Merupakan hal yang lumrah ketika kantin berada dalam kondisi yang ramai dan penuh sesak begitu waktu istirahat tiba. Suara teriakan dan seruan maupun siswa yang saling berbincang terdengar bagai dengungan lebah. Sebenarnya bel akan berbunyi sebentar lagi, tetapi tidak membuat kantin berkurang pengunjung.
"Rys, gak mau nambah? Masa cuma makan itu aja."
"Gak usah, Kak, nanti aku malah kekenyangan." Rysan menolak dengan cepat. Lambungnya benar-benar sudah terisi penuh, tidak bisa dimasuki makanan lagi.
Tidak mau memaksa, Rey mengiyakan saja. Tangannya terulur untuk mengusap kepala adik sepupunya dengan sayang.
"Traktir kita aja, Kak!" Auri berseru.
"Bener, sebagai kakak yang baik, harus baik juga dong sama temen adeknya."
"Gue setuju sama mereka, lo jarang banget traktir kita. Apalagi pas ulang tahun, tingkat kepelitan lo makin meningkat." Faris, teman Rey, ikut menimpali ucapan adik kelasnya.
Karena tidak ingin membuat image-nya jelek di depan Rysan, akhirnya Rey mengiyakan seruan mereka. "Oke, lo pada boleh ambil yang mana aja. Jangan makanan berat, bentar lagi udah mau masuk."
Ucapannya disambut seruan senang dari orang-orang yang berada di meja itu. Mereka dengan cepat bangkit dan menjelajahi stan yang ada di kantin.
"Nanti mau gak pulang sama Kakak?" Rey kembali beralih pada Rysan yang masih duduk dengan tenang di sampingnya.
Berpikir sejenak, kemudian Rysan langsung mengangguk. "Hum, boleh."
Selang beberapa meja dari tempat Rey, Rysan dan yang lainnya, tiga orang siswi memperhatikan mereka. Tanpa disadari, salah satunya memandang Rysan dengan tajam, sangat tidak suka dengan keberadaan gadis itu di sekitar laki-laki yang disukainya.
"Tuh, cewek kegatelan banget deketin Rey. Lo gak marah, Rin, liat gebetan lo dideketin gitu?"
"Iya, Rin. Dari yang gue perhatiin mereka udah deket sejak masa orientasi."
Beralih kepada temannya, siswi bernama Airin itu memandangi temannya dengan kesal. "Lo pikir gue bakal diem aja biarin, tuh, cabe lama-lama deket sama Rey. Nggaklah, gue bakal buat cabe itu gak berani ke sekolah lagi."
"Gak lama lagi kita bakal main sama cabe itu, tunggu aja," imbuhnya dengan senyum miring yang terukir di wajahnya.
"Aseek! Udah lama juga, ya, kita gak main yang seru."
"Hm, tunggu aja."
Di sisi lain, tidak jauh dari meja yang ditempati ketiga siswi itu, seseorang menatap mereka dengan lekat. Tidak ada yang memperhatikan keberadaannya. Hingga akhirnya ia memiliki beranjak dari sana. Melewati meja yang ditempati ketiga siswi itu, ia sengaja menyenggolnya sedikit sebelum hilang di antara lalu-lalang siswa yang lain.
"Tuh, orang jalan gak liat-liat banget."
"Udahlah, gak keliatan lagi juga. Ini juga penuh kantinnya."
·
Bel akan berbunyi untuk menandakan berakhirnya waktu sekolah, sekitar 5 menit lagi. Di sisa waktu itu, para siswa sudah tidak lagi fokus pada pembelajaran mereka. Bahkan ada beberapa yang sudah merapikan buku dan peralatan tulis untuk dimasukkan kembali ke dalam tas.
"Untuk tugas, kerjakan uji kompetensi yang ada di halaman tiga-puluh-tujuh, dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Jika ada kesulitan bisa menemui saya di ruang guru."
"Terima kasih, Bu." Siswa di kelas 10 MIA 2 berseru serempak sebelum Bu Lina keluar dari kelas mereka.
Setelah kepergian guru yang mengajar mata pelajaran terakhir di kelas mereka, bunyi grasak-grusuk memenuhi atmosfer kelas. Satu per satu siswa meninggalkan kelas setelah memastikan barang milik mereka tidak tertinggal.
