Apa yang dirasakan oleh Yu Jin ketika kemarahannya berlalu adalah kekhawatiran. Jika sebelum dia bertemu langsung dengan Lun Li, dia masih tidak mau mengakui cerita Li Yiru dan lebih mempercayai informasi yang dia dapatkan dari orang suruhannya.
Tapi mengingat penampilan modis dan gaya bicaranya, Yu Jin tidak bisa melihat sosok penakut dengan kepercayaan diri rendah seperti yang dia bayangkan.
Yu Jin mengepalkan tangannya, menatap wanita sialan itu keluar-masuk mesin ATM membuatnya semakin dongkol. Dia ingin membuatnya malu dan merasa minder dengan menunjukan kepada wanita sialan itu jika uang yang menurut mereka jumlahnya sangat besar sampai harus menjual anaknya, hanyalah jumlah kecil yang bisa dia bagi-bagikan dengan mudah.
"Sialan!" dia merasakan dahinya berkedut. Yu Jin tidak tahan lagi, dia harus segera pergi agar keinginannya untuk menabrak wanita sialan itu tidak terlaksana. Karena dia harus membalas kejadian hari ini.
...
Selama memilih buku yang ingin dibeli Lun Li tidak membutuhkan waktu yang lama, karena yang dia lakukan adalah meminta bantuan penjaga toko untuk mengemas semua buku dongeng yang paling banyak dibaca oleh anak-anak dan membayarnya. Semua proses itu tidak berlangsung lebih dari lima belas menit dan dia keluar dengan tas belanja yang dipenuhi oleh buku.
"Dia masih sangat muda untuk memiliki anak, mungkin akan disumbangkan ke panti asuhan." gumam pelayan toko yang membantu Lun Li berbelanja. Kemudian dia menjadi semakin yakin ketika melihat mobil yang dikendarai olehnya. Wanita itu sepertinya masih diawal dua puluhan, cantik dan terlihat sukses, pelayan toko itu menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya, kadang ada orang memiliki keberuntungan yang sangat baik.
Ketika Lun Li sedang meletakan belanjaannya serta tasnya ke dalam mobil, dia mendengar seseorang memanggil namanya, dia menoleh dan mendapati seorang pria muda yang berlari kecil kearahnya. Lun Li mengernyitkan dahinya, mengingat-ingat apakah mereka saling kenal. Ingatan yang dia dapatkan dari buku hanya mencakup nama-nama para tokoh saja, tidak termasuk wajah mereka, membuatnya sedikit kebingungan jika terjadi situasi yang tidak di tuliskan di dalam novel.
"Lili tunggu." pria itu berseru.
Mendengar pria itu memanggil dengan nama panggilannya, dan setelah dilihat lebih jelas kontur wajah pria itu memiliki sedikit kemiripan dengannya, Lun Li bisa menebak identitas pria itu adalah Lun Ying, kakak laki-lakinya yang mengirim uang setiap akhir bulan.
Lun Ying telah sampai di hadapannya dengan nafas terengah-engah dan memegangi lututnya. "Untukmu. Ibu dan ayah pasti sudah memberitahu mu kalau kakak dengan seorang teman membuka toko kan, itu tokonya. Mampirlah kalau ada waktu." ucapnya setelah berhasil mengatur nafas, kemudian menunjuk restoran di sebrang jalan sambil menyodorkan sebuah bungkusan dengan logo ayam goreng yang sama dengan logo yang dipasang pada pintu toko itu.
"Ayam goreng?" Lun Li menerima bungkusan itu dan mengintipnya, seketika aroma ayam goreng yang lezat tercium oleh hidungnya.
"Iya, ayam goreng kesukaan Lili." Lun Ying berkata dengan lebar senyum yang lebar dan bangga.
Andaikan saja Lun Li tidak tahu jika pria kurus kurang gizi terlihat seperti pekerja keras itu adalah biang kerok atas semua kemalangan yang terjadi kepadanya, dia kan salah paham dan mengira jika Lun Ying yang pecandu judi itu adalah orang lain dan tidak ada sangkut pautnya dengan orang ini.
