Chapter 4

Akhirnya, Luna bisa bernafas lega telah terbebas dari kejaran preman-preman yang hendak menangkapnya. Sesekali ia mengalah nafas kasar sambil menyeka keringat yang membasahi kening dan lehernya.

"Nih,"

Segelas es campur disodorkan kehadapan Luna. Tanpa basa-basi, gadis itu langsung menyambar minuman yang diberikan kepadanya. Ia harus segera membasahi tenggorokannya yang sekarang benar terasa kering.

"Terima kasih,"

Pemuda gondrong dengan pakaian serba hitam yang dikroyok preman tadi ikut duduk dibangku panjang yang Luna duduki. Jangan lupakan tato-tato disepanjang kedua lengannya. Kini keduanya tengah beristirahat dibawah pohon rindang tempat mangkalnya pedagang es. Luna sendiri sangat merasa asing dengan kawasan disekelilingnya.

Sroot... sroot... sroot...

Luna meminum esnya sampai tandas, hanya menyisakan pecahan-pecahan es didalam gelasnya. Ia benar-benar merasa haus karena aksi kejar-kejarannya dengan orang-orang yang tak dikenal. Si-al sekali harinya kali ini.

Kelakuan gadis itu memancing kekehan kecil dari pemuda gondrong disampinya.

"Gak ada yang lucu," sentak Luna. Ia memanyunkan bibir tipisnya, dan itu tak luput dari pandangan si pemuda.

"Lo kenapa bisa sampai ketempat itu?" tanya pemuda gondrong.

Luna menoleh sekilas, sekedar melihat lawan bicaranya. "Tadinya aku janjian mau ketemu anak-anak punk. Tapi malah nyasar, padahal mereka udah sherlock keberadaan mereka,"

"Cari keluarga lo?"

Gadis berambut sebahu itu menggelengkan kepala dengan sedotan yang tak lepas dari bibirnya. Luna terus berusaha menyedot sisa-sisa air yang berasal dari es yang telah mencair. "Mereka jadi nara sumber untuk melengkapi data penelitian aku,"

"Mungkin lo lagi dikerjain mereka," ucap si pemuda gondrong.

Luna berfikir sejenak, tapi ia langsung menepis tuduhan yang dilayangkan oleh si pemuda gondrong kepada teman-teman barunya. "Kayaknya gak mungkin. Aku sama mereka janjian ditempat kami ketemuan semalam, kok,"

"Terus, kenapa udah di sherlock, malah masih nyasar? Yakin lo lagi gak dikerjain mereka?"

"Yakin," jawab Luna dengan pasti. Tidak mungkin teman barunya yang terlihat friendly itu bersikap jahat padanya. Luna masih berfikir positif kepada mereka.

"Terus kenapa bisa nyasar?" ternya si pemuda gondrong cukup penasaran pada gadis disampingnya.

Sroooooot...

Suara panjang dari sedotan Luna membuat si pemuda gondrong terkekeh. Ternyata gadis ini punya sikap yang cukup abstrud, pikirnya. "Gak usah sampai segitunya juga nyedotnya. Kalau esnya masih kurang, lo bisa pesan lagi," ujar si pemuda gondrong ikut menyedot es digelas sambil bibirnya mengulas senyum samar melihat kelakuan Luna.

Jangan sangka Luna akan menjaga image dan menolak tawaran yang diberikan padanya. Gadis itu tanpa segan langsung memesan kembali minuman pada si akang es campur.

Drrrttt... drrrttt...

Ponsel disaku celana Luna terasa bergetar. Ia lantas meraihnya dan melihat notif yang masuk.

"Aiish ... sampai lupa 'kan," Luna mulai merutuk lagi. Tanpa disadarinya si pemuda gondrong terus memperhatikannya. Memperhatikan wajah cantik yang masih meneteskan keringat dikeningnya.

Gadis itu menghelah nafas, menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Ternyata sudah banyak pesan yang masuk ke aplikasi hijau miliknya dari nomor Rosa.

[Mbak Luna udah dimana?]

[Kok lama, Mbak?]

[Kita udah pada kumpul nih, Mbak.]

[Mbak Lun! Are you Ok?]

[Jadi datang gak nih, Mbak? Udah berjamur nih bo-kong kita nungguin Mbak Luna.]

Luna tergelak membaca pesan terakhir yang Rosa kirimkan. [Aku nyasar, Sa. Sampai tadi aku dikejar-kejar sama preman. Nih gak tau lagi dimana.]

Ting,

[Kok bisa sampai dikejar preman, Mbak?]

Ting,

[Mbak Luna bisa kabur 'kan?]

"Ini esnya, Mbak." Si pedagang es menyodorkan pesanan Luna.

Menghentikan sejenak aktivitas mengirim pesan, Luna langsung menyambar segelas es campur pesanannya.

[Udah aman, Sa,]

[Kita ketemuannya mulai besok aja bisa gak, Sa? Udah sore juga. Mbak belum bisa nemuin tempat semalam. Takut ada apa-apa lagi kalau kesorean,]

Seperti biasa, Luna tak akan menunggu lama balasan dari Rosa. Gadis itu malah menyarankan tempat yang lebih aman baginya bila besok akan bertemu dengan mereka.

