rasa lelah dan kantuk yang tadinya tidak tertahan, menghilang begitu saja setelah bertemu dengan kakek dan neneknya.

"Kamu habis naik gunung lagi?" Tanya nenek setelah melihat ransel Mada.

"Heem." jawab Mada singkat sambil mengangguk.

"Jangan terlalu membebani Tobia, kamu tidak kasihan dia selalu ada untuk kamu. Apa yang akan kamu lakukan nanti padanya." kakek menasehati.

"Memangnya apa yang harus kulakukan padanya Kek? Aku tidak pernah memintanya, dia yang selalu memaksa menemaniku."

"Dia sangat menyayangimu seakan kita itu keluarganya sendiri. Dia bahkan sering rela melakukan banyak hal untuk kita. Terkadang nenek merasa tidak enak hati dengan keluarganya."

"Benar kata nenekmu. Mulai sekarang kamu harus memikirkan bagaiman perasaannya juga."

"Perasaannya Kek?! Kenapa memang perasaannya?". Mada sedikit berpikir membayangkan Tobia.

"Apakah selamanya Tobia harus menjaga kamu. Begitu maksud kakekmu."

"Aaaah... Maksud nenek kalau aku terlalu dekat dengannya, nenek takut tidak ada wanita yang mau dekat padanya, begitu nek?" seru Mada sambil mengunyah makanan yang sudah disiapkan nenek.

"Kira-kira seperti itu."

"Benar juga ya nek. Aku belum pernah lihat mas Tobia pacaran ya." Mada sembari mengingat-ingat.

"Makanya bantu dia. Kamu punya banyak teman perempuan kan, pilih yang terbaik, dan kenalkan dengan Tobia." kata kakek

"Waaah, ide bagus itu kek." Mada terlihat bersemangat.

"Sudah saatnya kamu yang gantian melakukan hal baik untuk Tobia." si nenek menimpali.

"Oke nek... Milai sekarang, aku akan bawa pulang temanku satu per satu. Nah... Nanti kakek dan nenek bantu menilai yang paling baik yang mana. Yang bisa menyayangi Tobia seperti aku menyayanginya." mata Mada kembali berbinar dengan ide cemerlang dari kakek dan nenek.

"Tobia itu anak yang baik. Jadi jangan sembarangan memilihkannya. Harus benar-benar wanita yang baik" kata kakek.

"Aku tahu kek. Aku juga tidak rela kalau mas Tobia menikah dengan sembarang wanita."

Selesai makan,Mada langsung mandi sambil bersenandung lagu-lagu ceria. Hal-hal yang hari ini membebaninya sampai Tobia harus menjaganya seharian, hilang begitu saja setelah mendengar ide dari sang kakek. Mada yang tadinya murung, sudah kembali bersemangat lahi. Seluruh pikirannya dipenuhi dengan nama- nama temannya yang akan dia jadikan kandidat yang pantas menjadi kekasih Tobia.

"Bahagia banget sepertinya cucu nenek..." sapa sang nenek yang sedang menonton tv saat melihat cucunya keluar dari kamar mandi.

"iya dong nek..." kata Mada sambil menghampiri neneknya dan ikut duduk disamping nenek.

"Sini-sini nenek bantu keringkan rambutmu. Duduk dibawah gih." kakek dan nenek tak berhenti memanjakan Mada. Meskipun tidak bisa menggantikan posisi orang tuanya, namun Mada sangat bersyukur kakek dan neneknya diberkati dengan kesehatan dan kebugaran, sehingga Mada selalu memiliki tempat hangat untuk pulang.

"Kakek Nenek masih suka nonton itu. Itu nanti akhirnya si laki meninggal loh kek. Aku udah..." kata Mada saat melihat siaran televisi kesukaan kakek dan neneknya.

"Hus!!!! Kamu tuh belum pernah ngerasain dikejar-kejar kingkong ya?"

"Hah?! Apaan sih Kek?"

"Ya itu hukuman kalau suka bocorin spoiler akhir drama. Nontonnya jadi nggak seru kalau sudah tahu bagaiman akhir ceritanya."

"Ah...kakek lebay.... Kan aku juga nggak ngasih tahu detail akhirnya." Mada masih membela diri.

