Tentang Jiwa Dokter

Tentang Jiwa Dokter

bukan awal yang akan berakhir

Udara terasa sejuk dibarengi dengan angin sepoi mengurai rambut Mada yang dikuncir ekor kuda, membuat poni tipisnya semakin berantakan. Meski sore itu matahari tidak terlalu terik, namun keringat menemani perjalanan mereka menaiki perbukitan disalah satu kaki gunung besar di kota itu. Nafas sedikit terengah, dengan tongkat ditangan kanan dan ransel dipunggung menemani perjalanan mereka dengan kesunyian, tanpa ada sepatah kalimat keluar dari mulut mereka.

Akhirnya ada pos terakhir di depan mata. Karena tampak kelelahan, Mada memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia duduk bersandar dibatang kayu tumbang. Tanpa banyak bertanya, Tobia yang menemani Mada mendaki waktu itu pun ikut istirahat duduk disebelahnya.

Beberapa kali Mada tampak menghela nafas panjang, meneguk air putih beberapa kali, lalu memejamkan mata beberapa saat. Tobia yang masih terdiam pun hanya bisa memperhatikan tingkah Mada dari sudut matanya.

.......🌾

Pertemuan pertama dulu...

Tobia sedang istirahat dibangku taman karena lelah berlari pagi. Tobia memang sangat suka olahraga. Dia tidak pernah absen lari pagi keliling komplek sampai akhirnya istirahat di taman dekat komplek perumahan. Biasanya dimulai lari pagi jam setengah 5 pagi. Namun karena ini hari minggu, sekolahnya pun libur, dia memutuskan untuk berlari pagi jam 6 berangkat dari rumah nya. Ketika Dia sedang meneguk air putih lalu seorang gadis kecil duduk disampinya dan bersandar ke bangku. Dari sudut matanya Tobia memperhatikan gadis cilik itu menghela nafas beberapa kali lalu memejamkan mata beberapa saat. Namun saat membuka mata, air mata mulai menetes dari mata gadis itu. Tobia yang waktu itu masih duduk di bangku SMK kesehatan kelas 2, bingung tidak tahu harus bagaimana. Tobia menggaruk- garuk kepalanya yang tentunya sebenarnya tidak gatal. Dia hanya bisa celingukan lalu terdiam mematung sambil memperhatikan gadis kecil berambut panjang dengan poni tipis yang mengenakan dress polkadot berwarna ungu yang saat itu tiba-tiba duduk disampingnya, menahan isak sambil kedua tangan terus sibuk mengusap air matanya.

Setelah beberapa saat gadis yang masih terisak itu beranjak lalu berjalan sambil menundukkan kepala dengan kedua tangan yang masih sibuk menghela air mata. Tobia yang awalnya hanya melirik dan memperhatikan, merasa khawatir, dengan diam-diam dia mengikuti gadis yang berjalan pelan itu. Entah apa yang terjadi dengan gadis itu, pikir Tobia. Tiba-tiba gadis itu berlari dan tentunya mengejutkan Tobia. Karena amasih khawatir, Tobia mengikutinya terus. Namun ternyata gadis itu menghampiri ayunan ditengah taman, dan duduk disana. Air mata yang sedari tadi tampak deras mengalir, tiba-tiba sudah terhenti saat gadis itu duduk diayunan sambil sesekali mendongak tampak menahan tangisnya pecah lagi. Dari balik pohon pucuk merah tak begitu jauh dari ayunan, Tobia masih memperhatikan.

Rasa penasaran dan khawatir menggerogoti batin Tobia, namun disaat yang sama ponsel Tobia berdering, ibunya memanggil.

"Tob... kamu masih lari pagi?" ucap sang ibu dari seberang panggilan.

"Masih bu, kenapa?"

"Kalau misal kamu ketemu anak perempuan kecil, berambut panjang, pakai baju polkadot ungu, nanti kabari Ibu ya..."

"Memang dia siapa bu?"

"Itu anak tetangga sebelah yang pindah kemarin. Tapi katanya nggak kerasan, makanya ngambek dan minta pulang kerumah lama, karena disana ada neneknya."

"Oh...oke bu," jawab Tobia dengan perasaan lega.

