Bab 5 -- Istana Atau Seraphina?

"Lepaskan aku, Theo!" maki Jerome penuh emosi pada pimpinan pria berbaju serba hitam yang mengepungnya.

Laki - laki itu hanya merespon dengan menganggukkan kepala sebagai tanda hormat. Kemudian dia memberi kode pada dua orang pengawal yang memegang kedua lengan Jerome supaya membawa putera mahkota mereka masuk ke dalam mobil. Jerome menggeram kesal, di belakang dan depan ada orang - orang suruhan Theodore atau mungkin saja Papanya. Percuma melawan karena jelas sekali dia kalah jumlah dan tenaga apalagi yang menangkap dirinya adalah pengawal kerajaan, orang - orang pilihan dan terlatih. Lagipula identitasnya bisa terbongkar kalau dirinya memancing keributan.

"Pulanglah, Sera!" seru Jerome sebelum masuk ke mobil. Dilihatnya Seraphina terpaku di tempatnya entah gadis kecilnya itu mendengar atau tidak.

Jerome dengan terpaksa patuh masuk ke mobil meski rasa tak rela dan khawatir terus menghantuinya. Kepalanya tak bisa berhenti menoleh ke belakang sambil terus mengumpat. Seraphina berlari mengejar mobil yang membawanya, Jerome mendengus keras, kesal bercampur marah. Kesal pada dirinya yang tak berdaya dan marah pada para pengawal yang tidak bisa diajak kompromi.

Detik berikutnya, mata Jerome terbelalak lebar. Jantungnya seakan berhenti berdetak. "Sera!" pekiknya panik.

Mobil pengawal, yang ada di belakang, tak sengaja menabrak tubuh mungil gadis itu cukup keras. Seraphina tersungkur.

"Lepaskan aku!" teriaknya lagi sambil berontak tapi pengawal itu duduk dengan kokoh mengapit dirinya kanan dan kiri.

Marah luar biasa, Jerome menendang dan menyikut di dalam mobil layaknya anak kecil yang sedang tantrum. Ruang yang sempit ditambah protokol kerajaan yang mengharuskan untuk membawa sang Pangeran tanpa lecet membuat pengawal serba salah. Mereka pasrah menjadi samsak bagi Jerome, sekuat tenaga menahan sakit tanpa melepaskan cekalan tangan dari lengan putera raja satu - satunya itu.

"Tambah kecepatan! Kita harus sampai istana dalam waktu kurang dari satu jam." Suara berat Theodore menyela di tengah kegaduhan. "BERHENTI! AKU MAU TURUN!" Jerome tak mau kalah dari Theodore. Dia mengeluarkan perintah dengan garang.

Sopir kerajaan menelan ludah dengan berat, melirik takut - takut kepada Theodore yang duduk disampingnya. Sorot matanya menyiratkan, 'Hey, Putera Mahkota memberi perintah!' Memahami situasi serba salah para pengawal dan sopir, Theodore berusaha mengendalikan situasi.

"Hentikan kelakuan kekanak - kanakan anda, Pangeran!" tegur Theodore penuh wibawa. Kali ini dia bertugas sebagai wakil Raja untuk menjemput Putera Mahkota yang suka kabur. Malam ini ada pertemuan makan malam sekaligus membahas masalah kerajaan tapi lagi - lagi Putera Mahkota menghilang. Raja memerintahkan Theodore untuk membawa pulang puteranya. Siapa lagi di istana yang tahu kemana Jerome pergi selain Theodore, laki - laki yang mengasuh Jerome sejak kecil.

"Kamu jahat, Theo! Tega sekali membiarkan seorang gadis kehilangan nyawa karena tertabrak pengawal kerajaan?" sergah Jerome berapi - api.

"Dia akan baik - baik saja, Pangeran! Mereka akan membawa gadis itu ke rumah sakit dan memberinya fasilitas terbaik. Para pengawal itu orang - orang pilihanku, pasti tahu apa yang harus dilakukan." jawab Theodore dengan tenang. Tangannya mengutak - atik ponsel, mengirimkan pesan berisi daftar secara rinci apa saja yang harus dilakukan oleh mereka terhadap korban kecelakaan tadi.

Jerome terdiam. Dia masih sempat melihat para pengawal dengan sigap membawa tubuh Seraphina dan memasukkannya ke mobil. Setelag itu mereka berpisah arah. Jerome dan satu mobil lagi menuju ke istana sedangkan satu mobil sisanya membawa Seraphina ke rumah sakit.

