Pada suatu pagi yang tenang, secara misterius, Lun Li yang sedang menonton acara petandingan tenis lapangan ganda putra yang disiarkan oleh stasiun televisi nasional, mendapatkan telpon dari nomor yang tidak dikenal.
Ketika dia sedang berpikir untuk mengangkat telpon itu atau tidak, Jian Ran yang muncul di belakangnya secara tiba-tiba membuatnya kaget hingga jempolnya terpeleset dan tanpa sengaja menekan tombol hijau.
Dia melemparkan tatapan sebal kepada Jiang Ran.
Penelpon yang tidak terdaftar di dalam daftar kontak itu jelas membuatnya sedikit takut. Karena sebelumnya tidak ada orang yang menghubunginya kecuali ibu dan ayahnya yang kadang-kadang menelpon untuk menanyakan kabar atau notifikasi dari bank yang memberitahukan jika kakak laki-lakinya mengirim uang setiap akhir bulan. Selain itu, ponselnya hampir tidak memiliki fungsi lain selain untuk menonton video pendek.
"Maaf, aku tidak sengaja." ucap Jiang Ran acuh. Tapi ketika dia melihat nomor telpon yang muncul pada layar, dia merebut ponsel itu dari tangan Lun Li dan mengakhiri panggilan yang sedang berlangsung itu tanpa mengatakan apapun.
"Hei, apa yang kau lakukan?" Lun Li merebut kembali ponselnya tapi Jiang Ran yang lebih tinggi 17 cm darinya, mengangkat tangannya tinggi-tinggi membuat Lun Li tidak dapat menggapainya. "Kembalikan padaku." dia berseru dengan sedikit kesal.
Jiang Ran yang awalnya hanya ingin menghapus histori panggilan dan memblokir nomor itu, berubah pikiran ketika melihat Lun Li yang melompat-lompat seperti kelinci di depannya. Mtanya berkilat dan, "Pendek." ceplosnya.
Lun Li yang sensitif jika disinggung masalah tinggi badannya, berubah menjadi kucing yang ekornya terijak, dia menampakkan cakar dan taringnya. Dia melompat dan menubruk Jiang Ran hingga mereka berdua terjungkal, membuat Jiang Ran melepaskan ponsel digenggamannya.
Prak!
Benda persegi itu menghantam lantai dan terbelah menjadi dua bagian.
Jiang Ran dan Lun Li saling pandang. Kemudian---
"Jiang Ran!" teriak Lun Li geram. Dia yang jatuh di atas tubuh Jiang Ran, bangkit dan duduk pada perut Jiang Ran kemudian menjambak rambutnya dengan sekuat tenaga.
"Ahh! Lepaskan!" Jiang Ran memekik kesakitan. Dia merasa kulit kepalanya akan terlepas jika Lun Li terus menarik rambutnya. Tapi dia tidak menyangka jika di balik tubuh Lun Li yang kecil, dia ternyata menyimpan kekuatan yang besar, Jiang Ran tidak bisa melepaskan tangan Lun Li dari rambutnya.
Jiang Ran yang kehabisan akal, balik menyerang Lun Li. Mereka menjadi saling jambak satu sama lain.
"Lun Li!"
"Jiang Ran!"
Teriak mereka bersamaan, sama-sama tidak ada yang mau mengalah.
Pertengkaran itu semakin intens ketika--- entah siapa dulu yang memulai, mereka sekarang bergulat.
Paman Wang lari tergooh-gopoh dari arah dapur diikuti oleh tiga pelayan lain dan segera melerai keduanya. Tapi siapa sangka jika mereka malah menjadi sasaran salah hantam.
Upaya empat orang itu tidak berhasil dan akhirnya menyerah ketika wajah paman Wang ditendang oleh Lun Li hingga hidungnya berdarah.
Paman Wang yang awalnya mengira jika Lun Li akan kalah karena fisiknya yang lebih kecil ditambah lagi Jiang Ran pernah memenangkan kejuaraan bela diri tingkat provinsi pada waktu SMP dulu, dia takut nona Lun akan terluka. Tapi setelah merasakan kekuatan nona Lun secara langsung, dan melihat nona muda yang lebih sering berada pada posisi yang tidak menguntungkan, paman Wang dan yang lainnya memutuskan untuk mundur dan menonton dari samping. Bisik-bisik mulai bertaruh siapa yang akan menjadi pemenangnya.
