Tentang Kita

Tentang Kita

Bab 1

Beberapa orang mengatakan jika wanita yang berparas cantik selalu beruntung dalam hal apa pun. Mereka akan selalu menjadi pusat perhatian orang. Bahkan jika membutuhkan bantuan apa pun orang dengan suka rela akan siap membantunya. Tak hanya itu, dalam masalah percintaannya pun mereka lebih beruntung. Mereka akan lebih dicintai dan mendapatkan perlakuan yang istimewa dari pasangannya. Apalagi jika wanita itu juga terlahir dari keluarga berada. Masa depannya sudah tersusun rapi oleh orang tuanya. Mereka akan lebih dihargai oleh siapa pun karena privilege yang mereka miliki.

Namun tidak selamanya yang memiliki privilege beruntung dalam hidupnya. Hidup bergelimpangan harta tak akan menjadikannya bahagia. Paras yang rupawan tak menjadikannya dicintai dengan tulus. Mereka yang hidupnya telah diatur oleh keluarganya, tidak bisa memilih masa depan sesuai keahlian yang dimilikinya. Dan tekanan demi tekanan akan mereka dapatkan entah itu dari keluarganya ataupun faktor lingkungan.

Bella Shafira Atmadja. Mahasiswi semester 6 jurusan management. Ia merupakan salah satu mahasiswi terbaik di kampus. Sebagian orang mengenalnya karena prestasinya, namun sebagian orang lainnya lebih mengenalnya karena paras dan kekayaannya. Ia telah melalui banyak hal buruk karena privilegenya. Salah satunya yang sering ia dapatkan dalam pertemanan ialah orang yang dekat dengannya hanya memanfaatkan harta dan kepintarannya. Dan yang lebih buruknya lagi ia selalu dijadikan bahan pertukaran bisnis oleh orang tuanya.

Jika kalian berpikir Bella beruntung dalam masalah percintaannya, itu salah besar. Setiap lelaki yang mendekatinya tidak lain tujuannya karena uang. Semenjak saat itu ia membatasi pertemanannya dengan siapa pun dan lebih menjaga jarak dengan pria mana pun. Meskipun banyak yang mendekatinya, tetap saja ia menganggap mereka hanya menginginkan uangnya saja bukan dirinya. Dan ini juga salah satu alasan kenapa ia tidak memiliki banyak teman.

Saat Bella membuat tembok yang besar untuk membatasi orang yang masuk kehidupannya. Seorang pria berhasil menghancurkan tembok yang ia bangun setinggi mungkin. Dia bukan pria yang memiliki segudang prestasi. Bukan pula pria kaya yang memiliki banyak harta. Melainkan hanya pria sederhana yang banyak tingkah tapi berhasil membuat Bella merasa dihargai sebagai wanita. Bella merasa jika bersama pria itu, ia merasa aman dan nyaman. Dan ia sangat bersyukur Tuhan telah mempertemukannya dengan pria yang tepat untuknya.

Bayangannya kembali teringat pada pertemuan pertama mereka yang tidak terduga. Jika hari itu ia menyebutnya dengan hari penuh kesialan, sekarang ia menyangkalnya dan mengubahnya dengan hari keberuntungan. Ya, ia beruntung telah dipertemukan dengan sosok pria dermawan yang telah menolongnya kala itu yang kini telah menjadi kekasihnya.

"Sayang, kamu nunggu lama?"

Baru saja Bella tengah memikirkannya, pria itu sudah muncul di hadapannya dengan motor retro klasik miliknya. Tidak lupa dengan helm full face yang menutupi wajah tampannya serta jaket kulit yang menempel pada tubuhnya.

"Enggak kok, baru aja keluar ini." Bella menerima helm yang diberikan oleh kekasihnya. Ia mengenakannya dengan dibantu oleh pria itu. Setelah itu ia naik ke atas motor seraya berpegangan pada bahu sang kekasih.

"Udah siap belum?"

"Udah."

Pria itu melirik kaca spion yang mengarahkan pada wajah Bella. "Belum deh kayaknya."

Bella memutar bola matanya malas. Ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang sang kekasih dan menempelkan dagunya pada pundak sebelah kiri. Itulah yang selalu pria itu inginkan jika ia menaiki motornya. Buktinya sekarang pria itu tengah tersenyum sangat lebar setelah dilihat melalui kaca spionnya oleh Bella. Lantas pria itu menyalakan mesin motornya dan berlalu meninggalkan pekarangan kampus.

Ya, pria inilah yang membuat Bella mengerti bagaimana indahnya kebersamaan, kenyamanan dan kebahagiaan yang tiada henti. Dan yang pasti ia merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena begitu dicintai olehnya dengan tulus. Dia adalah Zafran Kalingga, pria yang sangat ia cintai.

...•••••...

"Mau mampir kemana dulu?" tanya Zafran saat keduanya baru saja selesai memesan boba kesukaan Bella.

"Mau ke rumah Hanna. Tadi aku udah janji sama dia buat nemenin beli dress baru."

"Bukannya seminggu lalu kalian beli dress bareng juga?"

"Iya, dia mau kencan sama gebetan barunya. Gak ada baju katanya jadi beli yang baru."

Zafran menggeleng. "Penyakit cewek, setiap mau jalan keluar pasti bilangnya gak punya baju. Padahal baju di lemari seabrek. Itu juga cuma beberapa kali dipakai."

"Ini kan kencan pertama jadi harus memberikan image yang baik supaya gak kelihatan malu-maluin."

Zafran terkekeh seraya mengacak rambut Bella dengan gemas. "Dulu waktu pertama kita kencan kamu gak ada tuh jaga image depan aku."

