Rania dan Nadira pulang ke rumah dengan membawa 2 bungkus bakso yang di masukan ke dalam kantong plastik hitam. Nadira membuka pintunya.
"Assalamu'alaikum." mereka mengucap salam.
"Wa'alaikum salam" jawab dari seseorang yang duduk di kursi rotan ruang tamu. Itu adalah Bu sari, ibu Rania sekaligus Nadira.
"Rania." bu Sari sangat terkejut bercampur bahagia ketika melihat Rania datang.
"Ibu." Kata Rania setengah berteriak saking bahagianya. Kemudian mereka saling berpelukan.
Nadira yang menyaksikan tersenyum ikut bahagia. Setelah mereka melepaskan pelukannya. Bu Sari meraba-raba tubuh Rania.
"Kau baik-baik saja anakku?" tanya bu Sari penuh khawatir.
"Rania baik-baik saja bu." Rania berusaha menunjukkan bahwa ia memang baik-baik saja.
"Alhamdulillaah. Syukurlah nak." bu Sari begitu terlihat bahagia.
Tapi kebahagiaan bu Sari seketika memudar, ketika ia seperti mencari seseorang.
"Suamimu mana? Kenapa dia tidak ikut kesini untuk mengantarmu?" tanya bu Sari karena sedari tadi ia hanya melihat kedatangan Rania saja, setelah Nadira.
"Tuan Bagas sibuk bekerja bu. Jadi tidak sempat datang ke sini untuk mengantar Rania."
"Tuan? Kau memanggil suamimu dengan sebutan tuan?" bu Sari merasa ada yang tidak beres dengan menantunya.
"Em it itu, karena Ra Rania begitu menghormatinya bu." Jawab Rania terbata-bata.
"Oh, iya, iya." bu Sari sedikit ragu dengan jawaban Rania.
Ya Tuhan. Semoga saja ibu tidak mencurigaiku. Karena baru saja aku melihat ibu bahagia, aku tidak ingin kebahagiaan ibu rusak dan ibu harus merasakan kesedihan. Biar aku saja yang merasakan kesedihan dan kepedihan demi kebahagiaan ibu, kesehatan ibu. Melihat kondisi ibu yang jauh lebih baik dari pada kemarin waktu itu terbaring lemah tak berdaya, merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Biar aku saja menggantikan sakit ini demi keluagaku.
Kemudian Rania dan bu Sari duduk, sementara Nadira pergi ke dapur. Nadira kembali dengan membawa 2 buah mangkuk beserta sendok garpu. Ia taruh di atas meja di hadapan ibunya. Kemudian membuka satu bungkusan bakso itu ke dalam mangkuk. Bu Sari melihat hanya ada 2 porsi bakso saja di sana.
"Kamu tidak beli untuk Rania juga." tanya bu Sari pada Nadira.
"Rania sudah makan bu." jawab Rania.
"Itu yang satu lagi buat siapa, kenapa tidak di buka juga Nad?"
"Ini untuk ayah bu." jawab Nadira.
"Tidak usah, ayah kalian sedang pergi. Ibu rasa masih lama untuk kembali. Sudah, di makan saja."
"Ayah kemana bu?" Rania menanyakan ayahnya. Yang memang dari tadi ia tidak melihatnya juga.
"Ada urusan sebentar."
Rania menganggukan kepalanya. Sedangkan Nadira sedang berusaha membuka bungkusan baksonya.
"Pokoknya ibu tidak mau makan bakso ini kalau Rania tidak ikut makan juga." protes bu Sari.
"Ibu. Rania sudah.."
"Ibu tidak akan memakannya." bu Sari memotong ucapan Rania.
Kemudian Rania tersenyum.
"Ya sudah. Rania ambil sendok dulu."
Rania berdiri dari duduk dan pergi ke dapur, tidak lama ia kembali dengan membawa sendok di tangannya.
Rania makan bakso semangkuk berdua dengan ibunya. Sementara Nadira hanya makan untuknya saja. Bu Sari terlihat bahagia sekali. Begitupun Rania.
Aku begitu merindukan masa-masa seperti ini. Semuanya begitu sederhana, tapi mampu membahagiakan. Daripada harus hidup mewah, tapi penuh kepura-puraan. Rasanya aku ingin mengembalikan duniaku. Tapi semuanya tidak mungkin.
"Rania, kakak mau melamar kerja." ucap Nadira
"Benarkah? Dimana?" tanya Rania senang, akhirnya kakaknya punya niat akan bekerja juga setelah beberapa bulan menjadi pengangguran.
Nadira belum menjawab, ia sedang mengunyah baksonya terlebih dahulu sampai ia telan.
"Di perusahaan tempat bang Radit bekerja."
"Apa? Perusahaan tuan Bagas?" mendengar ucapan Nadira barusan membuat Rania begitu terkejut.
"Iya." Jawab Nadira yakin seratus persen.
"Tapi kak."
"Kenapa?"
"Masih banyak perusahaan yang gajihnya lebih besar di banding perusahaan itu." usul Rania yang sebenarnya ia tidak setuju bekerja di sana.
Rania sudah tahu betul bagaimana suaminya. Apalagi Bagas tahu Nadira ini kakak dari Rania. Rania takut Bagas melibatkan kakaknya dalam masalah yang ia hadapi sekarang.
"Rania. Berapapun gajihnya, kakak tidak pernah mempermasalahkannya. Yang penting kakak kerja dan punya pemasukan untuk membantu ibu." jelas Nadira.
"Iya, Rania. Kakak kamu betul." sambung bu Sari.
Rania tersenyum masam.
Jika itu keputusanmu, aku cuma bisa mendo'akanmu kak. Aku harap kakak di perlakukan baik jika bekerja di sana. Semoga bang Radit juga tidak di perlakukan buruk olehnya setelah mengetahui bahwa dia abangku.
Kemudian mereka bertiga meneruskan makan baksonya sampai habis tanpa pembicaraan apapun lagi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Siti krismiaty
kayaknya ada bibit pelakor ni
2022-02-04
1
Wah Yuni
knapa bukan KK-nya Raina yg nikah dgn si bos🤔
2021-12-24
1
Betty Marpaung
kasihan banget si Rania makin suntikkan pikirannya
2021-11-19
1