"Ingat yang piket woi! Jangan pada kabur! Yang kabur siapin denda lima ribu!" Dhea, perangkat kelas bagian kebersihan, berteriak mengingatkan siswa sekelasnya.
"Kalian berdua mau kita tungguin gak?" Auri memutar tubuhnya untuk bertanya pada Lyra dan Rysan yang duduk di belakangnya.
"Gak perlu," jawab Lyra, juga mewakili Rysan yang masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Gadis itu hanya mengangguk mendengar jawaban yang diberikan Lyra.
"Oke, kalau gitu kita duluan. Bye!"
Selesai dengan bukunya yang sudah kembali masuk ke dalam tas, Rysan langsung bergabung dengan siswa sekelas yang sudah melakukan tugas piket mereka lebih dulu. Ia mengambil bagian tugas menyapu depan kelas. Tugasnya selesai dengan cepat sehingga bisa menyusul siswa lain yang sudah kembali ke dalam kelas untuk bersiap pulang.
"Pulangnya pake apa, Ra?" Rysan bertanya seraya meraih tasnya.
"Gue pake ojol. Lo sendiri?"
"Kayaknya dijemput, tapi kalau Kak Rey belum pulang berarti gue bareng."
Lyra membalasnya dengan anggukan singkat. Kemudian mereka berjalan bersama keluar kelas.
Sampai di tempat parkir, mobil yang digunakan Pak Dani-sopir keluarganya-sudah terlihat tidak jauh dari gerbang. Rysan awalnya menawarkan untuk menunggu bersama sampai ojek pesanan Lyra datang, tetapi langsung ditolak oleh gadis itu.
"Gak papa, Rys. Ini bentar lagi juga udah sampe." Lyra berujar sambil menunjukkan layar ponselnya.
"Oke kalau gitu, gue duluan. Bye!"
Butuh beberapa menit bagi mobil itu untuk membelah jalanan kota yang sedikit padat hingga akhirnya sampai di kediaman Anansyah. Rysan langsung keluar setelah mobil berhenti.
Sedikit berlari kecil untuk memasuki rumah besar itu, ketika masuk ia disambut oleh keberadaan Jason yang baru menuruni tangga.
"Kak Jason udah selesai kuliahnya?" Rysan bertanya, siapa tahu kakak keduanya itu hanya sedang break sebelum pergi lagi untuk mata kuliah selanjutnya.
"Iya, Rys." Jason mengusap ringan puncak kepala Rysan. "Gimana sekolahnya tadi?"
"Biasa aja, gak ada yang menarik. Untungnya tugas hari ini cuma satu."
"Nanti mau Kakak bantuin?" tawar laki-laki dua puluh satu tahun itu.
"Nggak usah, aku bisa sendiri. Kalau ada yang susah baru aku ke Kak Jason nanti." Rysan menolak dengan halus.
"Oke, kamar Kakak selalu terbuka untuk kamu."
"Ya udah, kamu cepetan ganti baju terus kita makan siang bareng," imbuh Jason seraya meraih kedua pundak Rysan lalu mengarahkannya ke tangga.
"Oke." Rysan membalas singkat. Kemudian dengan cepat menapaki anak tangga. Namun, baru beberapa anak tangga yang ia lewati, seruan Jason membuatnya harus menurunkan kecepatan.
Selang 20 menit kemudian, kedua kakak-beradik itu sudah berada di ruang makan. Jason dengan cekatan mengisi piring di depan Rysan dengan nasi beserta lauk-pauknya.
"Kak, Mama ke mana? Aku gak liat sedari pulang tadi." Rysan menunda menyuapkan makanan begitu menyadari sesuatu.
"Oh, tadi Mama pergi sama Mami. Katanya gak lama, sih, tapi Kakak gak tahu juga ke mana perginya." Jason membalas dengan suara lembut.
Rysan hanya mengangguk sebagai balasan kalau ia paham. Kemudian melanjutkan kegiatan makannya yang sempat ia tunda.
Mereka makan dengan tenang sampai selesai.
Setelahnya, untuk mengisi waktu, kakak-beradik itu memilih bersantai di ruang keluarga dan menonton film.
Karena terlalu menikmati acara bersantai mereka, kedua kakak-beradik itu tidak sadar kelopak mata mereka memberat, dan akhirnya membuat mereka jatuh tertidur dalam posisi saling merangkul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
susah membayangkan model tidurnya...
2023-09-23
0