"Ya sama aja. Kakek tuh bela-belain bersabar nungguin episode berikutnya tuh biar menikmati detail tiap adegannya. Malah kamu kasih tahu akhirnya. Ah... Dasar cucu tidak berbakti." keluh si kakek.

"Ya tapi kan..."

"Sudah-sudah... Kalian ini makin nggak kompak. kalau punya hobi yang sama itu harus saling mendukung. Yang sudah tahu akhirnya tolong jangan merusak suasanan hati yang sedang penasaran dengan jalan ceritanya." si nenek menengahi pertengkaran antara si kakek dan Mada saat mereka sedang menikmati drama korea di tv.

"Tuh... Dengerin kata nenekmu.!"

Seperti itulah kehangatan rumah Mada bersama kakek dan nenek. Saat Mada beranjak hendak menaruh handuk ke jemurannya, ia mendengar hp nya berdering. Ia bergegas menuju ke kamar dan mengambil hp nya.

"Ada apa tant?" jawab Mada saat mengangkat telpon.

"Maaf, saya menelpon dengan hp nya si mbak ini. Saya lihat ini nomer yang paling sering dihubungi sama si mbaknya... Jadi tadi saya nemuin si mbaknya pingsan di toilet umum. Sudah saya bawa ke rumah sakit."

Mada segera mengabarkan pada kakek dan nenek. Mereka segera berangkat menuju alamat yang diberikan oleh orang baik itu.

Tobia yang saat itu menikmati teh di depan rumah, melihat Mada dan Kakek juga Nenek terlihat keluar rumah dengan tergesa, segera bangkit dan bertanya.

" Mau kemana Nek?"

Mada kemudian menceritakan hal yang terjadi. Tanpa diminta, dengan sigap Tobia mengajukan diri untuk menemani mereka. Mungkin rasanya dia tidak tega membiarkan malam-malam mereka berkendara sendiri. Tobia melawan rasa lelah dan sedikit kantuknya. Dengan sukarela ia mengantar dengan mobil kakek tentunya. Kan mobilnya masih dipakai sang adik dan belum kembali.

Sesampai rumah sakit yang diberitahukan, mereka bergegas menemui si penelepon tadi.

"Kami sudah sampai. Anda dimana?" Mada menghubungi si penelepon.

"Ah, saya di ruang mawar no 19B. saya sedang bersama pasien."

"Baiklah saya naik."

Mada, kakek,nenek dan Tobia menuju kamar pasien yang disebutkan.

"Permisi.." seru Mada saat masuk ke dalam bilik pasien. Seorang wanita cantik sempurna duduk di kursi di samping ranjang pasien. Ia pun bangkit saat Mada dan rombongan datang. Senyum manis menghiasi wajahnya yang bersinar seperti seorang selebriti. Wanita cantik itu mengangguk kecil.

"Maaf, tadi saya nemuin mbaknya ini sewaktu saya di toilet umum di mall. Sepertinya mbaknya ini menderita anemia. Dari yang saya lihat, sepertinya beliau sedang dalam stress berat juga. Saya sudah memberikan obat agar beliau bosa istirahat nyaman." si wanita cantik yang ternyata seorang dokter, menjelaskan dengan lembut.

"Anda dokter disini?" Tobia bertanya.

"Terima kasih sudah merepotkan anda. Kami sungguh bersyukur ada dokter yang baik dan penolong seperti anda." Kata Kakek.

"Sama -sama Kakek... Saya hanya melakukan yang seharusnya." dokter cantik itu sangat sopan.

"Permisi... " seorang perawat masuk ke dalam bilik.

"Maaf dokter Auris dipanggil pak Direktur. Ditunggu di kantornya."

Dokter Auristela mohon diri setelah menyerahkan barang-barang milik tantenya Mada.

"Dokter baru lagi Ris?" Tobia bertanya pada perawat yang sedang mencatat kondisi pasien. Yang juga adalah rekannya.

"Heem... Katanya dari Australia. Cantik ya. Orangnya juga baik." jawab Riska sang perawat.

"Semua dokter juga baik." jawab Tobia sekenanya.

"Ah, mungkin dia pacarnya dokter Harun. Soalnya pas nyampek yang dia cari tuh dokter harun. Bukan dokter jaga."

"Jangan bergosip lah."

"Bukan gosip. Seandainya bener kan juga serasi banget." jawab Riska

"Mbak, kira-kira kapan anak saya bangun?" tanya Kakek.

