"Siapa kamu?" tanya si penerima kartu nama. Tidak sembarang orang bisa mendapatkan kartu nama Theodore. Sekali lagi pria itu melihat ke kartu nama yang ada di tangannya, logo kerajaan dalam bentuk sticker hologram ada disana. Kartu ini asli.
"Aku bukan siapa - siapa. Hanya kebetulan mengenal dengan baik orang yang namanya ada di kartu. Datangi dia! Katakan padanya Yus yang menyuruhmu datang. Beritahu dia jumlah hutang gadis ini, maka dia akan mengerti harus melakukan apa."
Pria itu terlihat berpikir. Siapa yang tidak kenal Theodore di kerajaan Sigrid ini? Laki - laki paruh baya itu terkenal dengan loyalitasnya terhadap raja dan ratu, dia juga merupakan tangan kanan putera mahkota. Dia mengamati Jerome baik - baik. Laki - laki muda di hadapannya terlihat seperti orang yang mempunyai pengaruh kuat di kerajaan, namun sepertinya tidak ada wajah seperti Jerome di dalam silsilah keluarga kerajaan. Mungkinkah orang ini kerabat atau kenalan dari keluarga kerjaaan?
Melihat penagih hutang itu termangu, Jerome tahu kalau mereka tak mengenali dirinya. Selama ini, dia jarang muncul di media. Saat terakhir muncul usianya. masih sekitar lima atau enam belas tahun. Setelah itu kebanyakan Matteo yang mewakili dirinya untuk menghadiri acara - acara dengan tamu negara atau para bangsawan. Dengan begini, dirinya lebih mudah membaur dengan rakyat.
"Pergilah! Pastikan kamu mengatakan hal - hal baik sehingga bisnis illegalmu tidak diusut." titah Jerome dengan tenang. Mulutnya mengulas senyum, tapi matanya berkilat tajam seperti pedang yang siap menebas kepala lawan. Tersirat ancaman dari setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Sekali lagi ketiga pria itu bertukar pandang, saling berbicara tanpa kata untuk memutuskan tindakan mereka selanjutnya. Masing - masing sadar kalau lawan mereka bukan orang sembarangan. Sekali saja salah langkah, bisa - bisa tuntutan pemerasan atau tuntutan melakukan perbuatan tak menyenangkan dilayangkan kepada mereka. Tiba - tiba bayangan jeruji besi terlintas di kepala mereka.
Setelah beberapa saat, salah seorang dari mereka berbicara dengan sopan. "Kami akan merundingkannya dengan Boss kami lebih dahulu. Untuk kasus seperti ini, biasanya Boss kami akan memberi keringanan dengan menghapuskan bunganya." ucap salah seorang dari mereka dengan nada rendah.
Jerome tersenyum puas. Tangannya kembali meraih tangan Seraphina lalu menariknya mendekat seolah berkata, 'Kamu aman sekarang!'
Seraphina mendongak dan Jerome tersenyum sambil menatapnya lembut. "Jangan datang mencarinya, apalagi mengganggunya kalau kalian masih ingin hidup dengan baik!"
"Seraphina! Seraphina!" Terdengar suara seorang wanita memanggil. Dia menyeruak di antara gerombolan laki - laki bertubuh besar dan Seraphina.
"Kenapa kalian selalu mengganggu puteriku? Sudah aku bilang berkali - kali kalau hutang itu urusan kami!" serunya sambil berkacak pinggang.
Detik berikutnya, seorang laki - laki memakai celana jeans dan kemeja motif kotak kusam muncul. Dia mendorong bahu laki - laki yang berdiri di posisi terdekat dengan istrinya, Dorris.
"Ini urusan laki - laki. Kalian boleh memukul, memenjarakan aku atau apa pun itu tapi jangan ganggu puteriku." ujar Clement sambil menepuk dadanya. Dia menggunakan tubuh kurusnya sebagai tameng bagi Seraphina dan Dorris.
Tadi salah seorang pegawai coffee shop memberitahu Dorris kalau segerombolan laki - laki menghadang Seraphina di depan cafe. Serta merta Dorris memberitahunya dan mereka langsung berlari kemari. Saking khawatirnya pada Seraphina, Dorris bahkan lupa tidak melepas celemek masaknya.