"Tapi... -"

"Tidak ada tapi, Pangeran!" tegas Theodore sambil mengangkat telapak tangannya keatas. Pertanda supaya Jerome tidak lagi membantah. Sopir terus melajukan mobil tanpa mengurangi kecepatan sedikit pun.

"Kelakuan anda yang seperti ini hanya akan membuat orang lain memanfaatkan situasi." sesal Theodore dengan nada datar.

Jerome mend-e-s-a-h keras, menyandarkan tubuhnya ke tempat duduk, lalu dengan mata terpejam berkata putus asa, "Asalkan dia baik - baik saja, maka aku akan patuh padamu, Theo." Perkataan tangan kanannya sangat masuk akal, Matteo akan memanfaatkan ketidak hadirannya dengan menghasut para petinggi kerajaan..

Theodore tersenyum tipis. "Saya menjamin keselamatan Nona Seraphina dengan nyawa saya, Pangeran." sahutnya penuh percaya diri. Salah satu pengawal di mobil Seraphina melaporkan kalau tidak ada luka berarti di tubuh gadis itu, kemungkinan besar pingsan karena terkejut. Selebihnya hanya memar dan luka gores.

Setelah itu suasana sunyi melingkupi mereka, mobil melaju dengan cepat membawa mereka menuju ke Istana Sigrid yang jarak normalnya satu jam perjalanan dengan mobil dari Ambrose City. Theodore berkali - kali melihat ke jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. Para pengawal di mobil depan sudah membuka jalan sehingga perjalanan mereka lebih lancar dan cepat, tapi tetap saja Theodore tidak akan tenang sebelum mereka tiba di istana.

"Aku akan membawa Seraphina ke istana." Tiba - tiba saja suara Jerome kembali terdengar, memecah sunyi.

Theodore terjengit. Bulu kuduknya merinding melihat ekspresi acuh tak acuh sang Pangeran dari kaca spion. Apalagi nada suara Jerome penuh tekad. Kalau sudah begini biasanya Jerome tidak bisa diganggu gugat kecuali dengan kesadaran sendiri. Otak Theodore berputar dengan cepat.

"Bagaimana dengan para pembesar?" tanyanya dengan harapan Jerome mempertimbangkan keinginannya.

"Mereka harus mau menerima keputusanku."

"Tapi aturan kerajaan... -"

"Aku adalah putera mahkota. Papaku adalah raja. Kami adalah peraturannya."

Theodore mengelus dada sambil menghembuskan napas panjang lalu memasang ekspresi prihatin. Jerome sedang dalam mode keras kepala.

"Kasihan Nona Seraphina kalau putera mahkota egois seperti ini?" ucapnya pelan, mencoba menyentuh hati Jerome. Putera Mahkotanya adalah orang yang berhati lembut dan penuh belas kasihan.

"Egois katamu?" seru Jerome tak terima.

"Hm-hm. Di istana Nona Seraphina tidak akan bahagia. Dia hanya akan dipandang sebelah mata karena statusnya sebagai rakyat biasa. Apa Putera Mahkota tega melihat gadis muda yang lugu itu harus menghadapi cercaan?"

Jerome terdiam dan mulai berpikir. Mobil yang mereka tumpangi sudah masuk ke dalam istana. Matteo menyambutnya sambil membungkuk dan tersenyum sinis.

"Selamat datang Putera Mahkota. Saya senang anda akhirnya muncul juga. Tugas saya akan ringan kalau anda hadir di istana." sindir Matteo. Dia sangat iri kepada Jerome. Sekeras apa pun usahanya menggantikan Jerome, tetap saja posisi raja suatu hari jatuh ke tangan sang putera mahkota.

Tidak mau berdebat, Jerome langsung masuk ke istana untuk menghadap raja. Disana Ratu langsung menyambutnya dengan peluk dan ciuman. Kesibukan masing - masing membuat intensitas pertemuan mereka berkurang. Ratu merindukan Jerome.

"Apa yang kamu kerjakan akhir - akhir ini, hah?" hardik Raja, menjeda moment mesra ibu dan anak.

Di sekeliling mereka para pembesar sudah menatap Jerome dengan tatapan menghakimi. Tatapan mereka menyatakan Jerome sebagai putera mahkota yang tidak bertanggung jawab, manja, terlalu santai dan banyak pandangan negatif lainnya tersemat disana. Diam - diam Matteo tersenyum puas di balik punggung Jerome.