"Tadi baru diberikan obat Kek, sampai dirumah sakit tadi4 pasien sempat sadar. Namun setelah diberikan obat pasien bisa tertidur lelap Kek. Jangan khawatir, seperti orang yang tidur saja, kalau lelahnya sudah hilang juga akan bangun dengam sendirinya." Perawat Riska menjelaskan.

"Terima kasih mbak." kata Mada.

Setelah menjelaskan pada Tobia tentang detail kondisi pasien, perawat Riska mohon diri melanjutkan pekerjaan.

"Kakek nenek tidak usah khawatir. Mbak Dana saat ini hanya sedang tidur pulas. ini sudah malam juga, sebaiknya Kakek dan Nenek istirahat saja dulu. Biar saya sama Mada menjaga mbak Dana." kata Tobia kemudian

"Sebenarnya dia kenapa sampai pingsan toh tob?" tanya Nenek.

"Menurut hasil pemeriksaan sementara, kemungkinan mbak Dana terlalu kecapean kerja, dan makan tidak teratur juga tidak seimbang gizinya. Masih menunggu hasil tes darah biar bisa lebih jelas."

"Tidak ada penyakit lainnya kan Tob?"

"Kita tunggu saja dulu hasilnya Kek, semoga memang mbak Dana cuma kecapean saja."

Tobia memanggil tantenya Mada dengan sebutan 'mbak' karena memang usia mereka hanya terpaut 2 tahun lebih tua tantenya Mada.

Malam itu semua tertidur dirumah sakit. Kakek dan Nenek tertidur di tempat yang sudah disediakan bagi penunggu pasien. Sedangkan Tobia mengambil kantong tidur miliknya yang is simpan di loker karyawan. Namun ia merelakan kantong tidurnya untuk Mada.

"Mas...mas... Mas...mas Tobia..." Mada membangunkan Tobia yang tidur hanya bersandar di kursi.

"Hheeem... Kenapa?" jawabnya setengah tertidur.

"Kantongnya dilembarin aja. Bisa buat kita tidur. Kasihan kamu malah tidurnya sambil duduk." terkadang Mada juga punya hati yang baik.

"Udah buat kamu aja." jawab Tobia sambil merem. Namun Mada menarik tubuh Tobia dengan paksa. Tobia yang sudah sangat terkantuk, tak kuasa menahan tubuhnya sampai terjatuh menimpa tubuh Mada. Tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan dan Sesaat kedua mata mereka bertemu terlalu dekat. Mereka saling menatap sesaat dan....

Suatu pagi di depan pintu gerbang sekolahan Mada....

"Eh,,, gara kamu... Aku sama sekali nggak bisa ngedeketin Tobia!!!" seru seorang wanita berbaju hem kotak-kotak biru muda dengan celana panjang jeans ketat berwarna biru tua.

Karena sangat terkejut didekati beberapa wanita, Mada yang waktu itu masih anak baru di sekolah SMA,tentu ia hanya bisa terdiam dalam kebingungan ketika beberapa wanita yang sepertinya mahasiswi itu memojokkannya di depan sekolah barunya.

"Apa yang sudah kamu berikan padanya? Sampai Tobia tidak bisa berpaling darimu." seru mahasiswi itu lagi sambil menunjuk wajah Mada.

"Pasti dia dengan murahan sudah memberikan tubuh kerempengnya itu." seru yang lain seraya menyeringai.

"Masih kecil sudah murahan. Mukanya amit-amit lagi."

Anak SMA yang masih polos tentu saja akan kalah saing jika dihadapkan dengan mahasiswi yang sudah mahir berdandan. Namun sang mahasiswi terus mencerca dan memojokkan Mada dengan kalimat-kalimat kasar yang tidak pantas. Tidka asa yang berani mendekat membela Mada.

Mada sangat takut dan hampir menangis sampai akhirnya...

"Hey kalian!!! Jangan mengganggunya." seru Tobia sambil berjalan menuju Mada.

"Tobia!!" seru sang mahasiswi kaget.

"Kamu itu harusnya jadi contoh ynag baik buat adik-adik SMA. Jangan malah main kotor begini. Bikin malu." kata Tobia masih kalem.

