Mentari senja pun telah menampakkan sinarnya, memerah seperti wajah gugup gadis cantik jelita, melukis rasa indah para penikmat pandang didunia, semu meredupkan cinta.
Gadis cantik jelita yang sedang asik menikmati pemandangan langit senja terkejut saat melihat suaminya sudah berada di apartemen. "Tuan, tumben pulang jam sengini" tanyanya heran, karena seperti bukan Edo yang pulang masih sore dan wajahnya terlihat begitu pucat.
"Entahlah badanku terasa sakit dan sedikit ngilu" jelasnya.
"Tuan sakit?" tanyanya seraya memegang wajah pias suaminya itu sambil melepaskan dasi dan jasnya. " Astaghfirullah, Tuan demam, panas sekali badannya" ujarnya khawatir, lalu Edo merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan Suci segera melepaskan sepatu yang masih menempel di kaki suaminya itu.
"Aku ambilkan minum ya, tunggu sebentar" gadis itu segera mengambilkan segelas air putih yang ada di atas meja yang tak jauh dari ranjang tempat dia berada.
"Minum dulu tuan, lalu istirahat dan saya akan memanggil dokter Gibran untuk memeriksa Tuan" ucap gadis itu panik, dan segera menelepon dokter pribadi suaminya.
Tak butuh waktu lama dokter Gibran pun telah tiba di apartemen tempat mereka tinggal.
"Selamat sore Nona," sapa dokter Gibran yang tak lain dokter pribadi keluarga Edo.
"Sore Dok, mohon segera periksa mas Edo."
"Baik Nona, saya akan segera memeriksanya."
Dokter Gibran pun masuk ke kamar dan segera memeriksa Edo yang sedang terlentang di atas kasur dengan wajah pucat dan suhu tubuh yang begitu tinggi.
"Jagoan bisa sakit juga ya" ledek dokter Gibran.
"Emang aku jin yang gak bisa sakit" sahutnya sinis, lalu mengerucutkan bibirnya.
"Kirain" candanya lagi.
"Dasar dokter rese, gada akhlak."
"Daripada situ, kaya beruang kutub" candaannya lagi. Dokter Gibran terus membuat sepupunya itu kesal, karena memang Edo orang yang gak bisa di ajak becanda.
"Sudahlah jangan nambahin penyakit gue dokter koplak." Edo langsung mengalihkan pembicaraan yang tak berpaedah itu.
"Yasudah mas Edo istirahat yang cukup, jangan banyak pikiran dan jangan marah-marah mulu nanti tensinya naik lagi loh!" pesan Dokter Gibran Kepadanya. Dan Nona Suci tolong di jaga ya suaminya jangan sampe lepas kalau sudah lepas susah nyarinya soalnya yang Kana gini tuh langka, ujarnya sambil terus becanda membuat Edo semakin kesal. dokter Gibran memang suka becanda apalagi dengan Edo, karena dokter Gibran adalah salah satu sepupu Edo.
"Bedebah kau Gibran!, sudah selesai kan, cepat sana pulang" ujar Edo geram karena sepupunya itu selalu membuatnya kesal.
"Wah dokter Gibran berani sekali berbicara seperti itu, apa dia gak takut mas Edo keluar tanduk" Batin Suci heran, karena dokter Gibran selalu menggoda dan membuat kesal suaminya.
"Sabar bentar lagi, gue mau goda istri loe dulu dikit boleh kan?"
"Berani ya, sini berantem dulu sama gue." Edo menantang dokter Gibran.
"Waduh berantem beneran nih kayaknya" batin Suci khawatir akan suaminya memukul dokter itu.
"Kaya bisa aja, lemah kaya gitu juga, huh"
ledeknya lagi. Bener-bener dokter Gibran suka banget membuat sepupunya itu naik darah.
Ternyata yang dikhawatirkan Suci tidak terjadi, mereka berdua memang seperti itu kalau bertemu, Edo dan dokter Gibran sepupunya itu sangat berbeda jauh sifatnya, Satu keras kepala, emosian, angkuh dan yang satunya lemah lembut dan penyayang, hanya sedikit iseng saja.
Setelah dokter Gibran selesai memeriksa kondisi Edo dia menjelaskan apa yang menyebabkan suaminya itu sakit seperti sekarang.
"Bagaimana keadaannya dok, apa mas Edo baik-baik saja" tanyanya khawatir.