Namun meski akhirnya dia sudah tahu identitas si gadis, dia memutuskan tetap diam dan memperhatikan saja. Rasanya juga canggung dan bingung bagaimana harus menyapa. Sesaat Tobia melamun sambil melihat segerombolan burung yang hinggap di pohon cemara pendek tepat di depannya.

"Kakak tahu apa burung-burung itu satu keluarga atau hanya teman main yang seumuran saja?" Pertanyaan yang tentunya membuat Tobia kaget setengah mati.

"Haaah?!" Hanya itu yang keluar dari mulut Tobia sambil reflek mengelus dada.

"Menurut kakak, kira-kira sekelompok burung itu satu keluarga atau hanya teman yang ketemu dijalan ya?"

"Kamu umur berapa sih? Pertanyaanmu aneh," jawab Tobia sambil kebingungan sendiri.

"Aku 9 tahun. Kakak sudah SMA kan? Masa gitu nggak bisa jawab." Si gadis malah meledek.

"Ckckck ... dasar." kata Tobia sambil menyipitkan mata ke depan wajah si gadis, lalu ia berniat beranjak . "Kamu tersesat kan? Biar aku antar pulang." Kalimat Tobia tampak agak ketus.

"Kok kakak tahu kalau aku tersesat?"

"Bukannya tadi kamu nangis nggak jelas?"

"Habisnya aku sebel, aku nggak mau ikut pindah kesini tapi mamaku maksa. Padahal aku pengennya tinggal sama nenek aja."

"Berarti orang tua kamu itu baik, mereka nggak mau ninggalin kamu. Mungkin karena nenek kamu sudah tua juga. Jadi orang tuamu nggak mau membebani nenekmu. Makanya kamu yang manja itu diajak pindah kesini." Tobia meledek balik.

"Aku bukan manja! aku hanya nggak bisa ninggalin nenek dan kakek."

"Halah sama aja. Sekali manja tetap manja. Mmmwleeeeek!" Tobia makin meledek lalu berlari kecil dan dikejar si gadis.

"Kakak jahat!!! Aku nggak mau temenan sama kakak tetangga!" seru si gadis sambil mengejar Tobia.

"Sapa juga yang mau temenan sama kamu." Tobia masih meledek. "Btw kamu tahu kita tetanggaan?"

"Ya tahu lah. Kemarin pas aku sampai dirumah baru. Aku lihat kamu duduk di balkon samping rumahmu. sambil pornografi."

"Heeeh? Por ... pornografi?!" Tobia terkejut dengan kalimat si gadis polos, lalu menghentikan langkahnya.

"Iya. Kakak cuma pakai kolor, nggak pakai baju ... terus begini-begini." jawab si gadis sambil praktek beberapa gerakan seperti binaraga yang memperlihatkan otot lengannya atau mungkin gerakan king kong.

"Kamu lihat itu..."

"Ha... ha... Monyet Pornografi."

"Mo ... monyet?!" Tobia mulai kesal bercampur malu. "Anak kecil ngatai monyet ke yang lebih tua. Dasar!!"

Kali ini gantian si gadis yang berlari dan dikejar Tobia. Namun karena terburu-buru, si gadis tersandung dan terjatuh terjerembab, sehingga lututnya berdarah.

"Dasar manja. Sini naik ke punggung kakak."

"Sakit beneran Kak..." kata si gadis sambil menahan perih, ia naik ke punggung Tobia. Tobia menggendong si gadis dan bermaksud mengantarnya pulang.

Sampai didekat rumah, terlihat ibu dari si gadis sudah menunggu dengan cemas. Dan ibu Tobia juga ada disana bersama beberapa ibu tetangga lain.

"Mada!" seru ibunya si gadis yang ternyata bernama Mada itu sambil tergopoh ke arah Tobia.

"Puji Tuhan akhirnya ketemu. Dimana kalian bertemu Tob?" tanya ibunya Tobia.

"Di taman bu... Ternyata dia main kejauhan dan lupa jalan pulang. Ah... Tadi dia terjatuh dan lututnya lumayan terluka." jawab Tobia sambil jongkok menurunkan Mada dari punggungnya.

"Terima kasih nak Tobia, tante tidak tahu harus bagaimana kalau anak bandel ini sampai tidak ketemu kamu." kata ibunya Mada.