"Tapi tob...aku kesel banget,kenapa sih kamu selalu belain dia. Dia kan bukan siapa-siapa kamu. Dia masih kecil dan nggak pantas buat kamu."

"Siapa bilang dia nggak pantas?! Kalian itu yang nggak pantas bersikap kayak anak kecil." Tobia mulai meradang sambil berdiri di samping Mada yang masih ketakutan.

"Aku begini karena sayang kamu Tob."

"Eh, pergi sekarang saat masih kuminta baik-baik. Dan jangan ganggu-ganggu Mada lagi. Sampai kapan pun, aku nggak akan suka sama wanita jahat kayak kalian."

"Tobia...tolonglah... Aku benar-benar tulus..."

"Enggak... Aku udah illfeel sama kamu. Kalian pergi atau harus kupanggil polisi karena tindakan bully?!" ancam Tobia.

"Tobia, kamu keterlaluan!" seru si mahasiswi sambil membalikkan badan dan berjalan menjauh.

"Oh ya, ada uang perlu kamu ingat. Mada lebih berharga dari apapun. Jadi jika kamu mengganggunya sekali lagi, akan ada berita tentang mahasiswi yang membully anak SMA. Ngerti?!" kata Tobia setengah berteriak agar si mahasiswa itu mendengarnya.

Mada yang masih ketakutan langsung memeluk Tobia dari belakang sambil menahan tangis.

"Terima kasih mas Tobia. Kalau kamu nggak balik, aku nggak tahu harus minta tolong ke siapa." kata Mada.

"Dasar cengeng... Kalau ada yang jahat, dilawan dong. Masa diem aja. Untung botol minum kamu kebawa aku. Jadi terpaksa aku balik deh." jawab Tobia sambil mematung membiarkan Mada memeluknya sampai bisa tenang.

"Aku takut. Aku nggak kenal."

"Udah... Ambil botol minum kamu nih, cepet masuk sekolah. Dilihatin temen-temenmu tuh, kamu nggak malu? Kalau aku sih ya enggak."

Mada mulai melepas pelukannya dan berusaha membenahi wajahnya.

"Aku pengen pulang."

"Lah... Lemah amat sih kamu... Nggak ada pulang- pulang! Jangan suka bolos sekolah, nggak baik." kata Tobia sambil membantu Mada merapikan rambutnya.

"Nanti kalau dia balik gimana?"

Tobia menghela nafas lalu menjawab. "Pulang sekolah nanti biar mas jemput deh,,, gimana?"

"Beneran bisa jemput?" Mada makin ngadi-ngadi.

"Iya lah nanti mas usahain. Udah masuk sono... Belajar yang bener." Tobia menasihati Mada selayaknya seorang kakak menasihati adiknya yang ngambek.

"Mas Tobi lama banget sih!!! Ngapain aja disitu?! Aku telat nanti.!!" seru Lais sambil setengah berlari menuju Tobia.

"Ah!!! Oke-oke. Mas sudah selesai." jawab Tobia pada adik kandungnya." Udah kamu masuk sana." kata Tobia pada Mada. Lalu bergegas berbalik menuju adiknya.

Setiap pagi Tobia memang mengantar Lais ke sekolah, karena searah, Mada selalu ikut bareng mereka.

.............

Kita kembali ke rumah sakit....

Setelah tersadar, Tobia bergegas bangkit dengan jantung yang terasa akan meledak. Sesaat suasana tampak agak canggung. Mereka berdua duduk berdampingan dengan terdiam dengan pikiran masing-masing.

Isi otak Mada:

"Barusan itu ciuman pertama ya? Tapi kan nggak sengaja." pikirnya sambil mengernyitkan dahi lalu mengubah posisi duduknya dengan lutut ia tekuk ke dada lalu menyandarkan wajahnya ke lututnya.

"Ah... Dia sudah mencuri ciuman pertamaku." raut mukanya berubah setengah melotot. Lalu menegakkan wajahnya

"Ah... Tapi nggak apa-apa. Itu kan mas Tobia... Dia kan seperti kakak untukku. Jadi tidak masalah. Tapi kenapa aku deg-degan?"

"Benar... Ciuman pertama itu harusnya dengan perasaan. Tadi itu aku cuma kaget, makanya aku deg-degan." katanya dalam hati sambil senyum- senyum dengan tangan kiri memegang bibir.

