Jakarta, waktu setempat .
Dikediaman keluarga Adiputra seorang pria paruh baya terduduk di kursinya dengan wajah frustasi. Tidak jauh dari sana juga ada beberapa orang lain anggota keluarganya yang juga sama. Wajah mereka diliputi dengan kecemasan, ketakutan, kesedihan dan rasa kehilangan yang besar.
Sudah sebulan lebih putra semata wayangnya menghilang. Tentu saja itu membuat seluruh keluarga besar sangat terpukul. Kepergian Zevanno Adiputra untuk meninjau proyek malah harus berakhir tragis.
"Tuan, sudah semua jalur sungai di daerah itu dijelajahi, namun sampai sekarang pihak tim SAR dan orang-orang kita belum juga menemukan keberadaan tuan Vanno," ungkap Guntur. Asisten setianya yang sudah cukup tua.
"Bahkan kabar buruknya, tim SAR sudah menyerah. Sudah sebulan lebih mereka mencari dan menyusuri sungai dan titik-titik tertentu. Namun tidak membuahkan hasil sedikit pun. Apalagi mereka berkata jika di sana masih banyak hewan liar seperti buaya dan ... " perkataan Guntur langsung terhenti saat melihat Reynand memandangnya dengan tajam.
"Sebaiknya kita kembali lagi kesana, Tuan," ujar Bimantara pula. Teman baik tuan besar Reynand Adiputra.
"Ya, aku yakin putraku masih hidup. Atau jika pun dia sudah mati, aku ingin melihat jasadnya," ungkap Reynand. Kali ini dia terlihat tertunduk dengan wajah yang begitu terpukul. Sebulan lebih perjuangan yang dia lakukan untuk menemukan putranya. Semua usaha sudah dia lakukan. Pulang pergi Jakarta - Kalimantan setiap saat bukan hal yang mudah. Apalagi karena kejadian ini membuat kesehatan istrinya menurun. Mereka sangat terpukul dan begitu kehilangan.
"Tenanglah, Tuan. Sekarang kita harus tetap bekerja sama. Semoga ada keajaiban untuk Tuan Muda. Tuan bisa pergi mencari keberadaan Tuan Muda dan mengurus semuanya disana. Biar perusahaan dan Nara saya yang mengurus disini," ujar Arya pula. Saudara istri Reynand, atau lebih tepatnya uncle Zevanno.
Reynand langsung menoleh kearah Arya yang duduk tidak jauh dari tempatnya. "Aku benar-benar melimpahkan semuanya pada mu, Yo. Sungguh aku benar-benar tidak fokus dengan perusahaan sekarang." Reynand berkata dengan wajah yang lesu. Pamor tuan angkuh yang melekat dalam dirinya kini telah hilang. Dia hanya seorang ayah yang begitu kehilangan putranya.
"Jangan pikirkan itu, kita harus bisa bekerja sama sekarang. Hidup atau mati, Tuan muda pasti akan kita temukan," jawab Arya. Reynand dan semua orang yang ada disana langsung mengangguk lesu.
"Pergilah, tuan. Orang-orang dari Tuan Malik juga sudah siap membantu. Zev sudah meminta orang-orangnya untuk pergi kesana siang ini," ucap Arya kembali, membuat Reynand kini menoleh kearah menantunya.
"Benar, Dad. Masih ada jalan untuk kita berusaha. Daddy tidak perlu risau. Aku akan ikut menemani Daddy kesana jika perlu," sahut Zevandra.
Namun, Reynand langsung menggeleng pelan. "Jangan, kau tetap dirumah jaga Zeze dan Mommy mu. Aku titip mereka, mereka sangat terpukul sekarang," ujar Reynand.
Zev mengangguk pelan, "baiklah, aku pasti akan menjaga mereka, Dad." jawab Zev.
"Baik, kalau begitu biar aku yang akan pergi menemani anda, Tuan. Guntur masih harus mengurus semua disini bersama Arya. Apalagi Deni yang masih belum sadar," ujar Bima pula.
"Ya, baiklah. Aku sangat berterima kasih pada kalian," ucap Reynand.
"Zevanno juga putra kami," jawab Arya dan Bima bersama-sama.
Sementara didalam kamar utama. Nara, ibu Zevanno duduk melamun dan terus memegang foto Zevanno. Matanya sembab, wajahnya juga pucat. Sudah sebulan lebih dia terus mengkhawatirkan keadaan putranya. Meski banyak yang berkata jika putranya sudah tewas, tapi entah kenapa hatinya mengatakan jika putranya masih hidup.
"Mommy," suara Zeze, saudara kembar Zevanno membuat Nara menoleh lemah. Dia datang dengan nampan makanan di tangannya.