"Sama-sama tante, tadi kebetulan saja ketemu,,,anak bandel." kata Tobia sambil sedikit meledek Mada.

"Tobia,,,Jangan begitu dong... Yang rukun dong sama tetangga. Madakan belum hafal daerah sini." kata ibunya Tobia sambil menyubit pinggang Tobia. Sedangkan Mada hanya bisa melotot ke arah Tobia.

"Lain kali kalau misalkan Mada pingin keliling komplek, boleh minta tolong Tobia biar nemenin kamu. Jangan jalan-jalan sendirian." kata ibunya Tobia kemudian.

"Bilang terima kasih sama Tante... Kita beruntung loh dapat tetangga yang baik-baik semua." jawab ibunya Mada.

"Benar... Sesuai dengan nama yang diberikan orang tuanya, nak Tobia ini selalu menjadi anak yang bisa diandalkan. Ringan tangan tanpa pamrih. Sifatnya yang penyayang selalu membuatnya selalu ingin berguna untuk orang lain." kata seorang tetangga yang rumahnya berseberangan dengan rumah Mada.

"Ah.. Jangan terlalu memujinya bu... Nanti lama-lama anak ini jadi sombong." jawab ibunya Tobia. Sedangkan Tobia hanya bisa cengar-cengir.

"Bener kata bu Listia. Nak Tobia memang suka membantu siapa saja tanpa pamrih. Aku pernah melihatnya sendiri sewaktu nak Tobia ini membantu orang tua menyebrang jalan raya."

"Sudah-sudah ibu-ibu... Mari kita lanjutkan aktifitas kita. Mada sudah ketemu. pujian untuk anak saya kita sudahi dulu. Nanti bisa besar kepala ini anak." kata ibunya Tobia dengan sopan dan sambil tersenyum kepada para tetangganya.

"Baiklah... Sekali lagi terima kasih nak Tobia dan tetangga semua. Tolong dikabarkan dengan para bapak kalu Mada sudah pulang dalam kondisi baik." kata ibunya Mada.

"Sama-sama bu Harini. Kami pamit." jawab bu jharna yang rumahnya bersebelahan dengan bu Listia yang selalu tahu arti nama-nama orang.

Begitulah awal mula Tobia dan Mada saling mengenal. Usia mereka yang terpaut jauh tidak membuat mereka segan untuk berteman. Juga karena Tobia memiliki adik laki-laki yang waktu itu masih berumur 7 tahun membuat Mada sering main kerumah Tobia. Keluarga ini menjadi semakin dekat seperti saudara.

.......🌾

Kita kembali ke atas bukit....

Seakan sudah sangat hafal dengan watak Mada, Tobia selalu memberikan waktu untuk Mada menenangkan diri setiap Mada memiliki masalah apapun. Seperti saat ini, Tobia hanya mengajaknya mendaki , menemani dan menjaganya dari dekat, tanpa bertanya apapun sampai nanti Mada akan bercerita sendiri saat hatinya sudah bisa tenang.

Tobia membiarkan Mada melakukan apapun yang Mada inginkan. Dia akan menjaganya dan memperhatikannya dari dekat.

Setelah menghela nafas beberapa saat, Mada bangkit dari istirahatnya dan beranjak menuruni bukit. Tobia pun mengikutinya masih dalam kebisuan. Sampai akhirnya terdengar suara seseorang berteriak minta tolong.

"Kau dengar itu?"suara Mada memecah keheningan. Mereka menghentikan langkah dna mencoba mencari arah sumber suara.

"Aduh tolong...!!! Seseorang tolong!!!"

...****************...

To be continue....

Terpopuler

Comments

Minchio

Minchio

Kenren alurnya! ternyata anak tetangga.

2024-07-22

1

✏️Pena Kosong

✏️Pena Kosong

ya ampun😖
panjang bgt Thor😖

2024-03-01

0

Dream Sky

Dream Sky

bagus thor baru panjang panjang lagi mengingatkan ku sama diriku yg di masa lalu yg masih semangat nulis novel panjang panjang, sekarang mah boro boro panjang, up aja jarang /Scowl//Facepalm/

2024-02-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!