Namun tiba-tiba tangan kiri Tobia meraih tangan kiri Mada dan menghempaskan perlahan, sedangkan tangan kanannya meraih leher Mada dengan lembut. Dan mendaratkan ciuman manis penuh perasaan untuk Mada. Hal manis penuh dengan perasaan membara yang seakan terpendam jutaan tahun menghanyutkan perasaan Tobia, dan meluapkannya dengan ciuman manis. Tobia melumat bibir Mada dengan sangat lembut dan membuat Mada meleleh tanpa perlawanan. Anehnya Mada yang sedari tadi menyangkal perasaannya, seakan terbantahkan,dengan menerima dan malah membalas ciuman Tobia. Keduanya saling menutup mata , membayangkan perasaan masing-masing Seakan keduanya adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara.

Beberapa saat keduanya menuangkan perasaan masing-masing sampai saat Tobia tersadar akan suatu hal. Ia membuka mata dan mengakhiri ciumannya dengan lembut dan menarik tubuhnya menjauh ke tempat duduknya semula. Dan sedikit membelakangi Mada.

Isi otak Tobia:

"Dasar gila!!! Aku benar-benar sudah gila!!! Apa yang sudah kulakukan!!! Aku pasti sudah menyakiti perasaannya. Aku pasti membuatnya bingung. Kalau sudah begini aku harus bagaimana menghadapinya? Apa yang harus kukatakan? Kenapa juga dia menerima ciumanku? Kenapa dia malah membalas ciumanku? Kenapa dia tidak memberontak? Apa dia menyukaiku? Ah tidak!!! Dia tidak pernah menyukaiku. Aku tahu betul laki-laki seperti apa yang dia mau."

Tobia menyalahkan dirinya sendiri karena kecerobohannya.

"Maaf... Aku tadi terbawa suasana." kata Tobia terbata untuk memecah kecanggungan.

"Aku juga." jawab Mada singkat sambil nyengir

"Jadi yang tadi itu..."

"Heeh... anggap saja kesalahan kita. Ah, aku yang salah,,, aku yang awalnya maksa kamu sampai kamu jatuh dan.."

"Hooooh benar! Kamu yang salah!!" jawab Tobia terdengar dengan nada sedikit marah. Lalu bangkit berjalan menuju keluar.

"Mas Tobi mau kemana?" tanya Mada dengan wajah tanpa dosa.

"Aku mau keluar, cari angin. Disini sumpek." jawab Tobia sedikit kesal. Entah apa yang tiba-tiba membuatnya kesal.

"Kenapa dia marah? Aku kan sudah minta maaf." gumam Mada sambil monyong.

"Jangan ngikut dan nyari sebelum aku balik sendiri!!" Tobia yang tadinya sudah keluar tiba-tiba kembali dan mengagetkan mada.

Mada yang kaget hanya bisa mangap lalu menghela nafas sambil keheranan.

"Waah.. Bener kata nenek, mas Tobia pasti sangat kesepian. Bener... Tadi dia nyium aku kayak butuh banget kasih sayang. Ciumannya lembut penuh perasaan." gumamnya sambil membayangkan yang tadi terjadi. Yang tentunya membuatnya kembali larut dalam suasana.

"Kenapa aku malah kebayang lagi." gumanya sambil menjambak rambutnya sendiri." jadi deg-deg-an lagi". Ia berusaha fokus sambil mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan.

"fokus-fokus-fokus..." katanya lagi sambil menepuk kesua pipinya.

Mada merapikan rambutnya lalu berkata lagi pada dirinya sendiri.

"Sekarang aku harus fokus kenalin mas Tobia pke cewek. Dia tidak pernah punya pacar. Aku harus cari tahu dulu cewek seperti apa yang dia suka."

Sementara itu .....

Tobia diluar menikmati kopi di teras kafetaria sambil duduk memandangi jalan raya yang selalu saja sibuk walau hari sudah hampir tengah malam.

Pikirannya semrawut. Ia tampak kesal. Entah apa yang membuatnya sebegitu kesal. Beberapa kali ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya sambil sesekali menepuk dadanya.

Tobia meraih sepotong roti yang tadi ia beli di cafetaria, meraihnya dengan kasar, lalu membukanya juga dengan kasar sambil sedikit mengumpat. Dan mengatupkan gigi-giginya.

"Huh!"

