"Selamat sore Jiang Yi, aku harap kau tidak terlalu merindukanku." Sepulangnya dari rumah sakit, Lun Li tidak membuang-buang waktu dan langsung masuk ke kamar untuk bertemu dengan Jiang Yi.
Mungkin karena Jing Yi adalah orang yang pertama dan terakhir yang dia lihat setiap harinya, dua hari ini dia merasa tidak terbiasa ketika tidak melihatnya sebelum tidur dan setelah bangun tidur. Mungkin juga karena pria itu adalah orang pertama yang dia temui ketika dia baru datang ke dunia ini dan dia merasa aneh jika tidak melihatnya sehari saja. Tanpa dia sadari, pelan -pelan Jiang Yi sudah menjadi orang yang penting baginya, tapi Lun Li tidak akan menyadarinya sampai beberapa waktu ke depan.
Dia melepaskan jaket tebal yang dia pakai dan menggantungnya, kemudian dia naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Jiang Yi. "Bagaimana kabarmu hari ini?"
Seperti biasa dia akan meletakkan telapak tangannya pada dada Jiang Yi hanya untuk memastikan jika pria itu masih hidup dan dia tidak sedang berbicara dengan mayat. Meskipun alat pendeteksi jantung yang dipasang pada tubuh Jiang Yi terus berbunyi dan dada pria itu yang naik turun dengan teratur yang mana memberikan tanda kehidupan yang sangat jelas, Lun Li masih belum merasa yakin jika dia tidak merasakan detak jantungnya.
"Kabarku juga baik, sedikit bahagia setelah mengerjai dokter He." Lun Li terkekeh kecil ketika mengingat hal itu, kemudian menceritakan kejadian tadi pagi. Dia bahkan juga menunjukan foto yang dia ambil.
Tentu saja Jiang Yi tidak bisa mendengarkan ocehannya, tapi Lun Li tetap merasa lebih bahagia setelah berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Setelah berbicara dengan Jiang Yi untuk beberapa waktu, Lun Li melihat jam. Setengah jam lagi adalah jadwal bagi dokter He untuk datang. Dokter itu akan datang dua kali dalam sehari untuk memberikan makanan khusus kepada Jiang Yi. Lun Li sangat menantikan sesi kedua yang telah dia rencanakan untuk dokter He.
Tapi sebelum dokter He datang, dia mendapatkan telpon tidak terduga dan harus pergi keluar untuk menemuinya.
"Hallo?" dia tidak terlalu ramah ketika menyapanya. Lun Li masih ingat jika sederet nomor asing yang muncul pada layar adalah nomor yang sama dengan nomor yang menelponnya pada hari itu. Dan berdasarkan reaksi berlebihan yang Jiang Ran tunjukan ketika melihat nomor itu, tidak sulit baginya untuk menebak siapa orangnya.
Dia sedikit heran, orang itu seharusnya muncul setelah Jiang Yi bangun. Dan Lun Li menghitung jika hari itu akan tiba setelah dua bulan tujuh hari lagi, tapi kenyataan jika orang itu menghubunginya padahal tidak ada kejadian seperti itu di dalam novel. Lun Li menjadi sedikit bingung dan sedikit berharap.
Karena itulah dia setuju ketika orang itu meminta untuk bertemu.
"Nona Lun mau pergi keluar?" tanya paman Wang yang melihat Lun Li keluar kamar dengan riasan di wajahnya. Kemudian setelah dia mendapatkan jawaban positif, dia segera pergi untuk menyiapkan mobil.
"Aku akan menyetir sendiri." Lun Li menolak untuk diantar, ketika baru menikah kakek Jiang menghadiahkan sebuah mobil kepadanya. Dia ingin mengendarainya hari ini.
Paman Wang sedikit tertegun, dia mengira Lun Li tidak bisa menyetir karena selalu meminta supir untuk mengantarnya pergi. Tapi kemudian dia mengangguk, dan berpesan untuk berhati-hati.
Kediaman Jiang berada di area perbukitan yang berjarak empat puluh menit dari pusat kota. Tapi karena Lun Li mengemudikan mobil sport berkekuatan 830 tenaga kuda yang kecepatannya dapat dipacu hingga mencapai 340 km/jam itu seperti mengendarai mobil kodok.
Bukan karena Lun Li yang masih amatir, tetapi dia memiliki alasan lain yang membuatnya tidak ingin datang tepat waktu.
Setelah memarkir mobil di depan cafe tempat janjian satu jam sepuluh menit kemudian, Lun Li tidak langsung turun tapi mengganti sepatu kets yang dia pakai dengan high heel berwarna merah darah, memoleskan lipstik dengan warna yang sama, memakai kaca mata hitam yang besarnya hampir menutupi sebagian wajah dan melepaskan jaketnya. Setelah penampilan b**ch yang sempurna, barulah dia siap.