"Iyalah orang kamu juga udah kenal aku lama ngapain jaga image segala. Toh kamu juga udah tahu aku kayak gimana orangnya." Bella menerima boba pesanannya yang sudah siap. Setelah melakukan pembayaran keduanya berjalan kembali menuju motor Zafran yang terparkir di sana.

"Iya juga sih, tapi lucu aja kalau ingat. Apalagi waktu itu kamu maki-maki orang gak dikenal." Zafran tertawa setelahnya hingga membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Setelah pertemuan pertama mereka, Bella baru mengetahui jika Zafran adalah teman dari kekasih Hanna kala itu. Dari situlah keduanya menjadi lebih dekat. Dan saat kencan pertama, keduanya memilih untuk menonton bioskop di salah satu pusat perbelanjaan. Karena masih ada waktu sebelum film dimulai, Bella mengajak Zafran ke salah satu gerai kosmetik. Karena merasa bosan Zafran keluar dari gerai tanpa sepengetahuan Bella. Setelah ia menyadari jika Zafran tidak ada di dekatnya, ia mencarinya di setiap sudut namun tidak menemukannya sama sekali. Lalu saat ia kembali ke tempat semula, ia menemukan seorang pria tengah melihat-lihat produk lain mengenakan pakaian yang sama seperti Zafran. Bahkan bentuk tubuhnya pun hampir sama. Karena terlanjur kesal, tanpa memastikannya terlebih dahulu ia sudah lebih dulu mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Namun saat menolehkan pandangannya, pria itu mengernyit heran melihat Bella yang tiba-tiba memarahinya. Bertepatan dengan itu, Zafran datang menghampirinya. Lantas Bella meminta maaf kepadanya atas kesalahpahamannya. Dan ini adalah kejadian paling memalukan di hidup Bella. Zafran, pria itu menertawakannya. Bahkan sampai mereka masuk bioskop pun pria itu terus menggodanya. Sejak saat itu, Bella tidak mau datang ke gerai kosmetik itu lagi.

"Ish kamu suka banget deh bahas-bahas itu. Aku tuh malu tahu gak?" kesal Bella seraya menghentak-hentakkan kakinya.

Zafran menghentikan tawanya setelah melihat kekasihnya yang kini malah semakin memajukan bibirnya.

"Udah jangan manyun gitu, jelek," ucap Zafran seraya menarik pelan bibir Bella.

"Biarin."

Zafran semakin tertawa. Ia membawa tubuh Bella ke dalam dekapannya dan menyembunyikan wajah kekasihnya di dada bidangnya. Gadis itu memberontak, namun dengan segera ia mendekatkan bibirnya pada telinga kekasihnya

"Diam atau mau aku cium di sini?"

Seketika itu juga Bella terdiam dalam dekapan Zafran.

...•••••...

Sesampainya di rumah Hanna, Bella turun dari motor Zafran. Ia membuka helmnya dengan dibantu oleh sang kekasih. Di saat itu juga Hanna keluar dari rumahnya untuk menghampiri keduanya.

"Lo gak kerja, Kak? Dih malah bucin," cibir Hanna.

"Kerja cuma berangkatnya siang. Tadinya pengen gue culik dulu ke rumah," ucap Zafran dengan cengiran khasnya yang langsung mendapat cubitan dari Bella pada perutnya.

"Sakit yang," ringis Zafran seraya mengusap perutnya.

"Gak mau aku kalau diculik sama kamu."

"Yakin gak mau? Yaudah kalau gitu aku culik cewek lain aja."

"Yaudah gih sana, aku tinggal cari aja yang baru kalau gitu." Bella menjulurkan lidahnya mengejek kekasihnya.

"Kamu mah gitu sukanya ngancem," ejek Zafran.

"Dasar manusia freak!" gerutu Hanna yang sudah jengah menyaksikan pembicaraan keduanya.

"Iri bilang aja, Na. Atau nanti gue kasih tahu Rama suruh balikan lagi aja sama lo."

"Idih males amat sama jamet kayak dia. Udah jamet playboy lagi, ceweknya dimana-mana."

Zafran dan Bella tertawa. Sepasang kekasih ini memang sangat senang sekali menggoda Hanna. Apalagi keduanya menjadi saksi kisah cinta Hanna dengan mantan kekasihnya yang merupakan teman Zafran dulu.

"Kamu langsung ke bengkel?" tanya Bella pada Zafran.

"Iya, nanti kamu pulang diantar sama Hanna kan?"

Bella mengangguk.

"Yaudah kalau gitu, aku pergi sekarang ya. Awas jangan aneh-aneh di sana."

"Siap sayang!" ucap Bella seraya mengangkat kedua jempolnya.

"Jangan lirik-lirik cowok juga."

"Cuci mata dikit gak papa kali," celetuk Hanna.

"Yang," rengeknya seraya menampilkan wajah memelasnya.

Kedua gadis itu memutar kedua bola matanya malas. Sudah bukan hal baru jika Zafran sangat posesif kepada Bella. Kalau kata dia sih Bella itu cantik, makanya banyak yang suka. Gak tahu aja kalau Bella udah secinta itu sama Zafran. Mana mau dia berpaling sama yang lain.

"Enggak, jangan dengerin omongan Hanna. Udah sana gih nanti kamu telat lagi."

"Iya ini mau berangkat." Zafran memasang helmnya kembali lalu menyalakan mesin motornya. Setelah berpamitan kepada keduanya barulah pria itu melajukan motornya menjauhi pekarangan rumah Hanna.

"Kalau udah bucin beda ya," cibir Hanna.

Bella tertawa lantas merangkul bahu sahabatnya itu.

"Nanti lo juga pasti bakal ngerasain gimana rasanya dicintai sama orang yang kita cintai."

"Semoga aja. Udah cape gue ketemu orang yang salah mulu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!