Jerome menoleh dan membungkukkan tubuh. "Baginda, saya menemukan sendiri beberapa fakta di Ambrosse City." Dia berhenti sejenak, maju beberapa langkah dan berdiri di sedikit di sebelah Raja kemudian memutar tubuhnya sedikit serong sehingga semua orang bisa melihat wajahnya. "Disana banyak petani gagal panen. Rentenir memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras mereka. Dan korbannya adalah para gadis-gadis, mereka dijadikan sebagai alat pembayaran atas hutang orang tua mereka."

Jerome melapor kejadian di Ambrose sambil membayangkan wajah cantik Seraphina yang sedang tertawa ceria setiap kali dia menggodanya.

Raja bernapas lega. Setidaknya dia bisa membuktikan kepada para petinggi kerajaan kalau puteranya tidak sekedar keluyuran dan bermain-main diluar sana. Tapi dia berkelana untuk memperhatikan rakyat mereka.

"Lalu apakah Putera Mahkota sudah menemukan solusi?" tanya Perdana Menteri.

"Tentu saja!" Jerome memberi kode pada Theodore untuk membawa tablet miliknya. Pengasuh rangkap asisten Jerome itu membuka slide dan menunjukkan rencana kerja Jerome untuk lima tahun dan sepuluh mendatang terhadap Ambrosse City. Semua data dipaparkan lengkap dengan detail budget, keuntungan, analisa, peluang termasuk kemungkinan hambatan terhadap rencana mereka.

Para pembesar tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Jerome termasuk sosok yang fenomenal di istana. Sikapnya cenderung santai dan tidak suka formalitas tapi ide - ide dan keputusan yang diambil selalu tepat dan bermanfaat. Matteo hanya bisa melirik kesal, sekali lagi Jerome berhasil mengalahkan dirinya.

Dia benci Jerome yang selalu dengan mudah mendapatkan segalanya. Lihat saja! Di saat para pejabat sedang serius mendiskusikan rencana besar terhadap Ambrose, sang Putera Mahkota malah asyik dengan ponselnya.

Suara getaran ponsel dari saku mengagetkan Theodore, dari tempatnya Jerome menatap laki - laki matang itu penuh arti. Dia segera membuka ponsel miliknya.

"Aku sudah mengerjakan segalanya dengan baik. Kamu tahu kalau aku selalu menagih kompensasi, Theo!" kata Jerome melalui pesan.

Diam - diam Matteo mengamati interaksi antara Pangeran dan pengasuhnya itu.

"Apa yang sedang mereka rencanakan?" tanyanya dalam hati.

