Hari pernikahan

Umi Maryam dan pak Yudi sudah boleh pulang malam itu juga, seperti mendapat keajaiban semua merasa sehat kembali. Umi Maryam sangat bersemangat menyiapkan acara esok pagi seperti lupa bahwa Dia baru saja keluar dari rumah sakit, dan melupakan masalah Danu. 

Pak Yudi dan bu Arni hanya di minta duduk saja oleh saudara-saudaranya, tidak boleh melakukan aktivitas apapun 

"Apa yang Mulia dan Ibunda ratu mau duduk di pelaminan saja?" Canda satria pada kedua orang tuanya. 

"Ada-ada aja satria," Sungut bu aa Arni sambil melempar sandal pada putranya, bu Arni menoleh ke arah pak Yudi "pak besok beneran jadi acaranya? Ijab qobulnya jadi jam berapa?"

"Menurut Abah Usman tadi ijab qobul di laksanakan malam sekalian langsung resepsi, karena ada perubahan data di undur malam."

Bu Arni manggut-manggut mendengar jawaban suaminya, rencana awal ijab qobul Belinda dan Danu akan di laksanakan  pagi karena mendapat jadwal pertama, karena ada perubahan data maka jadwal di undur paling akhir. 

Sementara itu, Belinda yang masih menggunakan mukena meringkuk di atas tempat tidurnya ingin tidur karena merasa terlalu lelah jiwa dan raganya. Meskipun mata memejam pikirannya berkelana. 

"Apa benar keputusan yang aku ambil, apa benar Angga serius dengan keputusannya, bagaimana aku menjalani rumah tangga itu nanti, segampang itu angga memutuskan, bagaimana kalau dia sudah punya pacar dan aku disebut pelakor, trus aku nikah sama berondong, Danu sialan. "

Mendengar ada yang mengetuk pintu Belinda tidak menjawab, Tiba-tiba terdengar pintu terbuka suara di sertai suara berisik Riska masuk ke dalam kamar. 

"Beli, ga bunuh diri kan?" Tanya Riska sambil menindih tubuh Belinda. 

"Aw, Riska sialan," Pekik Belinda kesakitan. 

"Alah ntar juga di tindih sama si pitak teriak keenakan,"

Belinda segera mendorong tubuh Riska dan melemparnyaa dengan bantal. 

"Jorok bener otaknya,"

Sedangkan Riska yang di lempar bantal malah tertawa cekikikan "gitu dong, gaada ceritanya Belinda murung ga pantes,"

Belinda merentangkan tangan otomatis Riska berhambur memeluk sepupu kesayangannya. 

"Nangis aja kalo mau ga usah di tahan,ini juga piyama kamu kalo kena ingus sama belek ga rugi,"

Belinda tertawa di tengah tangisnya, Riska selalu bisa membuat nya tertawa"aku bakalan kangen sama kamu nanti, Ris,"

***

Saat Shubuh bude Tari sudah heboh di rumah Belinda, perias kondang tersebut sengaja mengosongkan satu minggu waktunya untuk pernikahan sang keponakan tersayang. Dekor, rias manten,baju resepsi semua gratis hadiah darinya. Untuk kebaya putih umi Maryam sengaja memesan di butik Langganan nya dibeli khusus untuk menantu tersayang. 

"Adudu Beli mata kamu bengkak nduk?" Tanya bu Tari sambil menangkup pipi Belinda"Ris, minta tolong ya di kulkas ada teh celup dingin sudah bede siapin buat Jaga-jaga eh kejadian bener,"

Hari itu Belinda benar-benar di di manjakan oleh bude Tari, terapis spa di panggil ke rumah melakukan banyak treatment untuk calon manten mulai pijat, luluran, masker wajah hingga ratus. 

Menjelang sore semua keluarga sudah bersiap di rias oleh para asisten bude Tari, sedangkan sang pengantin spesial di pegang oleh bude Tari sendiri. 

Belinda terlihat cantik dengan riasan paes Jogja putri, paes Jogja putri memiliki hiasan atau cengkorongan paes yang ada di tengah dahi berbentuk seperti potongan daun sirih berujung runcing dan lancip. Untuk aksen kepala menggunakan satu cunduk mentul menghadap ke belakang pula. Ini memiliki filosofi bahwa pengantin harus terlihat cantik dari depan maupun belakang. Sedangkan bunga mawar hiasan jebehan dan sanggul belakang memakai mawar asli, begitupun melati memakai bunga asli. 