"Tolong beri aku waktu. Aku berjanji akan melunasi hutang dan tidak akan kabur. Kamu tahu dimana kami tinggal, datangi saja rumah kami. Jangan menakuti puteriku!"
Serempak penagih hutang melihat ke arah Jerome yang langsung meresponnya dengan tatapan yang mematikan. Laki - laki muda itu mengibaskan tangan, memberi tanda supaya mereka semua pergi tanpa banyak bicara.
Si tompel tersenyum kecut. "Tidak masalah. Kami tidak akan mengganggu kalian. Anggap saja lunas." ucapnya pelan sambil membalikkan tubuh dan berjalan menjauh. Kedua temannya juga melakukan hal yang sama. Mereka memutuskan untuk menagih pokok hutang saja kepada Theodore. Anggap saja Seraphina dan orang tua angkatnya sudah membayar bunganya.
"Hey, apa kamu bilang? Lunas? Apa maksudmu?" seru Clement pada punggung kekar ketiga laki - laki tadi. Tapi dia tak mendapatkan jawaban, para penagih hutang itu masuk ke mobil mereka dan pergi begitu saja.
Tinggalah Clement dan Dorris saling bertukar pandang. "Dorris, dia bilang hutang kita dianggap lunas?" tanyanya untuk memastikan kalau pendengarannya tidak salah.
Dorris menganggukkan kepala pelan. Sesaat mereka bertatapan satu sama lain, sama - sama tak percaya. Harus ada alasan yang jelas kenapa hutang mereka lunas begitu saja. Setahu mereka seorang rentenir tidak akan melunaskan hutang kalau tidak ditukar apa pun.
Tiba - tiba saja Dorris merasakan tubuhnya merinding, pikiran buruk melintas begitu saja di kepalanya. Reflex wanita bertubuh subur itu menoleh ke arah Seraphina, memindai puteri kesayangannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dan, tatapannya berhenti di tangan Seraphina yang sedang bertautan dengan tangan Jerome. Kemudian Dorris menatap wajah asing laki - laki berpenampilan menarik di hadapannya. Memang wajahnya terlihat lembut dan baik hati, tapi Dorris tak bisa percaya begitu saja.
"Jangan sembarangan menyentuh puteriku!" ketusnya. Dia mengusap tangan Seraphina dengan celemeknya, seakan gadis itu baru memegang sesuatu yang kotor.
"Apa mereka berbuat kasar padamu, Nak?" tanyanya kemudian sambil menangkup pipi Seraphina dengan kedua telapak tangannya yang lembut.
"Mereka mengatakan kalau hutang kita sudah lunas. Apa mereka menawarkan pekerjaan yang tidak benar kepadamu?" Clement mendekat dan ikut bertanya, matanya menatap tajam kearah Jerome seakan laki - laki itu yang menyebabkan keributan ini.
"Tidak, Dorris, Clement. Jangan berpikir macam - macam. Kondisi kita memang sedang terjepit, tetapi aku lebih memilih mati dari pada harus melayani mereka, bos mereka atau siapa pun di tempat tidur." tegas Seraphina.
Diam - diam Jerome menghela napas. Tidak salah rasanya dia mengagumi gadis berbakat dan cerdas ini, terlebih lagi Seraphina bisa memegang prinsipnya.
"Lalu, bagaimana bisa hutang kita lunas?" tanya Dorris dan Clement hampir berbarengan. Hanya ada mereka bertiga, tidak ada saudara atau pun kenalan kaya raya yang mampu melunasi hutang mereka. Kalau bukan Seraphina, lalu siapa?
"Saya yang akan mengurusnya hingga beres." Jerome yang dari tadi hanya diam akhirnya bersuara.
Serempak tiga pasang mata menatap Jerome dengan ekspresi yang berbeda. Seraphina menatapnya dengan pandangan penuh rasa terima kasih, sebaliknya sepasang petani yang mengadopsinya menatap Jerome penuh waspada. Pengalaman mengajarkan pada Dorris dan Clement bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini, terutama hal - hal yang berkaitan dengan hutang piutang.
Jerome tertawa kecil dan melanjutkan kalimatnya. "Tentu saja, semua ini tidak akan cuma - cuma. Aku tetap meminta kompensasi yang menguntungkan bagi diriku."
"Kurang ajar!?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
kimraina
Apa kah itu ya?
2023-09-07
2