4. Laki-laki Dari Masa Lalu

"Eh, ibu-ibu tau gak cewek yang tinggal di ujung sana?" tanya Bu Anis setelah mengambil beberapa tomat segar.

"Tau-tau. Yang anak kuliahan itu, kan?" Bu Ayu memastikan.

"Iya, saya kenal, Bu. Anaknya baik, manis, dan sopan gitu," jelas wanita berdaster dengan rambut tersanggul rapi. Kalau Dinara tak salah ingat, wanita ini bernama Gita.

"Dih, baik apanya? Tiap malem, dia selalu bawa pulang laki-laki ke rumah." Bu Anis menimpali, wajahnya tampak tak suka akan perkataan Bu Gita.  Sembari memilih sayuran pada gerobak yang selalu apel setiap pagi di depan rumahnya, obrolan itu pun bertambah parah.

"Eh, Bu Anis jangan fitnah. Kalau gak ada bukti, nanti jadi dosa, lo, Bu." Bu Mega, ibu rumah tangga yang memiliki toko roti tak jauh dari rumahnya. Dia mengambil beberapa terong lalu menanyakan harga ke tukang sayur yang sejak tadi hanya menyimak obrolan ibu-ibu di sekitaran gerobaknya.

"Saya ada bukti, Bu Mega. Nanti, deh, pas arisan saya kasih liat," kata Bu Anis membela diri.

Dari sekian banyaknya pembeli, Dinara termasuk salah satunya. Sama halnya seperti penjual sayur, Dinara juga tidak menanggapi apa-apa.

"Kalau Mbak Dinara, bakalan tinggal di sini terus, kan, ya?"

Merasa terpanggil, Dinara menoleh ke arah Bu Gita dan menjawab, "Enggak, Bu. Cuma untuk tiga bulan ke depan."

"Lo, kenapa gak selamanya aja. Sayang, lo, kalau rumah ini gak ditempatin."

"Kamu ini seumuran anak saya, 'kan? Kenapa belum nikah juga? Si Windi aja udah punya anak dua. Kalau kelamaan gak nikah-nikah, nanti gak bakalan ada yang mau, lo. Emangnya kamu mau jadi perawan tua?"

Dinara berdecak tanpa suara. Bu Anis ini memang ingin diketuk kepalanya. Kalau bukan karena dia lebih tua dari Dinara, bukan tak mungkin Dinara akan menyumpal mulutnya dengan sayuran layu.

"Bu Anis ini. Setiap orang punya waktu masing-masing buat mengatur kapan mau nikah," sahut Bu Mega seakan mengerti perasaan Dinara.

"Saya, kan, cuma ngomong, Bu. Salah, ya?"

"Lagian buat apa nikah cepat kalau ujung-ujungnya cerai kayak si Adam? Akibatnya, bukan cuma dia yang hancur, tapi Agam juga. Kata anak saya, di sekolah Agam selalu diejek karena gak punya mama. Kasian banget, 'kan?"

"Eh, jadi Mas Adam itu duda, Bu?"

"Ya, iya," sahut Bu Ayu, "Dia itu udah jadi duda sejak anaknya umur empat tahun. Karena mantan istrinya gak tahan hidup miskin, jadinya dia pergi ninggalin mereka berdua. Harap-harap si Sherly bakalan menyesal. Karena sekarang usaha Adam udah berjaya. Kafe punya dia bukan cuma satu, tapi tiga di cabang kota yang berbeda."

Selesai membeli beberapa sayuran segar, Dinara langsung pulang ke rumah. Saat hendak menutup gerbang, kening Dinara malah dibuat bergelombang dengan kehadiran seorang wanita yang berdiri di depan pagar rumah Adam. Wanita itu tampak menelisik ke dalam, tetapi pergi lima detik kemudian tanpa berniat memencet bel rumah.

"Apa itu Sherly, ya?"

Dinara ingin tahu lebih banyak tentang Adam. Namun, akankah ia bisa?

Genap satu minggu ia menempati rumah ini, Adam masih terlihat formal ketika sedang berbicara dengannya. Padahal kalau dilihat-lihat, usia Adam masih terbilang cukup muda.

Cepat-cepat Dinara menggeleng saat pikirannya menjelajah terlalu jauh. Sewaktu ia akan kembali melangkah, tiba-tiba saja pergelangan tangannya ditarik ke belakang. "Ah!" Dinara memekik kaget dan spontan berbalik arah.

Dua detik berikutnya, napas Dinara seolah dibuat hilang. Kedua matanya melotot dan jantungnya berdetak tak beraturan. "Do--Dominik?"

