Setelah peristiwa dramatis di kedai kopi, Bima kembali ke kos-kosannya, sebuah tempat sederhana yang menjadi tempat berlindungnya. Kos-kosan itu adalah ruangan kecil dengan dinding yang tampak lusuh dan lantai kayu yang sudah tua. Di pojokan kamar, ada tempat tidur tunggal yang sederhana dengan seprai usang yang memberikan sentuhan hangat. Kamar mandi di luar ruangan, dan dapur komunal yang bersih namun minim fasilitas.
Bima melemparkan dirinya ke tempat tidur dengan perasaan lelah setelah peristiwa yang menggemparkan tadi. Matahari telah terbenam, meninggalkan kamar dengan pencahayaan remang-remang dari cahaya lampu jalan yang masuk melalui jendela yang sempit. Suara jendela yang berderit pelan menambahkan kesan damai dalam kegelapan.
Saat mata Bima terpejam, dunia nyata perlahan memudar dan digantikan oleh alam mimpi, tetapi mimpi ini terasa begitu nyata. Bima mendapati dirinya berdiri di tengah istana yang megah, sebuah karya seni arsitektur yang tak terbayangkan. Ribuan taman indah menghiasi istana ini, penuh dengan bunga-bunga yang mekar dalam berbagai warna dan aroma yang memikat hati.
Di kejauhan, Bima melihat seorang pria yang mengenakan jubah hitam dengan hiasan emas yang mengkilap di sisi-sisinya. Pria itu, yang memancarkan aura yang sangat kuat, aura yang belum pernah Bima temui sebelumnya. Sosok itu adalah Raja Wirapati, leluhurnya yang legendaris.
Raja Wirapati melangkah mendekati Bima dengan langkah yang mantap. Wajahnya yang bijak menyinari ruangan, dan suaranya terdengar seperti nyanyian angin. "Selamat datang, Bima Wira Wijaya, penerus darah Wirapati," ucap Raja Wirapati dengan suara yang menggetarkan hati.
"Ka kamu siapa?", kata itu keluar dari mulut Bima yang ketakutan.
"Jangan takut nak, Aku adalah Raja Wirapati leluhurmu, dan Bima kamu adalah keturunanku yang terpilih", balas Raja Wirapati dengan suara yang menggema, suara yang penuh dengan kewibawaan.
Bima menundukkan kepalanya dan berlutut dengan hormat. "Raja Wirapati, leluhurku? Aku keturunan Raja?", tanya Bima.
Raja Wirapati tersenyum bijaksana. "Kau adalah penerus garis darah kami, Bima. Kami datang untuk mengungkapkan warisan yang tersembunyi dalam dirimu. Warisan yang harus kamu jalani, dan warisan ini sudah ada dalam dirimu"
Bima tercengang. "Warisan? Apa maksudmu?"
Raja Wirapati mulai menceritakan cerita tentang asal usulnya, "Bima, dahulu jutaan tahun yang lalu sebelum duniamu yang sekarang. Dunia dipenuhi oleh peradaban yang sangat maju. Orang-orang mampu berpindah tempat dengan sekejap, transportasi udara, hingga energi abadi yang bisa menggerakkan setiap benda dan alam. Waktu itu manusia dan alam adalah sahabat sejati. Sebelum manusia terbagi menjadi dua, yaitu Kerajaan kegelapan yang dipimpin oleh sosok-sosok kegelapan, yang berusaha menguasai alam, menguasai dunia, dan Kerajaan Wiratama. Kerajaan Wiratama dulu dikenal sebagai tempat dimana kekuatan dan kebijaksanaan menyatu, dan aku Raja Wirapati adalah salah satu pahlawan yang menjaga perdamaian selama berabad-abad".
"Warisan yang kau bawa adalah kekuatan dan kebijaksanaan para raja yang telah mati. Ini adalah kekuatan untuk menjaga keseimbangan dan perdamaian dunia," ujar Raja Wirapati.
Bima merenung dalam kata-kata Raja Wirapati. Kekuatan yang luar biasa terletak dalam genggamannya, warisan dari para leluhur yang hebat. Dia merasa beban tanggung jawab yang besar di pundaknya.
"Bagaimana aku bisa melakukan segala tanggung jawab seberat ini?" tanya Bima.