"Mommy makan dulu, ya," ujar Zeze. Wajahnya juga menyiratkan kesedihan yang mendalam. Bagaimana tidak, sejak dari dalam kandungan mereka bersama, hingga kini sudah berusia 25 tahun, mereka harus berpisah dengan cara seperti ini. Tentu membuat Zeze begitu terpukul.
Kakak yang menjadi kebanggaan nya, kakak yang selalu ada untuknya, dan kakak yang berjanji akan hadir di pesta pernikahannya kemarin malah menghilang tanpa kabar. Tentu saja itu membuat Zeze begitu terpukul.
"Mommy," panggil Zeze kembali.
"Daddy mu kemana, nak?" tanya Nara.
"Daddy masih diruang kerja bersama uncle Aryo dan Zev juga ada uncle Bima," jawab Zeze.
"Belum ada kabar juga?" tanya Nara.
Zeze menggeleng lemah.
"Mommy rindu kakak kamu, kasihan dia, dia pasti kesepian sekarang," Nara berucap dengan air mata yang kembali menggenang. Membuat Zeze langsung memeluk Mommy nya. Menyembunyikan kesedihannya yang juga membuat dia ingin selalu menangis setiap saat.
"Kita berdoa supaya kakak tetap selamat ya, Mom." pinta Zeze.
Nara mengangguk pelan, sembari mengusap pundak putrinya. "Ya, kakak kamu pasti selamat, sayang. Dia pasti masih hidup." jawab Nara.
Zeze terdiam, diam tertunduk menahan Isak tangis yang akan keluar lagi. Kata-kata terakhir Vanno sebelum pergi kembali terngiang di kepalanya.
'Kakak janji harus pulang cepat, Zeze mau kakak ada di pernikahan Zeze nanti," pinta Zeze
'Tentu saja sayang, kakak juga ingin melihat kamu menikah. Kakak pasti pulang, kakak janji," ucap Vanno
Zeze menangis tertahan, Vanno sudah berjanji untuk pulang. Tapi ternyata sampai sekarang dia malah tidak kembali. Apa benar kata orang-orang yang mencarinya, jika dia ... Sudah tewas tenggelam di sungai itu?
...
Kalimantan, waktu setempat.
"Evan!" teriakan seorang gadis membuat Evan yang sedang duduk termenung di depan rumah sedikit bereaksi. Dia menoleh kesana dan kemari mencari-cari asal suara cempreng itu.
"Hayo!" seru Zura yang mengejutkan Evan dari belakang.
"Kenapa kamu seperti hantu," ucap Evan sedikit ketus.
Namun, Zura malah tertawa dan duduk disamping Evan sembari membawa sepiring ubi goreng ditangannya.
"Mana ada hantu secantik aku," jawab Zura dengan begitu bangganya.
"Memangnya kamu cantik?" tanya Evan. Nada bicaranya datar, bahkan sedatar wajahnya sekarang.
"Kamu ini, jelas saja aku cantik. Nanti jika kamu sudah bisa melihat, kamu pasti akan jatuh cinta padaku," jawab Zura tanpa malu.
Evan hanya mengendikkan bahunya saja. Membuat Zura sedikit kesal. Sudah dua Minggu berlalu dan pria ini juga sudah mulai pulih. Dia sudah bisa berjalan-jalan dan melakukan apapun sendiri meski tetap dengan bantuan Zura. Tapi, sudah dua Minggu ini pula Zura tidak pernah melihat Evan tersenyum sedikit saja. Beban hidupnya seperti bertumpuk begitu banyak hingga membuat wajahnya selalu datar tanpa ekspresi.
"Ayo coba ini." Zura meraih tangan Evan dan meletakkan sepotong singkong goreng di tangan pria itu.
"Hangat," gumam Evan.
"Iya, ini singkong goreng. Nenek baru cabut dari kebun," ungkap Zura.
Evan memakan singkong itu dengan pelan, dia sedikit mengernyit karena rasa ini begitu asing meski sudah pernah dia makan beberapa hari yang lalu.
"Ini agak aneh, tapi aku suka," ucap Evan.
Zura langsung tertawa mendengar itu, "Memang harus suka. Karena untuk kedepannya selama kamu disini, kamu akan sering memakan ini. Beras sedang mahal sekarang, jadi kita tidak bisa membeli beras setiap waktu," ungkap Zura tanpa beban.
Namun, jelas perkataan itu membuat Evan tertegun. Seberapa susahnya kehidupan gadis ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Indri Ani40
🥺🥺🥺🥺🥺🥺
2024-01-07
1
Erlangga❤
dulu bersedih karena Zelina.. sekarang Vanno.. Tuhan blum berhenti menguji mreka...
2023-09-27
3
Farida Wahyuni
kasian keluarga reynand, disaat2 yg bahagia karna pernikahan putrinya, disaat itu juga ada berita menyedihkan.
yg sabar nara dan reynand.
2023-09-09
1