Untuk akad, sengaja umi Maryam memesan khusus di butik langganannya, kebaya putih model kutubaru berbahan dasar sutra asli berpotongan simpel menjadi pilihan Belinda untuk menutupi tubuh indahnya secara sempurna. Adanya aksen renda di bagian kerah dan ujung lengan serta bros gold di bagian dada membuat tampilan Belinda begitu menawan dan manglingi. 

"Sempurna, cantik sekali anakku," Puji bude Tari sambil menangkup pipi Belinda. 

"Terimakasih bude,"

Bude Tari hanya mengangguk dan terus memandang wajah cantik yang sudah sangat dia sayangi dari kecil. 

Pintu kamar di ketuk dari luar, terlihat bu Arni melongok kedalam melihat anaknya sudah selesai di make up diapun memanggil suaminya untuk masuk. 

"Cantik ya pak anak kita?" Tanya bu Arni pada suaminya yang terpesona dengan kecantikan anaknya, Belinda sangat jarang memakai make up bahkan gadis itu terkesan tomboy. 

Bu Arni dan pak Yudi bersimpuh di depan Belinda, menggenggam tangan gadis kecilnya, sedangkan nu Arni berdiri memegang pundak Belinda dari belakang, sekuat tenaga pak Yudi dan bu Arni menahan air mata. 

"Nduk, cah ayu ini terakhir bapak memegang mu sebagai tanggungjawab bapak, sebentar lagi tanggungjawab itu akan di ambil orang lain yang akan menjadi suamimu, patuhi Dia karena surgaMu ada pada suami, sampai kapanpun kamu tetap anak bapak dan ibu jangan pernah ragu untuk berkeluh kesah dan satu lagi janji nanti ga nangis ya, kasihan Bude harus tambal sulam riasanmu harga bedaknya mahal itu,"

Seketika suasana haru tersebut berubah menjadi tawa, tanpa bisa di tahan air mata Belinda luruh membuat Bude nya harus memperbaiki riasannya lagi. 

Pintu kamar di ketuk dari luar, Satria masuk memanggil orangtuanya. Saat melihat kakaknya yang terlihat sangat cantik malam ini malah membuaatnya bengong hingga lupa tujuannya kemari.

"Ada apa tole? Malah bengong di depan pintu," Tanya bude Tari. 

"Anu…mbak Beli cantik banget, sampe tersepona aku liatnya cewek spek putri Indonesia kayak gini kok di tinggalin awas aja kalo sampai Angga juga ga datang bakal tak cari sampe lobang semut," Ucap Satria yang masih berdiri di depan pintu. 

Bu Arni melempar kotak tisu ke arah satria, dan pemuda itu berhasil menangkapnya. 

"Bocah kalo ngomong yang baik-baik, kebiasaan asal jeplak, kamu ngapain tadi kesini?" Omel bu Arni. 

"Oh, itu di suruh pakde manggil bapak di suruh keluar bapak penghulu sudah datang,sampe lupa saking kakakku cantik banget,"

"Ya udah kamu keluar dulu bapak nanti nyusul,"

Pak Yudi kembali menghadap kearah putrinya"Nduk inget pesen bapak tadi,bapak keluar dulu ya janji jangan ada air mata di antara kita,"

Belinda tersenyum mendengar pak Yudi berusaha menghibur nya. Bu Arni sengaja diam saja karena takut tidak bisa menahan air mata dia sudah berjanji pada sang suami untuk tidak menangis di hari bahagia putri mereka. 

Belinda terlihat gelisah di kamarnya, berkali-kali melihat gawainya sunyi tidak ada panggilan ataupun pesan masuk, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih limabelas tapi belum ada tanda-tanda acara di mulai. 

"Tenang Bel mungkin macet," Riska coba menenangkan. 

"Mbak Riska ada-ada aja, tapi bisa jadi rombongan muter lewat jalan raya soalnya kalo lewat jalan Kampung kan terlalu deket," Jawab Dinara. 

"Bisa juga, lagian jodohnya kayak lagu pacar lima langkah, coba kamu chat Angga sudah berangkat apa belum," Saran Riska. 

Belinda menjawab dengan ragu"ga punya no kontak Angga,"

"APA" jawab Dinara dan Riska kompak. 

Terpopuler

Comments

Silvi Aulia

Silvi Aulia

Belinda ada-ada aja masa gak punya no handphone calon suami 🤭

2023-10-02

0

Wirda Wati

Wirda Wati

ngga punya no kontak calon suami 🤣🤣🤣🤣

2023-09-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!