"Aku bertaruh nona Lun yang akan menang."
"Aku juga, meskipun dia kecil dia lebih gesit. Dan lihat hidung paman Wang masih berdarah."
"Tapi teknik nona muda lebih bagus, serangannya juga selalu akurat."
"Benar sih, tapi dia juga yang paling sering kena pukul. Dalam pertarungan menghindar lebih penting. Aku memilih nona Lun. Walaupun sering meleset pukulannya lebih bertenaga."
"Apalagi ketika dia memiting nona moda, Ahh! aku seperti melihat dewi perang. Keren sekali."
Paman Wang yang menonton sambil memegangi tissue gulung untuk menyumpal hidungnya agar pendarahannya berhenti, merasakan hidungnya semakin ngilu mendengarkan komentar para pelayan yang terdengar seperti pengamat profesional. "Aku bertaruh pada nona Lun." ucapnya ketika lagi-lagi nona Lun mengungguli nona muda.
"Aku juga."
"Aku juga."
"Aku juga."
TIdak tahu sejak kapan penonton yang mulanya hanya empat orang kini berlipat jumlahnya. Dan tidak tahu juga siapa yang memulai, mereka mulai bersorak. Walupun mereka hanya berani bersuara dalam suara rendah, atmosfer berubah seakan mereka sedang menonton pertarungan resmi yang sedang berlangsung di atas arena sungguhan.
Itu adalah pemandangan yang dilihat oleh He Jun ketika dia membuka pintu dari luar. Instingnya membuatnya menjatuhkan tas medis yang dia bawa dan berlari untuk menolong Jiang Ran yang berada di bawah Lun Li.
Dia menarik Lun Li kasar dan berteriak, "Apa yang kau lakukan!" prasangkanya terhadap Lun Li membuat He Jun langsung menetapkannya sebagai tersangka.
Lun Li yang tidak siap dengan serangan dari luar terpelanting jauh ketika He Jun menghempaskannya, dan tubuhnya menghamtam meja kecil tempat sebuah guci cina dipajang.
"Ah!" beberapa orang memekik bersamaan.
Guci di atas meja oleng lalu jatuh dan menghantam kepala Lun Li, darah segar mengalir pada pelipisnya. Namun, Lun Li yang melihat guci cina seharga sebuah mobil Ferarri itu akan menciun lantai dan tamat, dengan sigap dia menangkapnya. "Hampir saja." dia memeluk guci itu. Kemudian meletakkannya di atas lantai yang datar dengan aman, barulah kemudian dia pinsan.
"Nona Lun!" paman Wang berseru dengan panik ketika melihat tubuh Lun Li akan tumbang, jika kepalanya sampai menghantam lantai, bisa-bisa cideranya bertambah parah. Dia bergerak cepat untuk menangkapnya, tapi jarak diantara mereka cukup jauh.
Ketika semua orang menjadi sangat cemas, Jiang Ran berhasil menangkap tubuh Lun Li tepat pada waktunya. "Siapkan mobil." Dia memeluk tubuh Lun Li dan membopongnya keluar.
He Jun merasa aneh dengan perkembangan yang terjadi, dia merasa harus menjelaskannya, "Aku tidak sengaja." dia berkata, dia juga tidak punya niatan untuk melukai siapa pun. "Aku akan memeriksanya." dia menghentikan Jiang Ran dengan menahan lengannya.
Jiang Ran menatap tangan He Jun yang memegang lengannya dengan dingin, membuat pria itu mengendurkan cengkramannya.
"Sengaja atau tidak, hanya dokter He yang tahu." ucap Jiang Ran sebelum dia melanjutkan langkahnya.
He Jun membeku. Ucapan Jiang Ran terasa seperti menembak tepat pada sasarannya. Dia menunduk dan menatap kedua tangannya. Benar, dia tidak sengaja melakukannya, tapi hanya dia yang tahu jika dia secara sengaja menggunakan setengah lebih dari kekuatannya, yang mana dia tahu betul akan bagaimana hasilnya.
"Dokter He?"
"Ayahku akan menggantikanku." dia berkata, kemudian berjalan keluar dengan cepat, kepala terus menunduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Suraini Seman
Ini ada sumbangan nya ke tak
2023-09-12
1