Maka ketika dia masuk, suasana di dalam kafe itu seketika menjadi sunyi.
"Berikan aku tempat yang jauh dari meja nomor tujuh tapi bisa melihatnya dengan jelas." dia berkata sambil memberikan black card kepada pelayan yang menerimanya.
Pelayan itu menelan ludah dengan grogi dan menanyakan hal lain segera mengantarkan tamunya ke meja yang dia mau. Ada banyak pelanggan wanita, dengan permintaan yang sama, dan biasanya mereka datang untuk menangkap basah pasangannya yang berselingkuh, jadi pelayan di sana tidak kaget lagi.
Seperti wanita jahat, dia tidak akan memesan latte tapi four-shot espresso. Hal itu membuat pelayan meragukan tujuan kedatangannya. Apakah dia benar-benar ingin menangkap perselingkuhan atau hanya sekedar datang untuk kafein. Pelayan itu kemudian melirik ke arah meja nomor tujuh saat pergi untuk melaporkan pesanan.
Lun Li dengan santai mengawasi meja nomor tujuh yang masih kosong sambil pura-pura menyesap kopinya. Jam di pergelangan tangannya menunjukan jika setengah jam sudah berlalu dari waktu yang sepakati, tapi meja itu masih kosong. Hal itu membuatnya mendengus, orang itu yang meminta bertemu tapi orang itu juga yang terlambat.
Lin Li menjadi semakin yakin akan dugaannya. Orang itu bukan orang baik seperti yang dideskripsikan.
Sepuluh menit kemudian orang itu muncul.
"****!" Lun Li meringis lalu mengerutkan hidungnya saat cairan espresso yang pahit itu menyentuh lidahnya. Dia tidak benar-benar ingin meminumnya dan hanya memesannya karena ingin terlihat keren saja, tapi gara-gara penampilan orang itu yang membuatnya kaget dia jadi tidak sengaja meminumnya.
Bagaimana kalau nanti malam susah tidur.
Dia sudah merasa rugi memikirkan tentang hal itu.
Lun Li kembali memasang wajah dingin, kemudian melirik kembali ke meja nomor tujuh. "Hiss." mau dilihat dua kali sekalipun wajah itu terlalu menakjubkan.
Lun Li pikir Wajah Jiang Yi sudah yang paling top-notch dan tidak ada yang ada yang lebih baik darinya. Tapi, jika memang benar wanita yang duduk di meja nomor tujuh itu adalah sang protagonis wanita, dia akan tidak memiliki komplain mengenai Jiang Yi yang akan menceraikannya.
Jika mereka hidup pada jaman kerajaan, dengan wajahnya saja, wanita itu bisa meruntuhkan satu dinasti. Maka wajar-wajar saja jika Jiang Yi lebih memilih wanita itu.
Meskipun dia tidak mengatakan dirinya tidak cantik. Dia juga cantik, tapi kecantikannya berbeda dengan wanita itu. Jika wanita itu adalah tipe cantik yang pure and innocence maka Lun Li adalah kebalikannya. Tipe kecantikannya adalah tipe yang sering digunakan untuk menggambarkan siluman rubah, bukan kecantikan yang membuat para pria luluh dan ingin melindunginya tapi kecantikan yang membuat was-was orang yang melihatnya. Orang-orang akan mengira dia menyembunyikan sesuatu dan sedang mengincar jantung mereka.
Didukung dengan penampilan wanita itu yang terkesan polos, Lun Li menjadi kontras yang jelas.
Lun Li mengecap lidahnya dan masih merasakan rasa kopi pahit, setelah menunggu selama lima menit tapi tidak ada pergerakan, dia menyerah untuk berpura-pura keren dan memesan banana smoothie dan blueberry cake.
Tepat ketika pelayan datang dengan pesanannya, ponselnya bergetar. Wanita itu yang menelpon dan dia mengangkatnya, "Halo."
"..."
"Tentu saja tidak begitu... aku hanya terkena macet, lima belas menit lagi aku akan sampai." Dia mengaduk minumannya dan menyedotnya. Kemudian mencicipi kuenya sambil berbicara di telpon.
Tentu saja wanita itu tidak akan mempercayai alasan recehnya, tapi salah siapa jika dia mendapatkan sedikit karma.
"Halo...Halo..." Lun Li berakting seakan-kan dia mengalami sinyal buruk, menghidupkan dan mematikan mode pesawat ponselnya.
Saat itu juga dia melihat wajah cantik wanita itu membuat ekspresi yang sangat kontras dengan imejnya yang terlihat polos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Hasan
hmmm kok habis ya🤔🤔
2023-09-14
0