Oh ... Luna merasa terharu, ternyata pemuda pemudi yang terlihat seperti anak-anak nakal itu begitu pengertian kepadanya. Mereka tak seseram dan mengerikan sesuai bayangan Luna.

"Eekheem ...,"

Deheman dari seseorang disampingnya menyadarkan Luna, bahwa ia datang ketempat ini tak hanya sendiri. "Eh, sorry! Aku sampai lupa ada orang lain disamping aku," Luna merasa tak enak hati telah mengabaikan orang yang sudah menolongnya kabur dari kejaran para preman tadi.

"Oh iya, kamu kenapa bisa berurusan sama preman-preman tadi?" tanya Luna penasaran.

"Tadi gue juga gak sengaja lewat, terus nyenggol kardus yang ada didekat jalan yang gue lewati,"

"Yakin cuma lewat aja?" Luna kurang yakin dengan penjelasan pemuda disampingnya. Tidak mungkin bila sekedar lewat, ia sampai dihajar dan dikeroyok preman-preman itu. Luna menelisik wajah pemuda disampingnya, mencari kejujuran dari wajah yang sebenarnya- tampan.

Tapi, mengapa Luna merasa tidak asing dengan pemuda yang ada disampingnya? Ia mengingat-ingat kembali, mungkin saja ia pernah melihat pemuda gondrong ini sebelumnya.

Ah, iya! Dia 'kan cowok yang tadi pagi nemanin neneknya di pasar.

Entah mengapa, perasaan Luna menghangat saat mengingat perlakuan pemuda ini pada sang nenek.

"Mereka aja yang selalu berburuk sangka sama orang lain. Memang begitu kalau orang yang selalu buat banyak kesalahan, takut kejahatannya kebongkar, jadi bawaannya curigaan sama orang lain," si pemuda gondrong jadi salah tingkah ditatap sebegitu serius oleh gadis cantik disampingnya. "Udah hilang capeknya 'kan? Gue mau ke basecamp, temen-temen gue udah pada nungguin. Kalau lo masih mau disini, gue duluan,"

"Eh?" Luna tersadar dari lamunannya. Bisa-bisanya ia memperhatikan pemuda itu secara terang-terangan didepan orangnya langsung. "A- aku bisa minta bantuan kamu gak?"

Tak ada jawaban dari si pemuda, tapi Luna tahu arti dari tatapa itu. "Aku gak tau daerah ini. Jadi, bisa antar aku ke jalan raya?"

"Ok." Pemuda itu langsung menyetujui dan berdiri dari duduknya, merogoh saku celana lalu meletakkan lembaran uang dimeja pedagang es.

Luna buru-buru mengikuti langkah lebar si pemuda gondrong. Bahkan ia terseok-seok saat berusaha mengimbangi langkah si pemuda.

"Cepat banget sih jalannya," gerutu Luna,

"Kaki lo aja yang pendek, jadi langkah lo juga ikutan pendek," cibir si pemuda gondrong, tapi tak urung memelankan langkahnya.

Hanya desisan yang keluar dari bibir Luna. Ia terus berjalan mengikuti langkah si pemuda gondrong meski masih kalah cepat. Mata Luna bergerak liar, memperhatikan dan mengamati pemuda itu dari belakang.

Sayang banget kalau nih cowok tampilannya urakan begini. Padahal postur tubuhnya ok begini. Cocok nih jadi tentara, jadi model juga ok.

Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit, keduanya tiba di pinggir jalan raya. Pemuda itu berbalik, lalu menghelah nafas dengan kasar. Ternyata gadis yang bersamanya tertinggal lumayan jauh dibelakangnya.

"Kamu niat bantu aku apa enggak sih? Malah main tinggal aja," Luna menggerutu ketika sudah sampai di samping si pemuda gondrong.

"Salah sendiri jalannya kayak keong," cibirnya sambil menunduk menatap gadis yang memiliki tinggi sebatas bahunya. "Alamat lo di jalan apa?"

"Kaswari," sahut Luna dengan nada ketus.

Tanpa permisi, si pemuda langsung menarik tangan Luna dan menuntunnya untuk menyebrangi jalan yang tampak ramai kendaraan yang lalu lalang. Ia menghentikan sebuah angkot ketika keduanya sudah berada diseberang jalan.

"Lo bisa naik angkot ini." Pemuda itu mendorong pelan tubuh kurus Luna kearah kendaraan yang berhenti didepan mereka. "Jalan, Pak," pintanya pada sang supir saat memastikan Luna sudah duduk dengan nyaman didalamnya.

Dari dalam angkot, Luna masih mempertahankan pemuda yang sudah menolongnya. "Ternyata benar, jangan menilai buku hanya dari sampulnya aja," Luna mengulas senyumnya. Meskipun terkesan acuh tak acuh, pemuda itu masih bersedia untuk memberi batuan untuknya.

...To Be Continued...

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

hei jgn salah..wajah baik ngga menjamin

2023-09-24

0

Yuni Aqilla

Yuni Aqilla

yg pasti tetep semangat buat author nya💪💪

2023-09-14

1

Ana_Mar

Ana_Mar

cie..cie.. kayaknya luna ama ini cowok sama2 punya ketertarikan di antara mereka berdua, apa itu cowok yang namanya raja kk othor???
hm..masih teka teki nama nya hihiii

2023-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!