Mengenai Jiang Yi yang bangun lebih, untuk sementara waktu Lun Li bisa mengatasinya, tapi ketika malam tiba dia kembali kelimpungan.
Lun Li melirik jam pada sudut kanan bawah layar komputernya, sepuluh lebih lima menit. Dua puluh menit sudah lewat dari jam tidurnya, Lun Li juga sudah menguap berkali-kali tapi masih terus memaksakan diri untuk membuka matanya.
"Hoam." Lun Li menguap lagi. Dia melirik kebelakang dan melihat Jiang Yi bersandar pada kepala ranjang sambil membaca sebuah dokumen.
Belum ada satu hari dia sadar dan pria itu sudah bekerja. Lun Li benar-benar kagum dengan kedisiplinan yang dimiliki oleh Jiang Yi. Tidak heran jika pria itu sudah sukses di usia yang masih sangat muda.
Lun Li menekan huruf P lalu menekan backspace, mengulanginya lagi berkali-kali dengan sungguh-sungguh seolah-olah dia tengah mengetik sebuah naskah yang serius. Tapi sejak empat puluh menit yang lalu kursornya sama sekali tidak berpindah tempat.
Rencana malam ini Lun Li akan menunggu Jiang Yi tidur lebih dulu lalu dia akan tidur di sofa. Tapi dia tidak menyangka jika pria itu gila kerja dan tidak kunjung tidur.
"Yiyi, apa kamu belum ngantuk?"pada akhirnya Lun Li menyerah lebih dulu, dia memutar kursinya menghadap pria itu. "Dokter He bilang kamu harus banyak istirahat." Lun Li tidak ingin bergadang lebih lama lagi dan mengalami penuaan diri.
Jiang Yi mendongak dan menatapnya. "Aku menunggumu." ucapnya dengan enteng sambil terus menatap ke arahnya.
"Ahh," Lun Li melengos, dia tidak tahan lama-lama bertatapan dengan Jiang Yi. Ketika mata yang gelap dan dalam itu menatapnya Lun Li merasa seperti dia transparan dan pria itu bisa melihat isi hatinya. Dia merasa ngeri.
"Aku belum selesai, atau... agar tidak menggagu istirahatmu bagaimana kalau aku pindah ke kamar lain saja." ucapnya, mengambil kesempatan ini untuk mengusulkan pisah ranjang. Bagaimanapun, walau sofa di kamar mereka cukup besar dan Lun Li bisa tidur di sana tanpa harus menekuk kakinya, sofa tetaplah sofa dan tidak akan senyaman tidur di atas kasur.
"Tidak perlu, aku akan menunggumu." Jiang Yi langsung membantah begitu Lun Li selesai berbicara, kemudian dia kembali menunduk dan melanjutkan menekuni dokumennya. Menutup kesempatan bagi Lun Li untuk berdiskusi lebih lanjut.
Ughhhh!
Lun Li kembali menghadap layar komputer, bibirnya mengerucut dan dahi berkerut. Telunjuknya terus menekan enter dengan dongkol hingga berlembar-lembar halaman kosong tampil pada layar monitor dan dia menjadi semakin kesal.
Apa maksud Jiang Yi, apa dia ingin bermain rumah-rumahan dengannya?
Tapi maaf, nona ini tidak mau!
Awalnya dia tidak canggung untuk tidur di ranjang yang sama dengan Jiang Yi karena pria itu dalam keadaan tidak sadar, namun sekarang berbeda. Jiang Yi telah bangun dan dia merasa tidak bisa berbagi tempat tidur dengannya.
Jika harus tidur bersama, dia ingin menghindarinya.
Dengan keras kepala, Lun Li menolak untuk menyerah. Meskipun dia sangat mengantuk, dia memaksakan matanya untuk tetap terbuka dan memelotot.
Lima belas menit kemudian kepala Lun Li menghantam permukaan meja dengan bunyi bang. Lun Li melirik sengit kearah Jiang Yi sambil menggosok dahinya yang bekedut, dia yakin akan melihat memar saat berkaca besok pagi. Dia mendorong kursinya ke belakang dan berdiri, lalu berjalan tempat tidur dengan langkah besar-besar. Dia mengibakan selimut kemudian melompat ke atas kasur dan berbaring membelakangi Jiang Yi. "Selamat malam, Yiyi." ucapnya ketus, sama sekali tidak peduli bagaimana pria itu akan bereaksi.
Jiang Yi mengangkat alisnya, menatap punggung Lun Li sesaat sebelum dia menutup dokumennya lalu meletakkannya ke atas nakas, mematikan lampu dan mengambil posisi tidur.
Tubuh Lun Li menegang ketika merasakan pergerakan di belakangnya, kedua tangannya menggenggam selimut. Meskipun dia sering omong besar tentang keinginannya untuk membangun istana harem dan merekrut pria-pria tampan, semua itu hanya teori saja. Kenyataanya dia masih berhati gadis kecil yang tidak punya pengalaman teknik. Dia bahkan belum pernah berpegangan tangan dengan lawan jenis, jadi tidak mudah baginya untuk melewati malam ini.
Terlebih lagi Jiang Yi yang secara kebetulan adalah tipenya, dia takut apabila jiwanya yang sudah dibiarkan haus sejak lama itu tidak bisa bertahan dan menerkam pria itu, hidupnya akan berakhir. Tentu saja dia tidak akan rugi, tapi dia takut jika protagonis wanita menuntut keadilan kepadanya.
Dia sudah bertemu dengan Yu Jin dua kali dan cukup tahu bagaimana keperibadiannya yang pendendam dan pelit, jika wanita itu mengangkat jarinya dan Jiang Yi membantunya, maka apa yang bisa dilakukan oleh karakter kecil seperti dirinya? Tentu hanya ending yang buruk yang akan menunggunya.
Pokonya dia harus tetap diam dan jangan sampai menodai kesucian Jiang Yi!
Lun Li telah bertekat, tapi dia menilai dirinya terlalu tinggi. Tidak ada sepuluh menit kemudian dia sudah tertidur pulas dan bahkan mendengkur.
Ketika Jiang Yi melihat tubuh Lun Li yang kaku, dia pura-pura tidur untuk mengurangi ketegangan. Tapi siapa tahu jika wanita itu tetap bisa tidur dengan cepat. Dia membuka matanya dan tersenyum.
Jiang Yi menoleh ke samping, melihat jarak yang membentang diantara mereka bagaikan sungai yang memisahkan dua negara, dia beringsut ke tengah dan mengulurkan tangannya. Kemudian dengan hati-hati dia meraih tubuh Lun Li agar menjauh dari tepi ranjang, dia takut wanita itu akan jatuh. Tapi, kebiasan tidur Lun Li sudah terbentuk dalam beberpa bulan ini, instingnya ketika dia merasakan sumber kehangatan, dia memeluknya dengan suka rela.
Senyum pada bibir Jiang Yi semakin lebar. Dia tanpa ragu-ragu melingkarkan tangannya pada tubuh lembut wanita itu dan membawanya lebih dekat kedalam dekapannya. "Selamat malam."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Silvia
next thor...
2023-10-02
1
Endangdaman
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-02
1