Laki-laki yang dipanggil Dominik tersenyum tipis. Perlahan-lahan, langkahnya semakin mendekat ke arah Dinara. Cengkeraman tangannya pun semakin kuat.

Saat jarak antar keduanya hampir terkikis habis, dia pun menyapa, "Hai. Akhirnya aku berhasil menemukan kamu. Apa kabar, Nara?"

Dinara ketakutan. Kedua manik matanya berpencar ke segala arah. Dia ingin berteriak meminta tolong, tetapi suaranya raib entah ke mana.

Bayang-bayang Dominik saat masih menjadi kekasihnya dulu berputar-putar bagai kaset rusak dalam pikirannya. Sudah hampir lima tahun, tetapi Dinara masih hidup dalam ketakutan yang sama.

"Jangan apa-apain aku. Aku mohon ...."

Dominik tertawa singkat. Mengapa Dinara malah bertambah cantik saja?

"Enggak. Aku gak bakalan apa-apain kamu. Aku cuma mau nyapa. Udah lama aku mencari kamu, Nara. Dan, akhirnya kita ketemu."

Dinara menggeleng kuat. Tidak, Dominik masih saja terlihat mengerikan. Dinara yakin, tak ada yang berubah dari si berengsek ini. Caranya menatap Dinara masih sama. Caranya berkata, bahkan tersenyum selalu mengingatkan Dinara akan perbuatan menjijikkan Dominik terhadapnya.

Sebisa mungkin, Dinara berusaha melepaskan pegangan Dominik pada lengannya. Ia mencoba, tetapi usahanya berakhir sia-sia. Singkatnya, Dinara masih belum cukup kuat untuk melawan rasa takutnya.

"Aku mau bicara, Nara. Boleh?"

"Enggak! Pergi sana! Aku gak mau kamu ada di sini."

"Kamu ngusir aku, Nara? Aku--"

"Pergi, Dominik, pergi!" Dinara berteriak, air matanya luruh begitu saja.

"Nara!" Dominik balik membentak. Urat-urat leher dengan hiasan tato pada sepanjang jalurnya terlihat jelas. Laki-laki itu marah lalu mengertakkan giginya kuat-kuat. "Jangan coba-coba buat aku marah, ya," desis Dominik tak terbantah.

Tangisan Dinara semakin kuat. Saat dirinya ingin berteriak meminta tolong, Dominik malah membekap mulutnya.

Dinara merasa inilah akhir kekuatannya. Kedua kakinya nyaris kehilangan tenaga. Akan tetapi, dari arah kanan seseorang menghampiri mereka dan secara paksa menarik tangan Dominik dari mulutnya.

Dinara menghela napas panjang lalu melepaskan diri dan berdiri di belakang Adam.

"Siapa kamu? Berani-beraninya ganggu kesenangan aku," bentak Dominik dengan marah.

"Pergi dari sini. Kalau enggak, saya bakalan panggil petugas keamanan." Adam berdiri tegap, sengaja menutupi Dinara yang tampak begitu ketakutan.

Melihat tak ada lagi peluang, Dominik meludah dan menatap Adam dengan lekat. "Urusan kita belum selesai. Dan, Nara, jangan pikir aku bakalan pergi lagi. Your is mine."

Usai memberikan peringatan, Dominik langsung menuju ke mobilnya yang ternyata terparkir tak jauh dari rumah Dinara. Laki-laki itu menancap gas dan menghilang seiring perjalanan.

"Mbak Dinara gapapa?"

Adam berbalik dan sedikit menunduk untuk mengecek keadaan Dinara. Sayangnya, perempuan ini tampak begitu syok dan ketakutan. Bahkan, Dinara masih menangis sesegukan.

"Aku takut .... Aku takut ...."

Adam memutar otak. Apa yang harus ia lakukan?

Jika yang menangis ini adalah istrinya, tentu saja dia akan memeluknya. Namun, ini adalah Dinara, tetangganya. Jangankan memeluk, menyentuh pun ia tak berani.

"Mbak Dinara jangan takut. Laki-laki itu udah pergi sekarang."

"Dominik gak bakalan pergi. Setelah tau aku ada di sini, aku yakin dia akan kembali. Aku harus gimana? Apa yang harus aku lakukan? Gimana kalau dia sampai macam-macam lagi?" tanya Dinara masih dengan tangisan.

Sayangnya, tak satu pun dari pertanyaan Dinara yang berhasil Adam berikan jawaban.

Saat ini, dirinya terlalu terkejut memahami keadaan. Saat Dinara mendekat dan perlahan menjatuhkan kepala pada dada bidang miliknya.

"Aku takut ...."

Napas Adam terhenti. Haruskah ia membalas pelukan ini?