Tobia memasukkan potongan roti dalam sekali hap ke dalam mulutnya. Mengunyahnya pun dengan kasar. Entah kenapa hatinya tiba-tiba berubah menjadi melow... Dari sudut matanya hampir menetes air mata, cepat-cepat ia mendongak dengan sekuat tenaga dia menahannya agar air matanya tidak terjatuh.

Kopi yang sebenarnya masih agak panas pun ia tenggak begitu saja. Pegawai kafetaria yang sedari tadi memperhatikan Tobia tiba-tiba sudah duduk di kursi sebelah meja Tobia.

"Mungkin mas butuh ini." pegawai kafetaria menyodorkan sebatang permen karet padanya. Tanpa banyak bertanya , Tobia menerimanya lalu mengunyahnya. Ia baru tersadar kalau lidahnya terasa perih karena sedikit terbakar.

Tobia masih terdiam sambil mengunyah permen karet tanpa mempedulikan pegawai kafetaria yang ikut mengunyah permen karet juga.

"Melihat orang yang kita sayangi terkapar tak berdaya memang sangat menyiksa mas." pegawai itu mencoba menghibur. Tobia kaget dengan komentar pegawai itu, lalu menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahi tanda bertanya maksud kalimat si pegawai.

"heh? Oh...! Salah ya?" kata si pegawai setelah melihat ekspresi Tobia. "Ah.... Patah hati pasti..!!. Cinta bertepuk sebelah tangan?! Atau dicampakkan?" berondong si pegawai dengan wajah ambigu antara menyelidik atau meledek.

"Sssss... Bisa jadi." jawab Tobia datar.

"Diputusin pas lagi sayang-sayangnya?"

"Sss.. Hampir." mimik wajah Tobia tak berubah.

"Aaaa.... Mau nembak ternyata sudah punya pacar...!! "

"Tepat sekali....!!! 100 buat kamu..!!." seru Tobia sambil bangkit menimpuk punggung si pegawai kafetaria dengan botol bekas air mineral yang sedari tadi tergeletak di meja.

"Aku cuma bercanda mas... Maksudku, semoga terhibur." kilah si pegawai setengah meledek.

"Apa kamu pernah menyukai seseorang sampai rasanya mau mati?"

"Kalau menyukai sering Mas, tapi kalau mau mati tidak pernah Mas." jawab si pegawai setengah bercanda. " Bagaimana kita akan terus mencintai kalau kita mati Mas? Mencintai boleh, tapi bodoh ya janganlah Mas..."

"Hmmm.... Ada benarnya juga kamu. Tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur bodoh sampai rasanya sudah mati."

"Sadarlah Mas,,, masih banyak wanita di dunia ini. Cobalah bepergian dan temukan wanita lain diluar sana."

"Wanita memang banyak, tapi hanya ada satu yang seperti dia."

"Tapi kalau sulit digapai, mending menyerah Mas. Jangan membebani hidup yang cuma sekali ini. Nikmati hidup dan bahagiakan diri sendiri,itu harus, Mas."

"Bagaimana caranya mengatakan kalau kamu mencintainya?"

"Katakan saja dengan terus terang 'Aku mencintai kamu.' begitu saja lah Mas."

"Begitu saja? Sesimpel itu? Memang bisa berhasil memikatnya?"

"Nggak tahu juga sih Mas.... Aku belum pernah mencoba...." si pegawai tampak cengar-cengir.

"Tadi kamu bilang sering mencintai...."

"Kan cuma mencintai ,Mas.... Tapi tidak pernah mengatakannya... Tidak punya modal aku ,Mas... Wajah dan isi dompetku mengharuskan aku untuk menyerah mencintai ,Mas." wajah si pegawai berubah menjadi memelas kocak.

Dan mereka pun berpelukan sambil mewek candaan.

"Yang sabar ya..." kata Tobia sambil menepuk pelan punggung si pegawai.

"Mas Tobi dimana? Ditanyain Ayah dan Ibu." isi pesan singkat di hp Tobia dari Lais.

Tobia membalas pesan adiknya dengan menelponnya sambil jalan kembali ke bilik pasien.

"Hallo..." jawab Lais dari sebrang.

"Mas baru di rumah sakit. Tantenya Mada pingsan. Tapi sudah ditangani dan membaik. Jadi katakan ke ayah dan ibu kalau tidak perlu buru-buru nengok. Cuma anemia dan kelelahan."

