Rania pergi keluar dari rumah itu untuk mencari udara segar. Rasanya berlama-lama berada di sana membuatnya semakin gerah dan panas. Padahal di sana banyak AC terpasang. Tapi bukan karena ruangannya yang panas, melainkan penghuni yang satu itu.
Rania berjalan menyusuri jalan, seketika dia merasakan rindu sekali kepada keluarganya. Di berpikir untuk pergi ke sana saja. Terutama menemui ibunya. Rania menyetop sebuah angkot di pinggir jalan. Ternyata angkot yang sudah ia berhentikan tidak ada penumpangnya sama sekali. Mungkin karena masih pagi. Rania memutuskan untuk duduk di depan. Kemudian sang sopir menjalankan kembali angkotnya.
Sepanjang jalan, sopir angkot itu memandangi penampilan Rania yang menggunakan pakaian brand dan mewah. Sepertinya gadis ini anak orang kaya. Tapi kenapa naik angkot? Gumam sopir angkot menebak gadis di sampingnya.
Dalam perjalanannya, Rania menghabiskan waktunya dengan melamun. Pandangannya lurus ke depan. Ia tetap diam dan membisu. Tidak ada pembicaraan apa-apa dengan sopir angkot yang sesekali memndangi dirinya.
Aku harus menjalani kehidupan seperti ini sampai kapan? Aku begitu merindukan hidupku yang dulu. Tinggal bersama keluarga. Sederhana. Walaupun abang dan ayahku sesekali membenci kehadiranku. Tapi mereka tetap saja menyayangiku.
Aku sadar, aku memang gadis miskin seperti yang di katakan kakak perempuan Bagas. Aku menyadarinya tanpa harus ia maki. Aku memang bermimpi untuk tinggal di sebuah istana mewah seperti rumah yang aku tinggali sekarang. Tapi aku tidak ingin tinggal bersama dengan orang yang sama sekali tidak menyukaiku. Kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang di pilih tuan Bagas untuk menikah dengannya?
Mungkin seperti anggapannya. Dia menganggapku gadis bodoh. Jika bukan karena demi ibuku, demi keluargaku. Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu. Menikah dengan pria jahat, sombong dan kejam itu.
Seketika Rania tersadar dari lamunanya saat angkot ternyata sudah berhenti sampai ke tujuan. Di jalan yang agak jauh dari rumahnya.
"Neng sudah sampai." Ucap sopir angkot memberi tahu.
"Eh. Oh iya pak."
Rania memberikan uang pas sebagai ongkos ke sopir angkot itu. Kemudian turun. Rania terkejut saat melihat sosok wanita yang berjalan ke arahnya. Sepertinya wanita itu melihatnya ketika turun dari angkot.
"Rania." Panggil wanita itu, memastikan bahwa itu benar-benar Rania.
"Kak Nadira? Kakak dari mana sepagi ini sudah ada di luar rumah? Apa terjadi sesuatu dengan ibu?" Tanya Rania berbondong-bondong.
"Ibu baik-baik saja Rania." Jawab Nadira seraya menepuk pundak Rania pelan.
"Suami kamu mana?" Tanya Nadira yang melihat Rania datang sendiri, apalagi tadi dia naik angkot.
Rania tersenyum masam, sebagai jawaban pertanyaan kakaknya. Nadira melihat adiknya ini sedang kenapa-napa. Makanya Nadira mengajak Rania untuk mampir ke sebuah kedai bakso yang jaraknya hanya 20 meter saja dari tempat mereka berdiri saat ini.
Mereka berdua duduk sejajar di bangku. Tanpa memesan bakso.
"Rania, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Nadira merasa khawatir dengan adiknya ini.
"Seperti yang kakak lihat. Aku baik-baik saja kak." Rania tersenyum ceria, memastikan pada kakaknya bahwa ia memang baik-baik saja.
"Apa dia memperlakukanmu dengan buruk? Menghinamu? Menjadikanmu sebagai budaknya?"
"Suamiku memperlakukan aku dengan sangat baik kak, memperlakukan aku sebagaimana aku ini istrinya."
"Apa kamu tidak sedang membohongi kakak?" Nadira meragukan perkataan Rania.
"Tenang saja kak. Tidak usah begitu mengkhawatirkan aku. Aku bahagia dengannya." Ucap Rania berusaha meyakinkan Kakaknya.
Sungguh. Aku merasa saat ini aku menjadi orang yang sangat munafik. Perkataanku barusan 'Aku bahagia' itu begitu menyayat hati ini. Sesungguhnya aku begitu menyedihkan.
"Kamu sudah makan?" Tanya Nadira.
"Aku sudah makan roti waktu sarapan tadi."
"Kakak mau pesan bakso untuk ayah dan ibu. Kamu mau?" Tawarnya.
"Tidak kak. Aku masih kenyang. Terimakasih."
"Ya sudah kalau begitu."
Kemudian Nadira berdiri dari duduknya, dan menghampiri tukang bakso meminta dua porsi untuk di bungkus. Setelah itu kembali ke bangku yang ia duduki tadi. Menunggu tukang bakso itu selesai membuatkannya. Tanpa ada pembicaraan lagi dengan Rania.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀
aku salut pada Nadira kaka kedua rania.. Sangat tulus menyayangi adiknya.. 💕 semoga selamanya dia akan selalu ada untuk Rania saat butuh sandara dan tempat ternyaman.
2023-09-25
0
Tutun Imam
rania sabar amat
2021-12-15
1
Susilawati Dewi
knp anah ya kan lebih tua nadira knp yg di suruh nikah sm rania yg kecil
2021-07-24
1