* * *

Terpopuler

Comments

Muliana

Muliana

yuk, Mas Adam. Manfaatkan situasi 😅

2023-09-11

1

lihat semua
Episodes
1 1. Rumah Lama
2 2. Kedatangan Arhan
3 3. Palazzo Kafe
4 4. Laki-laki Dari Masa Lalu
5 Rencana Dinara
6 Cemburunya Arhan
7 Masalah Terbesar
8 Di Sebuah Malam
9 Bukan Kisah Manis
10 Kegilaan Sherly
11 Agam Punya Mama?
12 Rasa Cinta
13 Sensasi Aneh
14 Mau Dipeluk Tidak?
15 Black Star
16 Malam yang Menjijikkan
17 Tidak Mau Lepas
18 Meet Up
19 Kejadian di Lorong
20 Sudut Pandang Adam
21 Boleh Peluk Aku Sebentar?
22 Sisi Lain Adam
23 Dinner
24 Mulai Nyaman
25 Salah Tingkah
26 Jalan Bersama Agam
27 Harapan Terbesar
28 Pacar Saya
29 Antara Sherly dan Dinara
30 Akhirnya Arhan Tahu
31 Butuh Pembuktian
32 Sama-Sama Suka
33 Agam Ke Mana?
34 Papa Suka Aunty, Ya?
35 Biar Apa?
36 Pesan Misterius
37 Tetangga yang Meresahkan
38 Saling Kenal
39 Martabak Telur dan Secangkir Kopi
40 Kusuka Dia
41 Cerita Siang Hari
42 Yang Ditunggu
43 Selamat Malam, Sayang
44 Ibu dan Bapak
45 Jangan Buang Adam, Pak
46 Wejangan Mas Wisnu
47 Arhan Patah Hati
48 Ciumannya Gak Jadi
49 Masak Bareng
50 Diam-Diam Mengerikan
51 Di Rumah Sakit
52 Manfaatnya Apa, Mas?
53 Sherly Berulah Lagi
54 Arhan dan Adam
55 Jaga Jarak, Ya
56 Pertemuan Sherly dengan Dominik
57 Tanda Bahaya
58 Si Gila Dominik
59 Fakta yang Terungkap
60 Adam Harus Membayar Mahal
61 Bentuk Rasa Sayang
62 Pulang
63 Arhan Akan Pergi
64 Akhir yang Berbeda
Episodes

Updated 64 Episodes

1
1. Rumah Lama
2
2. Kedatangan Arhan
3
3. Palazzo Kafe
4
4. Laki-laki Dari Masa Lalu
5
Rencana Dinara
6
Cemburunya Arhan
7
Masalah Terbesar
8
Di Sebuah Malam
9
Bukan Kisah Manis
10
Kegilaan Sherly
11
Agam Punya Mama?
12
Rasa Cinta
13
Sensasi Aneh
14
Mau Dipeluk Tidak?
15
Black Star
16
Malam yang Menjijikkan
17
Tidak Mau Lepas
18
Meet Up
19
Kejadian di Lorong
20
Sudut Pandang Adam
21
Boleh Peluk Aku Sebentar?
22
Sisi Lain Adam
23
Dinner
24
Mulai Nyaman
25
Salah Tingkah
26
Jalan Bersama Agam
27
Harapan Terbesar
28
Pacar Saya
29
Antara Sherly dan Dinara
30
Akhirnya Arhan Tahu
31
Butuh Pembuktian
32
Sama-Sama Suka
33
Agam Ke Mana?
34
Papa Suka Aunty, Ya?
35
Biar Apa?
36
Pesan Misterius
37
Tetangga yang Meresahkan
38
Saling Kenal
39
Martabak Telur dan Secangkir Kopi
40
Kusuka Dia
41
Cerita Siang Hari
42
Yang Ditunggu
43
Selamat Malam, Sayang
44
Ibu dan Bapak
45
Jangan Buang Adam, Pak
46
Wejangan Mas Wisnu
47
Arhan Patah Hati
48
Ciumannya Gak Jadi
49
Masak Bareng
50
Diam-Diam Mengerikan
51
Di Rumah Sakit
52
Manfaatnya Apa, Mas?
53
Sherly Berulah Lagi
54
Arhan dan Adam
55
Jaga Jarak, Ya
56
Pertemuan Sherly dengan Dominik
57
Tanda Bahaya
58
Si Gila Dominik
59
Fakta yang Terungkap
60
Adam Harus Membayar Mahal
61
Bentuk Rasa Sayang
62
Pulang
63
Arhan Akan Pergi
64
Akhir yang Berbeda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!