"oh... Oke ,Mas. Kamu hati-hati yo ,Mas." Lais memang adik yang sangat peduli dengan sang kakak.ia tidak segan ataupun canggung menyatakan kepedulian dan kasih sayangnya.

"oke. Bye." kata Tobia sesampai di depan pintu kamar pasien. Tobia membuka pintu dan terkejut senang saat menyaksikan tantenya Mada sudah bangun, bahkan bisa berbincang.

"Mbak Dana sudah baikan?" tanyanya dengan nada senang." Sudah melapor perawat?" tanyanya lagi sambil memandang ke arah Mada.

"Sudah. Tadi langsung diperiksa dokter. Hasilnya sudah baik. Besok pagi boleh pulang." jawab Nenek.

"Kenapa tadi nggak ngasih tahu kalau mbak Dana sudah bangun?" Tobia bertanya..

"Kan tadi kamu Mas bilang nggak boleh nyariin. Kamu tadi kayak marah gitu. Ya udah tak biarin aja." jawab Mada sambil sewot.

"Kalian ini mending nikah aja lah!! Berantem mulu.." Danastri,tantenya Mada meledek.

"Bisa langsung kiamat dah mbak... Kalau saya kawin sama Mada." Tobia membalas.

"Amit-amit dah... Nggak mau juga aku sama orang kayak kamu. Jahat banget."

"Udah-udah... Kakek juga nggak rela kalau Tobia menikah sama kamu. Kamu kan manja. Tobia anak baik." kakek malah membela Tobia.

"Lah cucu Kakek siapa sih, kok malah belain Mas Tobia." Mada sewot.

"Udah nih... Aku haus!!! mau keluar cari minum. Tadi ada orang dari luar, eh nggak pengertian." kata Mada lagi masih dengan sewot lalu berjalan keluar.

"Yang sabar ya ,Nak Tobi..." Nenek ikut membela Tobia.

"Ih... Semua -semua Tobia!!! Sebel ah!!!" Mada berlari keluar.

"Kakek dan Nenek sebaiknya istirahat lagi, mbak Dana juga. Biar lebih fit. Besok kita pulang sama-sama. Kayaknya aku harus mengurus bayi yang kabur tadi." kata Tobia sembari melucu.

Tobia keluar mencari mada. Namun tidak ditemuinya. Ia berusaha mencari ke seluruh rumah sakit, namun tak ditemukan juga. Tobia mencoba menghubungi Mada namun tidak diangkat.

"Pergi kemana sih ni anak... Dasar tukang ngambek. Tau lah,,, nanti juga balik sendiri. " gumam Tobia kembali berbaring di kursi tunggu depan kamar pasien. Sambil nunggu kalau-kalau Mada kembali.

.......

Kita ke Mada...

Keluar dari kamar pasien, Mada berniat menuju ke kafetaria. Namun di lobi tengah, ia bertemu dngan dokter Harun.

"Mada... Kamu ngapain disini malem-malem?" sapa dokter Harun.

"Ah,,, itu,, tante saya tadi pingsan. Tapi sudah membaik kok. Kata dokter yang memeriksa, besok pagi sudah boleh pulang."

"Oh... Syukurlah..."

"Dokter jaga malam ini? Bukannya tadi sore mau kemana gitu?"

"Iya.. Tadi ke rumah sakit pusat. Tapi balik sini dulu, ada yang tertinggal."

"Oh..begitu. Terus ini mau pulang?"

"Mau mampir ke perpustakaan dulu."

"Perpustakaan? tengah malam begini?"

"iya... Ada satu perpustakaan langganan saya yang buka 24 jam."

"Dimana Dok? Jauh nggak? Boleh ikut nggak?"

"Hmmm nggak jauh ... Paling dari sini 15 menitan." jawab dokter Harun sembari berfikir. "Boleh saja ikut. Tapi....apa tidak apa-apa pasien kamu tinggal?"

"Sudah ada banyak orang yang jagain kok dok."

"Ya udah...mari." Dokter Harun terlihat agak ragu untuk membawa Mada besertanya.

"Perempuan ini tidak bis ditebak. Sangat spontan. Tapi seru kayaknya." pikir dokter Harun dalam hati.

Dokter Harun membawa Mada ke perpustakaan yang buka 24 jam. Perpustakaan kota yang memang baru buka beberapa hari ini. Tidak sulit untuk menjadi pelanggan. Cukup membawa KTP atau identitas lainnya, mendaftarkan diri jadi anggota, setelahnya boleh membaca dan meminjam buku selama 24 jam. Dengan S& K yang berlaku tentunya.

Mada terlihat sangat bersemangat. Obrolan kecil tercipta di mobil dokter Harun.

"Apa dokter tidak lelah? Sudah seharian bekerja, tengah malam masih pengen baca buku?"

"Sebenarnya lelah... Tapi kalau dijalani dengan bersyukur, tidak ada lelah yang terasa. Tadi di rumah sakit pusat, ada pasien penyakit jantung disertai kondisi khusus. Sebelum harus dioperasi, saya harus memastikan sesuatu dulu. Makanya walaupun sudah menjadi dokter, belajar itu adalah suatu keharusan juga."

"Waaaah...dokter benar-benar bijak dan keren!" kata Mada takjub mengacungkan kedua jempol tangannya....

Sesampai di perpustakaan yang dimaksud dokter Harun, Mada semakin dibuat takjub dengan perpustakaan yang ternyata sangat besar dan koleksi bukunya sangat lengkap.

"Kamu juga hobi membaca?" tanya dokter Harun.

"Heeh.." Mada mengangguk mantap sambil terus me.andang sekelilingnya yang berisi rak buku yang tertata rapi dan menyenangkan mata Mada yang memang sangat hobi membaca. Jika sudah mulai membaca, Mada biasanya akan lupa waktu dan semua hal lain yang harus dikerjakannya.

Dokter Harun hanya tersenyum melihat tingkah laku Mada yang terlihat sangat girang.

"Dokter silahkan mencari yang dokter butuhkan. Saya akan berkeliling sebentar. Bolehkan dok?"

Dokter Harun tersenyum lalu menjawab. "Silahkan.!"

Mada berkeliling mencari- cari apa yang akan ia coba baca. setelah beberapa saat berkeliling, Mada menemukan buku yang menarik perhatiannya. Setelah mengambilnya ia bermaksud hendak menuju ke CS. Tapi saking asyik ya berkeliling dan luasnya perpustakaan, Mada lupa jalan kembali ke awal.

"Duh.. Seperti labirin..." gumamnya sendiri.

Tiba-tiba bulu kudiknya terasa merinding. Ia bergegas ngawur berjalan. Dan saat berbelok di gang rak, ia menabrak seseorang sampai jatuh bersama. Tubuhnya menindih tubuh lelaki yang ternyata dokter Harun.

Keduanya segera menyadarkan diri masing-masing. Mada yang menindih tubuh dokter Harun pun segera bangkit. Namun tangannya tergelincir buku yang juga jatuh disampinya, membuatnya kembali jatuh memeluk tubuh dokter Harun sekali lagi dan kali ini parahnya tak sengaja bibir Mada mendarat juga di bibir dokter Harun.

Dokter Harun tampak terkejut dengan mata terbelalak. Menyadari hal itu, Mada segera bangkit dibantu dokter Harun. Namun entah kenapa dokter Harun malah meraih tubuh Mada dan menciumnya dengan gairah. Mada yang terkejut tidak bisa berbuat banyak selain hanya bisa pasrah dan menerimanya.

"Ah... Dokter ganteng dan keren ini menciumku dengan penuh gairah. Apa ini?" pikir Mada dalam hati. ....

Mada begitu senang sampai ia lupa dengan Tobia yang tertidur di kursi depan kamar pasien sambil sesekali menepuk pipinya yang juga dicium habis oleh sang nyamuk.

To be continued....

Terpopuler

Comments

𝐫𝐚.

𝐫𝐚.

Saya bacanya Amesia/Facepalm/
ah tapi lucu

2024-09-20

1

ᯓ⃟ིྀᴇᴄᴄʟᴇsɪᴇ⃝❣

ᯓ⃟ིྀᴇᴄᴄʟᴇsɪᴇ⃝❣

pake maps mada biar gak nyasar...
om Yosh ini akun q yaa by Sammy..

2024-01-15

2

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

/Chuckle/good job harun ente keren

2024-01-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!