"Sepertinya dari arah sana." seru Tobia sambil menunjuk arah kirinya. Dengan sigap Tobia dan Mada mencari jalan menuju sumber suara. Tak begitu jauh dari tempat awal mereka mendengar teriakan minta tolong, akhirnya mereka menemukan beberapa orang sedang berkerumun di sebuah ladang dekat perbukitan.
"Ada apa pak? Saya dengar ada yang minta tolong tadi." Tobia bertanya pada seorang warga.
"Itu ada yang digigit ular." jawab seorang warga.
"Tapi ularnya masih sembunyi di dalam batang pohon yang bolong itu. Tidak ada yang berani menolong." jawab seorang yang lain.
"Ambil mobil, bawa ke jalan terdekat," kata Tobia. Tanpa banyak bertanya Mada mempercepat langkahnya melewati jalan pintas mengambil mobil di parkiran. Sementara itu Tobia mengambil garam dari dalam ranselnya lalu menyebarkannya ke dekat pohon tempat ular bersembunyi.
"Tolong bantu saya bawa Bapak ini naik ke sana. Kita harus menjauh dari ular dulu." kata Tobia meminta bantuan pada warga yang berkerumun.
Tobia memegangi kaki si bapak yang tergigit ular. Dan yg lain membantu mengangkat si bapak ke tempat yang lebih lapang dan dirasa cukup aman dari jangkauan si ular.
"Bapak harus tetap tenang. Akan saya antar ke dokter. ular itu tidak terlalu berbahaya. Jadi Bapak jangan khawatir." ucap Tobia menenangkan si bapak yang merintih.
" Saya punya kain panjang mas, biasanya di dekat yang kena gigit itu harus diikat biar racun ular tidak bisa menyebar." seru seorang warga.
"Jangan pak... Mengikat bagian yang terkena bisa ular justu akan berbahaya menyumbat aliran darah. Saya tutupi perban seperti ini saja. Kita bawa ke dokter saja." Tobia menjelaskan dengan sigap.
"Bagaimana kalau kakinya itu diangkat biar racunnya tidak menyebar." seru yang lain.
"Tidak juga bu... Justru kita harus menjaga si bapak agar tidak takut.dan bekas lukanya harus sejajar atau malah dibawah posisi jantung. Kita tunggu sebentar teman saya baru mengambil mobil. Sebaiknya kita bawa ke dokter saja. Saya hanya bisa menolong sampai sejauh itu saja." Tobia menjelaskan dengan tenang.
Tak lama kemudian Mada datang membawa mobil jeep berwarna abu-abu milik Tobia.
"Tong bantu saya mengangkat Bapak ini." beberapa warga dengan sigap membantu Tobia.
"Bapak tenang saja dan jangan banyak bergerak. Bapak harus berusaha tetap tenang." tobia menjelaskan dengan tegas namun lembut.
Mada menyerahkan kunci mobil lalu duduk disamping kemudi setelah membereskan ransel milik Tobia. 2 orang warga yang diketahui adalah tetangga si korban menemani si bapak menuju rumah sakit dengan menaiki mobil Tobia.
" Siapkan tempat. Aku membawa pasien gigitan ular. Sekitar 20 menit aku sampai." seru Tobia saat menelepon rekannya sesama perawat.
Di perjalanan tidak ada seorang pun yang berani berkata sepatah katapun. Tobia fokus dengan kemudinya. Sedikit ngebut namun masih mematuhi batas kecepatan.
Sampai dirumah sakit terdekat, Tobia yang saat itu sedang libur pun tetap sigap membantu rekan-rekan perawatnya. Mada dan 2 warga lainnya menunggu di lobi.
Mada berniat membeli minuman dingin untuk dirinya dan kedua warga yang ikut. Namun karena masih belum fokus, tidak sengaja dia bertabrakan dengan seorang dokter. Untung si dokter dengan sigap menangkap tubuh Mada. Karena jika tidak, tubuhnya akan mengenai rak yang berisikan makanan untuk pasien, karena disaat yang bersamaan seorang petugas pengantar makanan untuk pasien juga sedang lewat di sana.