Terpopuler

Comments

kimraina

kimraina

Aku juga penasaran 🤔 kira-kira apa ya? 😹

2023-09-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Gadis Pemain Piano
2 Bab 2 - Menghadapi Penagih Hutang
3 Bab 3 - Hutang Lunas!
4 Bab 4 -- Kata - Katanya Adalah Perintah
5 Bab 5 -- Istana Atau Seraphina?
6 Bab 6 -- Dihantui Oleh Jerome
7 Bab 7 - Ayah Dan Ibu Bagi Seraphina
8 Bab 8 - Pergi Sekolah
9 Bab 9 - Lingkungan Baru
10 Bab 10 - Drama Di Asrama
11 Bab 11 - Maafkan Aku
12 Bab 12 - Tamu Istimewa
13 Bab 13 - Istana
14 Bab 14 -- Siapa Pianist Itu?
15 Bab 15 - Mulutmu Harimaumu
16 Bab 16 - Sesuatu Yang Buruk Terjadi
17 Bab 17 - Aku Mau Istirahat
18 Bab 18 - Surat Wasiat
19 Bab 19 - Chaos
20 Bab 20 - Menyelamatkan Seraphina
21 Bab 21 - Bunyi Lonceng
22 Bab 22 - Apakah Ini Hukuman?
23 Bab 23 - Aku Adalah Jerome Icarus
24 Bab 24 - Kemana Jerome?
25 Bab 25 - Ancaman Matteo
26 Bab 26 - Enyahkan Jerome!
27 Bab 27 -- Itu... Yus?!
28 Bab 28 - Kondisi Jerome
29 Bab 29 - Tidak Percaya
30 Bab 30 - Mimpi Yang Sama
31 Bab 31 - Temani Aku Ke Pesta Dansa
32 Bab 33 - My Special One
33 Bab 34 - Ada Orang Lain Di Hatiku
34 Bab 34 - Pembicaraan Rahasia
35 Bab 35 - Calon Orang Hilang
36 Bab 36 - Seperti Tawanan
37 Bab 37 - Antara Hidup Dan Mati
38 Bab 38 - Apakah Makhluk Hidup?
39 Bab 39 - Trophy Bagi Matteo
40 Bab 40 - Bertemu Kembali
41 Bab 41 - Krisis
42 Bab 42 - Menemui Seraphina
43 Bab 43 - Jerome Versus Raphael
44 Bab 44 - Pembicaraan Dua Putera Mahkota
45 Bab 45 - Pembalasan Untuk Josephine
46 Bab 46 - Pelakunya Adalah Rakyat Jelata
47 Bab 47 - Operasi Senyap
48 Bab 48 - Kericuhan Dini Hari
49 Bab 49 -Aku Bukan Pengecut
50 Bab 50 - Siapa Kamu?
51 Bab 51 - Saya Melihatnya Disana
52 Bab 52 - Piknik
53 Bab 53 - Dimana Sera?
54 Bab 54 - Sandiwara Josephine
55 Bab 55 - Kehilangan Jejak
56 Bab 56 - Siapa Kamu? Dimana Ini?
57 Bab 57 -- Kabur
58 Bab 58 - Selamat Tinggal
59 Bab 59 - Apakah Kamu Sera?
60 Bab 60 - Semua Sama Disini
61 Bab 61 - Perintah Raja Avram
62 Bab 62 -- Menolongnya
63 Bab 63 - Ingin Keluar Dari Outlandish Island
64 Bab 64 - Apakah Ini Surga?
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1 - Gadis Pemain Piano
2
Bab 2 - Menghadapi Penagih Hutang
3
Bab 3 - Hutang Lunas!
4
Bab 4 -- Kata - Katanya Adalah Perintah
5
Bab 5 -- Istana Atau Seraphina?
6
Bab 6 -- Dihantui Oleh Jerome
7
Bab 7 - Ayah Dan Ibu Bagi Seraphina
8
Bab 8 - Pergi Sekolah
9
Bab 9 - Lingkungan Baru
10
Bab 10 - Drama Di Asrama
11
Bab 11 - Maafkan Aku
12
Bab 12 - Tamu Istimewa
13
Bab 13 - Istana
14
Bab 14 -- Siapa Pianist Itu?
15
Bab 15 - Mulutmu Harimaumu
16
Bab 16 - Sesuatu Yang Buruk Terjadi
17
Bab 17 - Aku Mau Istirahat
18
Bab 18 - Surat Wasiat
19
Bab 19 - Chaos
20
Bab 20 - Menyelamatkan Seraphina
21
Bab 21 - Bunyi Lonceng
22
Bab 22 - Apakah Ini Hukuman?
23
Bab 23 - Aku Adalah Jerome Icarus
24
Bab 24 - Kemana Jerome?
25
Bab 25 - Ancaman Matteo
26
Bab 26 - Enyahkan Jerome!
27
Bab 27 -- Itu... Yus?!
28
Bab 28 - Kondisi Jerome
29
Bab 29 - Tidak Percaya
30
Bab 30 - Mimpi Yang Sama
31
Bab 31 - Temani Aku Ke Pesta Dansa
32
Bab 33 - My Special One
33
Bab 34 - Ada Orang Lain Di Hatiku
34
Bab 34 - Pembicaraan Rahasia
35
Bab 35 - Calon Orang Hilang
36
Bab 36 - Seperti Tawanan
37
Bab 37 - Antara Hidup Dan Mati
38
Bab 38 - Apakah Makhluk Hidup?
39
Bab 39 - Trophy Bagi Matteo
40
Bab 40 - Bertemu Kembali
41
Bab 41 - Krisis
42
Bab 42 - Menemui Seraphina
43
Bab 43 - Jerome Versus Raphael
44
Bab 44 - Pembicaraan Dua Putera Mahkota
45
Bab 45 - Pembalasan Untuk Josephine
46
Bab 46 - Pelakunya Adalah Rakyat Jelata
47
Bab 47 - Operasi Senyap
48
Bab 48 - Kericuhan Dini Hari
49
Bab 49 -Aku Bukan Pengecut
50
Bab 50 - Siapa Kamu?
51
Bab 51 - Saya Melihatnya Disana
52
Bab 52 - Piknik
53
Bab 53 - Dimana Sera?
54
Bab 54 - Sandiwara Josephine
55
Bab 55 - Kehilangan Jejak
56
Bab 56 - Siapa Kamu? Dimana Ini?
57
Bab 57 -- Kabur
58
Bab 58 - Selamat Tinggal
59
Bab 59 - Apakah Kamu Sera?
60
Bab 60 - Semua Sama Disini
61
Bab 61 - Perintah Raja Avram
62
Bab 62 -- Menolongnya
63
Bab 63 - Ingin Keluar Dari Outlandish Island
64
Bab 64 - Apakah Ini Surga?
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!