Jari jemari yang lentik dan panjang itu mengetuk permukaan meja seperti tangan seorang pianis yang sedang memainkan sebuah lagu, gerakan tangannya begitu anggun dan indah, tapi semakin lama tempo ketukannya menjadi semakin cepat hingga menimbulkan suara berisik yang mulai mengganggu pengunjung lain. Tapi berkat wajahnya yang cantik, tidak ada seorang pun yang menegurnya.
Tap, tap, tap.
Yu Jin melirik jam tangan desainer yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Sepuluh menit sudah berlalu, berarti wanita sialan itu akan samapi lima menit lagi. Tapi kesabarannya sudah habis. Dia tidak menyangka apabila pada akhirnya dia akan menjadi orang yang menunggu wanita sialan itu. Yu Jin merasa gondok.
Di dalam pergaulan kelas atas dia memiliki status sosial yang pling tinggi, selama ini dia selalu menjadi orang yang ditunggu, sebab tidak ada orang yang berani membuatnya menunggu. Tapi wanita sialan dari kasta rendahan itu berani-beraninya menantangnya. Dan yang membuatnya semakin marah adalah karena hal itu sudah terjadi berkali-kali.
Wanita sialan itu mengaku dirinya terkena macet, tentu dia tidak percaya. Lalu lintas pada jam segini tidak padat, apalagi dia tahu dengan persis bagaimana keadaan jalanan dari kediaman Jiang sampai ke tempat ini. Jalanan perbukitan itu sangat lenggang, tidak banyak kendaraan yang melintasi jalan di sana. Sebab daerah itu merupakan properti pribadi keluarga Jiang. Lantas bagaimana wanita sialan itu bisa terkena macet di jalan milik sendiri. Tentu saja dia hanya beralasan!
Jika saja tidak ada orang lain, Yu Jin ingin menghancurkan sesuatu untuk meredakan amarahnya. Tapi wanita sialan itu menolak untuk bertemu di ruang privat tapi memilih kafe dengan banyak pengunjung.
Sialan.
Yu Jin menjadi lebih geram lagi.
Tepat lima belas menit kemudian sesudah dia menghabiskan minuman dan kuenya, Lun Li memakai kembali kaca mata hitamnya dan berjalan ke arah meja nomor tujuh.
"Halo nona Yu Jin, maaf terlambat." ujarnya dengan santai, sesudah itu tanpa menunggu diundang terlebih dahulu, dia menarik kursi dan duduk.
Jika saja Yu Jin tidak mengikuti kelas etika dengan guru yang ketat, saat ini dia pasti sudah mengumpat seperti orang miskin yang tidak berpendidikan.
Lun Li melipat kedua tangannya di depan dada dengan angkuh. Tanpa melepaskan kaca matanya, dia menatap wajah cantik wanita yang duduk di hadapannya dengan kepala yang terangkat tinggi. Memberikan pesan bahwa dia bukanlah orang akan menundukkan kepalanya kepada siapapun.
Sial.
Lun Li malah membayangkan anak hasil persilangan antara wanita itu dan Jiang Yi.
Ya ampun... andai saja mereka bisa berteman dengan damai. Lun Li tidak akan menolak jika dia diminta untuk menjadi godmother dari anak-anak mereka.
Lun Li mencubit lengannya dan menyuruh dirinya untuk fokus pada permasalah saat ini dan berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak. Walaupun dia sebenarnya sangat berharap.
"...sebagai tanda terima kasihku karena sudah merawat Jiang Yi selama ini."
Lun Li menatap kartu bank yang disodorkan dihadapannya dengan bingung, pasalnya, dari tadi dia tidak mendengarkan.
Lun Li menurunkan kacamatanya dan menaikan alisnya. "Tidakkah kau berpikir jumlahnya terlalu kecil?" dia melirik kartu bank itu, lalu bergantian menatap jam tangan yang dihiasi oleh berlian lima karat yang melingkar pada pergelangan tangan Yu Jin, "Aku tidak yakin uang itu bisa membeli jam tangan yang nona Yu Jin pakai."
"Kau,"
"Ah, nona Yu Jin pasti tidak tahu berapa bayaran yang diterima oleh dokter He untuk menyuntik Jiang Yi dua kali sehari. Kalau nona Yu Jin ingin membicarakan bayaran untuk saya, uang itu tentu sangat kecil." dia memotong, kemudian, "Tapi saya tidak melakukannya untuk uang." lanjutnya.
Di balik kaca mata hitamnya Lun Li mengedarkan pandangannya, karena meja di dalam kafe di tata dengan jarak yang berdekatan, jika berbicara sedikit lebih keras saja suaranya akan sampai ke meja lainnya. Dan Lun Li yang berbicara seperti penjual ikan di pasar, hampir semua orang di dalam kafe itu mendengarnya dan satu dua mulai melirik ke arah mereka.
"Dan juga kalimat anda tadi, anda bilang berterimakasih karena saya telah merawat Jiang Yi? saya dan Jiang Yi adalah suami istri. Tentu itu menjadi tugas saya untuk merawatnya. Tolong jangan berbicara seakan-akan saya adalah orang ketiga yang merusak hubungan anda dan suami saya. Karena itu tidak benar. Orang lain yang tidak tahu jika yang meninggalkan suami saya ketika dia terkena musibah, mereka akan salah paham." ucapnya tegas, dengan jelas mengungkapkan posisi mereka berdua.
Ketika kata orang ketiga diucapkan, orang-orang mulai berbisik.
Melihat wajah Yu Jin yang berubah menjadi hitam, Lun Li merasa sangat puas. Dia mengambil kartu bank yang masih berada di atas meja dan menyimpannya ke dalam tas sebelum dia meninggalkan pertemuan. "Uang ini saya ambil sebagai uang bensin. Terima kasih."
"Ya Tuhan, kupikir wanita itu yang orang ketiga. Benar-benar jangan menilai orang dari kulitnya." ucap pelajar SMA yang duduk paling dekat dengan meja nomor tujuh yang didengar dengan jelas oleh Yu Jin.
"Dia berbohong! Dia yang orang ke tiga!" teriak Yu Jin. Tapi orang-orang di dalam kafe itu tidak ada yang mempedulikan klarifikasinya dan terus menggunjingnya.
Lun Li yang mendengar semua itu menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan senyum yang tidak bisa ditahan.
Hahaha. Bukan hanya aku membuatnya malu. tapi juga untung.
Dia menepuk tas jinjing tempat dia menyimpan kartu bank sambil mempercepat langkahnya.
Dia ingin cepat-cepat pergi ke mesin ATM dan memeriksa berapa banyak uang yang dia dapatkan.
"Aku akan membeli buku baru untuk Jiang Yi." itu adalah kalimat yang dia ucapkan ketika melihat nominal dua puluh juta yang ditampilkan oleh layar. Kemudian menarik semua uang itu untuk berjaga-jaga seandainya Yu Jin menarik kembali uang itu.
...
Seseorang yang bersembunyi di balik pot tanaman menarik nafas dengan lega dan membusungkan dadanya, kemudian dengan bangga dia berkata, "Tidak sia-sia aku melatihnya selama ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Hasan
hmmm siapa lg tuh🤔🤔
2023-09-15
0