Raja Wirapati tersenyum. "Ini sudah waktunya, Bima, dan gunakan kekuatanmu dengan bijaksana. Dunia membutuhkan pahlawan yang dapat memimpinnya ke arah yang benar. Tanggung jawabmu sangat besar Bima. Kekuatan itu sudah ada dalam dirimu, kamu adalah pewaris terakhir kekuatan Wiratama. Dan selalu ingat Bima, pastikan hatimu selalu bersih, jangan ada dendam yang kau simpan, karena dendam dan sakit hati dapat menghancurkan dirimu serta kekuatanmu secara perlahan dalam kegelapan".
"Jangan ada dendam? Hati yang bersih?", kata Bima dalam hati sebelum tiba-tiba sosok itu menghilang dan membangunkan Bima dari mimpinya.
Bima bangun dari mimpinya dengan rasa keyakinan yang baru. Dia tahu bahwa dia adalah penerus dari kekuatan dan kebijaksanaan yang begitu besar, dan tanggung jawab itu tidak bisa diabaikan. Dengan hati penuh tekad, dia bersiap untuk menjalani perjalanan baru, membawa warisan Raja Wirapati yang akan membentuk takdirnya dan mungkin takdir dunia itu sendiri.
Bima melihat kalung yang selalu menempel pada dirinya, tiba-tiba kristal pada kalung itu memancarkan cahaya yang menerangi ruangan kecil itu. Cahaya itu memancar dan menyelimuti seluruh tubuh Bima.
Bima merasakan setiap bagian tubuhnya menjadi ringan, dia merasakan sangat fit, luka-luka yang ada pada tubuhnya hilang, matanya yang minuspun mampu melihat dengan normal, masa ototnya bertambah secara drastis dan seketika itu tubuhnya menjadi sangat-sangat atletis.
Bima berdiri memandangi dirinya dalam sebuah kaca di kamar mandi kecil dalam kamarnya. Dia melihat dirinya terasa sangat asing, penampilan ini sangat berbeda dengan dirinya sebelumnya.
"Apakah ini kekuatan Wirapati?", tanya Bima dalam hati, tertegun melihat apa yang sedang ia alami dalam tubuhnya terdapat kekuatan yang begitu luar biasa.
Tiba-tiba terdengar lagi suara bisikan di telinga Bima, "Bima, waktumu sudah tiba, genggam kalungmu lalu panggil dan sebut namanya keras dalam hati!", suara wanita itu lembut dan halus.
"Wirapati", sebut Bima dalam hati sambil memegang kalungnya. Tiba-tiba kalung itu bercahaya begitu terang hingga menyelimuti setiap sudut ruangan, cahaya itu memenuhi setiap sudut ruangan. Dan secara tiba-tiba Bima merasakan dirinya mengenakan pakaian yang berbeda, ia mengenakan jubah hitam dengan ornamen berwarna emas pada setiap sisi-sisinya.
"Apa ini?", tanya Bima dalam hati, terlihat kebingungan. "Ini adalah jubah kebanggaan Wirapati, jubah ini telah menjadi satu dengan dirimu. Dan jubah ini akan muncul saat kamu memanggilnya", suara bisikan itu menjawab.
"Siapa kamu?", tanya Bima. "Kamu akan tahu pada waktunya nanti, Bima. Ada sesuatu yang lebih penting sedang membutuhkan pertolonganmu", suara itu lembut penuh kasih.
Tiba-tiba televisi kecil miliknya menyala dan menayangkan sebuah berita, "Pemirsa, sekelompok perampok yang menamai diri mereka The Silent berhasil menculik anak pewaris dari Santiago Industries, Naga Mahesa Santiago. Sekelompok perampok itu menyekapnya dalam sebuah gedung perkantoran tengah kota milik Santiago Industries. Mereka meminta uang tebusan sebesar 50M", terdengar seorang pembawa berita membacakan sebuah berita terkini yang terjadi.
"Naga?", kata Bima. Lalu Bima berlari dengan kecepatan diluar kemampuan manusia. Bima berlari mengenakan jubah Wirapati, tak seorangpun yang ia temui dijalan mengenalinya. Bima terus berlari melewati mobil-mobil yang sedang melaju kencang, kecepatan yang luar biasa. Bahkan orang disekitarnyapun tak tersadar akan keberadaannya. Dia hanya terlihat seperti angin yang berhembus sangat kencang.
Sementara di gedung itu Naga terikat pada sebuah kursi, kaki dan tangannya tak mampu bergerak, serta mulutnya dibungkam oleh selotip hitam. "Naga, tunggu aku...", kata Bima dalam hati sembari berlari dengan cepatnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments