Ketika Rania, kakak dan ibunya baru saja selesai selesai makan bakso. Tiba-tiba datang seorang pria membuka pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum." Salam dari seseorang yang baru saja masuk.
"Wa'alaikum salam." Jawab Rania, Nadira dan bu Sari.
Kemudian seseorang yang datang itu menutup kembali pintunya. Ketika ia membalikkan tubuhnya, ia merasa terkejut bercampur bahagia.
"Rania." panggilnya.
Seseorang itu adalah Radit. Ia baru saja pulang kerja, kebetulan ia bagian shift pertama. Radit langsung saja duduk di samping Rania.
"Rania. Bagaimana, apa kamu sudah membicarakan pada tuan Bagas agar abang segera naik jabatan. Paling tidak jadi staf di sana. Atau bagian administrasi itu jauh lebih baik."
Nada bicara Bagas begitu semangat, ia menatap Rania dengan sorot mata penuh harapan. Berharap Rania akan memberinya kabar gembira.
"Tuan Bagas begitu sibuk bang, jadi Rania tidak sempat membicarakan hal seperti itu." jawab Rania.
Andai kalian tahu. Seperti apa aku di perlakukan di sana. Aku di perlakukan sangat buruk, tapi aku mencoba bertahan. Ini semua aku lakukan demi kalian. Cobalah mengerti. Ini semua sudah begitu berat bagiku. Aku mohon, jangan menambah beban aku lagi.
Wajah Radit menunjukkan rasa kecewa dengan jawaban Rania. Tapi, seketika wajahnya kembali semangat.
"Baiklah. Tidak apa-apa. Jangan lupa untuk segera membicarakan hal itu padanya. Abang akan menunggu kabar bahagia darimu." ucap Radit yang kekeh.
"Radit. Jangan menuntut Rania seperti itu. Kasihan adikmu. Dia sudah berkorban banyak demi keluarga ini. Masalah pekerjaanmu, itu jangan membuat beban Rania samakin bertambah." bu Sari berusaha menasihati Radit. Tapi Radit tidak perduli dengan apa yang ibunya ucapkan. Dia mau keinginannya segera terkabul begitu saja, tanpa ia yang harus berusaha.
"Sudahlah bu. Aku akan coba membicarakannya pada suamiku." Rania mencoba menenangkan keadaan.
Radit berdiri dari duduknya dan beranjak pergi ke kamarnya.
"Maafkan abangnya ya Rania!" ucap bu Sari mengusap pundak Rania.
"Tidak apa-apa bu." jawab Rania seperti memang tidak apa-apa baginya. Padahal ini akan menambah pikirannya nanti.
Nadira hanya bisa diam menyaksikan obrolan mereka.
Ya Tuhan, kuatkanlah aku. Aku tahu, engkau tidak akan memberi cobaan kepada hambanya sampai melampaui batas. Semoga semua ini cepat berakhir. Semoga saja buah kesabaranku berbuah manis. Aamiin.
******
Rania memutuskan untuk kembali ke rumah mewah itu. Baginya, rumah itu bukan lagi istana. Tapi itu sebuah neraka. Rania masuk ke dalamnya menaiki anak tangga. Sampai di depan kamarnya. Ia langsung membuka pintunya. Rania di kejutkan oleh seorang pria yang duduk di sana, di sofa dalam kamar itu. Ternyata Bagas sudah kembali.
"Dari mana saja kau gadis bodoh?" tanya Bagas tanpa menoleh ke arah Rania. Ia sibuk memainkan ponselnya. Tapi sepertinya ia tahu bahwa Rania yang membuka pintu kamarnya.
Rania langsung menghentikan langkahnya dan mematung di sana. Pintunya masih terbuka setengah.
"Maaf tuan, saya tadi pulang ke rumah saya." jawab Rania menundukkan kepalanya.
Bagas tertawa terbahak-bahak.
"Rumah yang jelek itu?" makinya.
Apa? Rumah jelek? Sekarang aku paham istana yang sesungguhnya. Bukan di ukur dari seberapa besar dan mewahnya bangunan. Tapi dari keharmonisan penghuninya. Dasar pria sombong. Seenaknya saja menghina orang kecil.
Rania tidak menjawab pertanyaan sekaligus hinaan untuknya.
"Kenapa kau tidak menghubungiku, paling tidak sekertaris Frans jika kau akan bepergian?"
"Maaf tuan. Bukannya kau sama sekali tidak perduli dengan saya? Untuk apa aku menghubungimu?"
Bagas terkejut dengan jawaban dan pertanyaan Rania.
Benar juga. Untuk apa aku memperdulikan gadis bodoh seperti dia. Ingat! Dia hanya seorang gadis yang aku manfaatkan. Dia bukan istriku. Gumam Bagas.
"Ma maksud saya, saya takut kau kabur dan membawa barang-barang berharga dari rumah ini." jawabnya terbata-bata.
Dasar! Dia memang benar-benar pria sombong. Sampai kapanpun sifat sombongnya akan terus mengalir di darahnya.
"Kau tidak perlu takut, tuan. Untuk apa kau merasa takut pada saya? Apa kau merasa hartamu terancam dengan kehadiran saya? Lalu untuk apa kau memilih saya sebagai istrimu? Haha. Tenang saja, tuan. Aku tidak haus dengan hartamu." tanya dan ucap Rania berbondong-bondong.
Lagi lagi Bagas tidak mampu membalas pertanyaan dan perkataan Rania. Ia merasa gadis bodoh ini sudah mulai membodohinya.
"Lagi pula, saya tidak memiliki ponsel untul menghubungimu ataupun sekertaris Frans."
Bagas tersenyum remeh mendengar pengakuan Rania. Kemudian ia menghubungi seseorang.
"Hallo Frans. Segera belikan sebuah ponsel yang paling mahal dan antarkan ke sini." begitu ucap Bagas pada seseorang yang ia telpon. Lalu ia matikan kembali tanpa menunggu jawaban dari orang itu.
Kemudian Rania menutup pintu kamar yang masih terbuka dan pergi ke kamar mandi melewati Bagas begitu saja, tanpa permisi ataupun membungkukan tubuhnya. Tidak lama kemudian, Rania kembali dan berdiri di hadapan suaminya ini.
"Segera bersihkan badan anda, tuan. Saya sudah menyiapkan air untukmu mandi." ucap Rania yang tidak pernah Bagas sangka.
"Saya bisa melakukannya sendiri." ucapnya dengan sombong.
"Saya juga tahu. Anda bisa melakukannya. Tapi saya rasa, sepertinya anda butuh sebuah perhatian."
Mendengar ucapan Rania barusan, begitu menyentuh hatinya. Bagaimana bisa seorang Bagas tersentuh oleh kata-kata seperti itu? Bagas memang tidak pernah mendapat perhatian, seperti itu. Karena sejak kecil ia hanya mendapatkan uang sebagai wujud kasih sayang ayahnya. Kakaknya juga bersikap acuh tak acuh terhadapnya.
Perhatian? Aku memang menginginkan itu sejak dulu.
"Tidak usah sok tahu kau gadis bodoh." ucap Bagas beranjak pergi ke kamar mandi. Ia yang masih tidak mengakuinya bahwa ia begitu butuh banyak perhatian.
Rania merinding melihat tingkah suaminya yang begitu sombong. Kemudian ia duduk menyandar di sofa menggantikan Bagas yang tadi duduk di sana.
Ternyata enak juga duduk di sini. Gumam Rania kemudian ia tersenyum menikmati.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Rara Kusumadewi
apa raniaa bukan anak kandung
2023-01-11
1
Susilawati Dewi
dasar rania
2021-07-24
1
Tina
mengapa harus memngil gadis bodoh kenapa gak pangil gadis ku thor 😁😁😁
2021-06-20
1