"Edo baik-baik saja Nona, dia hanya kelelahan dan terlalu banyak fikiran, cukup dengan istirahat kondisi tubuhnya akan membaik" jelas dokter Gibran. "Berikan obat ini untuk menurunkan demam dan memulihkan energinya" tambahnya.
"Baik Dok, terimakasih" ucap Suci lalu mengantarkan dokter Gibran keluar.
"Hati-hati dan terimakasih Dok" ucap Suci saat dokter Gibran telah keluar dari apartemennya.
"Sama-sama, selamat sore."
Setelah dokter Gibran pergi, Suci buru-buru mengompres suaminya agar demamnya cepat turun, terlihat sekali di wajahnya yang begitu khawatir akan keadaan suaminya, walaupun dia istri yang tidak di harapkan oleh Edo, Suci tetap saja menjalankan kewajibannya sebagai istri yang baik.
"Ya Allah sembuhkan suamiku dari sakitnya" gumamnya seraya menempelkan handuk yang telah dibasahi air untuk mengompres suaminya itu.
Edo pun tertegun ketika mendengar istrinya begitu mengkhawatirkan dirinya, dia sadar Suci bukan saja penurut tapi dia istri yang begitu patuh dan berbakti kepada suami.
"Sayang, maafkan aku yang sudah jahat padamu, aku egois dan kejam terhadapmu, andai saja kamu tahu aku sudah mencintai mu sejak malam itu" batin Edo menangis.
"Tunggu disini sebentar ya, saya akan buatkan bubur agar tuan bisa minum obat" ujar Suci.
Gadis lincah itu segera melangkah kakinya ke dapur dan dengan cekatan dia membuatkan bubur yang enak untuk suaminya. Tak lama bubur buatan Suci pun sudah jadi, dan segera di suguhkan kepada suaminya yang sedang terbaring di atas kasur.
"Tuan, makan dulu ya saya sudah buatkan bubur," ujarannya, lalu menyenderkan tubuh kekar suaminya itu.
"Saya suapin ya."
"He,em" sahutnya lirih.
Suci menyuapi suaminya dengan hati-hati dan penuh cinta , suapan demi suapan mendarat di dalam mulut suaminya yang sedang tak berdaya, Edo begitu menikmati bubur buatan istrinya yang begitu lezat yang tak pernah ia temui di manapun.
"Ini kamu yang bikin?" tanyanya.
"Iya Tuan" sahutnya sambil tersenyum.
"Enak banget."
"Masa? tuan suka?"
"Iya, suka banget" ucapnya sambil menyunggingkan senyum manis kepada sang istri.
"Syukurlah kalau tuan suka." balas lagi dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
Makan bubur pun selesai dan Suci mengambilkan obat dan segelas air putih, lalu di berikan kepada suaminya.
"Diminum ya obatnya biar cepet sembuh, dan dokter bilang harus banyak istirahat" ucapnya seraya memberikan satu persatu obat untuk diminum oleh suaminya.
"Suci, terimaksih ya kamu sudah perhatian sama saya, padahal saya sangat jahat sama kamu, tapi kamu masih bersikap baik pada saya" ucap Edo sayu, lalu memegang tangan gadis yang telah membuat hatinya nyaman.
"Iya Tuan, bukankah ini sudah menjadi kewajiban saya merawat suami dalam keadaan apapun!" jawabnya. "lagian tuan kan bukan musuh saya, tuan itu suami saya, jadi untuk apa saya benci kepada tuan, dan ayah saya selalu bilang jangan pernah menyimpan dendam, karena itu akan jadi penyakit hati." tambahnya lagi.
Ahh, Suci benar-benar istri yang patut di banggakan, gadis yang masih remaja tapi mempunyai pemikiran yang sangat dewasa dan patut di contoh oleh istri lainnya.
*
*
*
Hay Reader yang baik hati jangan lupa like dan vote ya dan tinggalkan jejak di kolom komentar agar Author lebih semangat lagi up nya.
Yang udah kasih like dan vote author ucapkan terimakasih 🙏🙏 semoga kalian diberikan keberkahan banyak hal.
Happy Reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
@shiha inayah
mulai luluh nih Edo hati nya ke suci....
2022-06-28
0
Radika Kurnia
suci hati dan nm nya pun suci👌🏻😘
2021-09-27
0
pur~nq
wah istri kayak si suci langka banget kayak dinosaurus😅(udah punah)
2021-04-11
2