Tapi sebenarnya Lun Li sudah menaruh curiga terhadap hal itu, terlebih lagi uang bulanan yang dikirim setiap bulan tanpa telat sehari pun itu sudah membuktikan jika Lun Ying bukan orang tidak bertanggung jawab yang mengadaikan sertifikat rumah ke kasino.
Awalnya Lun Li ingin mengabaikan keluarga Lun dan memutus hubungan dengan mereka, tapi setelah beberapa kali berbicara dengan kedua orang tuanya melalui telpon dan bertemu langsung dengan Lun Ying kali ini, Lun Li bisa merasakan kalau mereka menyayanginya. Dan terhadap orang yang bersikap baik kepadanya, Lun Li tidak mungkin menjauhinya.
Melihat pakaian bagus yang dipakai oleh adiknya dan mobil sport yang mencolok di belakangnya, Lun Ying merasa sedikit tenang. Keluarga itu memperlakukan adiknya dengan baik. Tidak ada orang yang tahu seberapa besar penyesalan dan rasa bersalah yang dia rasakan, kalau bukan karena dia, adiknya tidak perlu menikah dengan orang koma.
"Aku akan mampir minggu depan."
Sebenarnya Lun Li tidak mau membuat janji itu, tapi ketika melihat Lun Ying yang menatapnya dengan kesedihan dan rasa bersalah yang tidak bisa disembunyikan, Lun Li membuat janji itu.
"Benarkah, kakak akan menunggu." Seketika mata Lun Ying menjadi berbinar. Perubahan yang seperti membalik buku itu membuat Lun Li sedikit tercengang.
Apakah dia baru saja ditipu?
Pertanyaan itu yang ada di dalam pikiran Lun Li disepanjang perjalanan pulang.
Dia mengerucutkan bibir dan melirik bungkusan ayam goreng yang dia letakkan diatas buku-bukunya. Anggap saja bayaran untuk ayam goreng ini. Kemudian dia kembali fokus memperhatikan jalan di depannya. Tapi setelah dia sampai di kediaman Jiang dan mencicipi ayam goreng dari Lun Ying, seminggu sekali dia akan berkunjung ke toko ayam goreng Lun Ying.
Lun Li menatap sepuluh paha ayam yang telah menjadi tulang itu dan menelan ludahnya. Dia masih menginginkannya. "Ayam goreng terbaik." Entah kebetulan atau tidak tapi ayam goreng itu memiliki rasa yang mirip dengan ayam goreng yang biasa ibunya buat, hal itu membuatnya tidak bisa berhenti memakannya.
"Ah..." Lun Li mendesah, merasa hidungnya tiba-tiba tersumbat dan matanya panas. "Pasti gara-gara sausnya." dia mengambil tisu, mengeluarkan ingusnya dan menyeka air mata di matanya. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tidak akan melewatkan makan malam karena sudah kenyang.
"Kulitmu jadi semakin glowing." Seperti biasanya, setelah dia memakai krim malam untuk dirinya sendiri, sekarang adalah giliran Jiang Yi.
Ketika dia sedang fokus memberikan skincare pada wajah Jiang Yi, dia tidak menyadari jika tangan pria itu mengepal. Tapi kalaupun dia melihatnya dia akan mengabaikannya, dokter he pernah berkata jika hal itu merupakan gerakan reflek tidak sadat tubuh Jiang Yi.
"Aku mau olahraga sebentar." ucapnya setelah selesai dan menyimpan botol-botol skincare ke dalam laci dan menutupnya.
Yang Lun Li sebut sebagai olahraga adalah gerakan mengayuh di udara.
"...50,51,52....58,59,60...time completed." Setelah eman puluh hitungan dia selesai dan bersiap untuk tidur.
"Good night."
Malam itu seseorang tidur nyenyak karena ayam goreng dan seseorang tidak bisa tidur karena ayam goreng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Hasan
oh si suami koma toh yg mata2in itu rupanya🤭🤭🤭
2023-09-16
0