Telur mata sapi yang yang langsung di ambil dari ayamnya itu sudang di hidangkan di atas meja makan. Ayah mertua dan kakak ipar sudah menunggu di meja makan. Aturan makan bersama di rumah ini harus menunggu semua penghuni rumah berada di meja makan terlebih dahulu. Setelah itu mereka boleh makan, kurang satu orang saja itu tidak boleh di laksanakan walaupun dalam keadaan kelaparan sekalipun. Itupun jika seseorang itu ada di rumah. Tetapi jika kurang yang satu orangnya sedang berada di luar untuk kepentingan yang benar-benar penting, masih bisa di laksanakan.
Huh, memang sangat ribet peraturan makan di rumah ini.
Rania melirik dan menatap piring yang berisi telur mata sapi itu. Sepertinya ini telur mata sapi seperti biasanya. Tidak ada bedanya. Yang membedakan hanya Bagas yang membuat semua pelayan itu jadi repot. Bagas meraih centong nasi bersiap mengambil nasi untuknya. Tapi Rania, berusaha menghentikan Bagas, Rania mengambil alih centong nasi itu.
"Biar ku ambilkan nasi untukmu suamiku." ucap Rania dengan senyumannya.
Rania langsung mengambilkan nasi untuk Bagas.
Aku sudah tidak waras, bagaimana aku bisa mengatakan kalimat seromantis itu.
Sorot mata sebal kakak ipar ia layangkan pada Rania. Sedangkan ayah mertua merasa bahagia, akhirnya putranya ini mendapat perhatian dari istrinya. Setelah ia tidak mampu memberi sedikitpun perhatian kepada Bagas, karena kesibukannya dalam bekerja.
Bagas meraih sendok makan dan mulai makan, semua yang ada di sana mengikuti gerakannya. Rania mulai makan di sampingnya. Ekspresi wajah Rania berubah, seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Pada dasarnya telur ini sama, sama seperti telur yang di jual di toko. Hanya saja ini terlihat lebih segar karena di ambil langsung saat ayam itu bertelur. Hal yang merepotkan."
Rania tidak sadar mulutnya mengatakan itu. Semua pasang mata tertuju pada Rania. Termasuk Bagas.
Aduh. Kenapa aku bisa mengatakan hal sebodoh ini di hadapan mereka.
Rania membungkam mulutnya. Kemudian memasang lagi wajah cerianya.
"Tapi, ini rasanya begitu enak" Rania mengacungkan dua jempol, "Ini mengajarkan saya, bahwa sesuatu yang dadakan itu rasanya akan lebih enak. Sama halnya seperti saya, yang baru saja Bagas kenal langsung ia jadikan istri."
Rania keceplosan, bagaimana bisa ia mengatakan kata-kata segila itu. Semua orang yang berada di sana menatap kembali Rania dengan aneh. Bagas tidak mengatakan apapun. Ia hanya melirikan matanya tajam. Kemudian semuanya kembali makan.
Keheningan tercipta di meja makan. Semuanya kembali fokus pada makanan yang ada di hadapan mereka. Rania mengunyah makannya dengan tenang. Karena menurutnya, terburu-buru itu tidaklah baik. Rania melirik makanan Bagas yang sudah hampir habis. Ini tidak membuatnya untuk menguyah cepat agar makanannya segera habis juga. Justru ia malah kelihatan lebih tenang dan santai menikmati makanannya.
Bagas meletakan sendoknya dan mengambil selembar tisu untuk membeersihkan mulutnya. Ia melirik Bagas yang baru saja selesai menyantap makanannya.
Cepat juga pria itu makannya.
Bagas bangun dari duduknya.
"Cepat habiskan makananmu!" perintah Bagas pada Rania.
Rania hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Bagas melangkahkan kaki, pergi dari meja makan itu dan menaiki anak tangga. Kembali ke kamarnya.
Tidak lama kemudian, ayah mertua dan kakak iparnya juga selesai makan. Mereka mengambil selembar tisu secara bergantian.
Ya ampun, kenapa penghuni rumah ini makannya cepat-cepat ya?.
Ayah mertuanya pergi juga. Sementara kakak iparnya masih duduk di sana. Dan menatap sinis Rania.
"Hey gadis miskin! Kau benar-benar tidak tahu diri." Rania sama sekali tidak menggubris, ia masih makan dengan santai dan tenang.
Arsilla berdiri dari duduknya.
BRAKKK..
Surara meja makan di pukul dengan keras oleh Arsilla.
"Rania!" bentak kakak ipar itu.
Rania mendongakkan kepalanya, "Apa kau bicara denganku?"
Arsilla menunjukan telunjuknya ke arah Rania, "Kau benar-benar kelewatan ya. Ingat! Kau bukan siapa-siapa di rumah ini. Bahkan kau ini bukan istri dari Bagas. Bagas sama sekali tidak menyukaimu, apalagi mencintaimu. Kau hanya gadis yang di manfaatkan olehnya. Tidak lebih dari itu."
Rania tersenyum, "Apa kakak ipar sudah selesai memaki saya? Kalau sudah, saya akan kembali untuk melanjutkan makan."
Arsilla mengepal kedua tangannya. Ia kelihatan sangat kesal oleh perkataan Rania. Arsilla menghentakkan kakinya, kemudian pergi juga.
Hah, jangan mentang-mentang aku ini gadis miskin. Kalian menganggapku seorang gadis bodoh. Ingat! Aku juga di sekolahkan. Jadi aku tahu bagaimana caranya untuk pintar.
Rania kembali melanjutkan makannya yang hampir habis. Sekarang, di meja makan hanya ada dirinya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ
Duh sayang sekali.. kasihannya dan malang sekali nasib meja itu. gk tahu apa² eh dianiaya sama Arshilla. Sabar ya meja. tabahkanlah hatimu..
Ginjalku bergetar thor, saat Arshilla menggebrak meja itu. kaget cuuyy.. 😱🤣🤣🤣🤣🤣
2023-09-25
0
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ
ngakak keras aku... cekikikan sendiri didalam kamar.. kayak orang gk waras gegara ucapan absurd Rania. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂😂😂
2023-09-25
0
Ema niman Alfian
bagus rania
2022-10-26
0