"Hati-hati dik..." kata si dokter sambil membantu Mada berdiri tegak.
"Maaf dokter. Saya tidak fokus." jawab Mada sambil menahan malu. Si dokter hanya tersenyum manis sambil mengangguk dan melanjutkan langkahnya yang sedikit tergesa.
"Waaah... Ganteng banget si dokternya. aku belum pernah lihat, dokter baru mungkin ya... Tanya mas Tobia ah..." gumam Mada lirih sambil masih tertegun dengan senyum si dokter.
Di lobi Mada menikmati kopi yang ia beli bersama kedua warga yang ikut serta sambil menunggu Tobia dan si korban ular.
Setelah beberapa saat, tampak Tobia keluar dari bilik pemeriksaan, di susul dokter tampan. Tobia dan si dokter terlihat berbincang. Si dokter terlihat memberikan beberapa arahan,dan Tobia memperhatikan dengan seksama. Lalu si dokter tampan meninggalkan Tobia setelah menepuk punggungnya Tobia.
Mada pun mendekati Tobia sambil menyerahkan sebotol kopi dingin kegemaran Tobia.
"Siapa? Dokter baru?" selidik Mada.
"Heem... Dokter Harun. Beliau baru 2 minggu dipindahkan dari pusat untuk membantu disini. Kenapa? Ganteng ya?" . Tobia seakan sudah hafal dengan tabiat Mada.
Mada hanya mengangguk sambil menenggak kopi ditangannya. Lalu 2 warga yang tadinya ikut serta pun mendekat sudah dibarengi dengan istri si bapak dan beberapa warga lain yang datang menyusul.
Tobia mengajak warga itu menuju ruangan tempat si korban dirawat setelah diperiksa dokter.
"Terima kasih Mas, jika tidak ada mas, entah bagaimana nasib suami saya." kata istri si bapak.
"Sama-sama bu, saya hanya membantu sebisanya."
"Terima kasih ya dik... Kami merepotkan kalian... " kata si ibu pada Mada. "Kalian pengantin baru ya? Maafkan kami sekali lagi mengganggu kegiatan kalian."
"Ah, sama-sama bu... Karena sudah ditangani dokter dengan baik, kami undur diri." Tobia menjawab dengan sigap sambil merangkul Mada. Membuat Mada tidak sempat menjawab si ibu, dan hanya tersenyum lalu berlalu karena tubuhnya dikendalikan rangkulan Tobia.
Mada pun seakan sudah hafal dengan watak Tobia, tidak pernah protes dengan perlakuan Tobia padanya.
"Sekarang kamu mau gimana. Pulang atau kemana?" tanya Tobia masih sambil merangkul Mada menuju mobil mereka di parkiran.
"Lapaaaar..." jawab Mada manja sambil memegangi perut.
"Silahkan masuk Nyonya." canda Tobia saat membukakan pintu mobil untuk Mada. Dan tentunya dibalas dengan senyuman manja Mada.
"Tobia !! Sudah menikah kamu?" seru seseorang yang mengagetkan mereka. Ah!! Ternyata si dokter tampan yang menyapa sambil berdiri disamping mobil yang terparkir disamping mobil Tobia.
"Ah, iya dokter... Ini ..." belum selesai Tobia menjawab ,Mada buru-buru menyerobot.
"Ah... Bukan-bukan-bukan dokter. Dia bukan siapa-siapa saya. Kan tadi dokter panggil saya dik, itu buktinya saya masih kecil. Saya masih single."
"Iya dokter, dia bukan siapa-siapa saya. Entah tadi saya pungut dia dari mana." tambah Tobia sambil mengernyitkan dahi. "Dokter mau cari makan?"
"Iya. Ada rekomendasi nggak?" jawab si dokter.
"Soto babat dokter. Kita tahu tempat yang enak. Cuacanya kan agak mendung. Kayaknya seger tuh."Mada langsung menyerobot jawaban Tobia.
"Ikuti kita saja dok, kita tahu tempat soto babat dengan rasa dan tempat yang mantap." Tobia tidak bis mengelak.
Akhirnya sore menjelang malam itu mereka bertiga menikmati soto babat langganan Mada. Sebenarnya Tobia tidak terlalu menyukai soto babat. Namun dia tidak pernah bisa mengelak dari keinginan Mada.
Terkadang Lais, adik kandung Tobia menjadi cemburu dan marah karena Tobia lebih memperhatikan Mada ketimbang dirinya yang adalah adik kandungnya sendiri.
Karena Mada adalah anak tunggal, dan kedua orang tuanya sudah meninggal saat ia masih duduk dibangku SMA. Dan sejak itulah Mada tinggal dirumahnya bersama kakek dan neneknya yang akhirnya mau pindah ke rumah Mada. Dan karena kakek dan neneknya sibuk mengurus kios pakaian dipasar, makanya Mada pun lebih sering tinggal di rumah Tobia
"Karena kalian membawaku ke tempat makanan enak, kali ini aku yang akan mentraktir kalian." kata dokter Harun setelah mereka selesai makan.
"Waaah... Terima kasih dokter." Mada dan Tobia kompak menjawab.
"Sama-sama. Lain waktu kalian boleh tunjukkan lagi tempat makan enak ya. Habis ini aku masih harus balik ke rumah sakit pusat. Kalian hati-hati dijalan ya." kata dokter Harun dengan penuh perhatian.
"Terima kasih dokter." jawab Tobia. dokter Harun berlalu Sedangkan Mada hanya tersenyum sambil memperhatikan ketampanan dokter Harun dengan seksama. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah saat melihat seseorang. Tobia yang menyadari hal itu langsung memeluknya sesaat.
"Mau naik gunung malam-malam?" katanya sambil mengelus kepala Mada.
"Kita pulang saja. Kamu pasti capek. Aku juga sudah ngantuk." jawab Mada sambil membenamkan wajahnya dalam pelukan Tobia.
"Oke. Kamu boleh tidur dalam perjalanan." kata Tobia lembut. "Sudah bisa jalan?"
Mada mengangguk pelan. Tobia melepaskan pelukannya lalu menggandeng tangan Mada dan memapahnya menuju mobil....
Dalam perjalanan dokter Harun menuju ke rumah sakit pusat, dia teringat dengan Tobia dan Mada. Tangan kanannya fokus dengan kemudi,sedangkan siku tangan kirinya ia tumpangkan ke jendela mobil yang ia buka lebar-lebar dengan sengaja. Sambil jemari kirinya memainkan dagunya sendiri. Lalu teringat profil Tobia yang tidak sengaja ia baca saat pertama kali pindah ke rumah sakit tempat Tobia bekerja.
"Bukan-bukan-bukan dokter... Dia bukan siapa-siapa saya." Dokter Harun masih terngiang dengan jawaban konyol Mada.
"Bisa- bisanya kakak adik sekompak itu. Sedangkan aku tidak bisa leluasa bercanda dengan abangku sendiri. Abangku terlalu kaku dan pendiam, membuatku segan untuk sekedar bercanda dengannya." gumamnya sendiri.
"Kalau dipikir-pikir, kapan ya terakhir aku main bareng Bang Lester? Dia selalu terlalu mengalah. Sangat tidak asyik."
...****************...
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Minchio
wah aku juga punya banyak diecast mobil jeep. Tobia hobi kita sama! 😭
2024-07-22
1
ᯓ⃟ིྀᴇᴄᴄʟᴇsɪᴇ⃝❣
om yosh kok ada angka 4 nyempil disini 🙄🙄
2024-01-15
2
『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️
/Shy//Shy//Shy//Shy/
2024-01-14
1