Pemuda Tampan Incaran Wanita

Pemuda Tampan Incaran Wanita

Menuju Kantor

"Kring ... kring ... kring"

Terdengar alarm berbunyi di sebuah kamar kost yang membangunkan seorang pemuda dari tidurnya. Tangannya langsung meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya, bermaksud mematikan alarm yang berdering di ponsel miliknya.

"Sudah pagi, sebaiknya aku harus siap-siap," ucap pemuda tersebut yang langsung bangun dari tempat tidurnya. Dengan langkah cepat, dia langsung mengambil handuknya dan bergegas menuju kamar mandi.

Hari senin jam enam pagi di jalanan ibu kota sudah cukup ramai. Terlihat kendaraan pribadi dan kendaraan umum berlalu lalang berlomba dengan kemacetan jalan raya. Para pekerja kantoran dan pabrik sudah mulai keluar rumah menuju tempat kerjanya masing-masing.

Devano masih bersiap-siap membenahi penampilannya. Dia merapikan kemejanya dan menyisir rambutnya di depan cermin di kamar kost miliknya.

"Hari pertama masuk kantor tidak boleh terlambat. Lebih baik datang lebih awal, gak masalah walau satu jam lebih awal nyampe kantor," batin Devano yang memandang dirinya dari pantulan cermin.

Setelah di rasa penampilannya sempurna, Devano langsung meraih ponselnya dan membuka aplikasi ojol. Sebenarnya dia bisa saja menaiki bus untuk mengantarnya ke tempat kerja layaknya pekerja kantor lainnya, tapi menurutnya naik ojek akan lebih cepat sampai di kantornya di bandingkan menggunakan bus atau taksi.

Dia sudah mencoba menaiki bus 3 hari yang lalu saat pertama kali datang ke tempat kostnya, perlu sekitar 20 menit untuk sampai ke tempat kerjanya kalau jalanan lancar.

Devano pun berjalan keluar setelah semuanya di rasa selesai dan dia menunggu ojek di luar pagar rumah kostnya.

"Huft ... masih jam 06:25. Apa aku terlalu pagi? Tapi gak apa-apalah sudah terlanjur pesan ojek," lirih Devano sembari melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Eh, Devan. Pagi-pagi mau kemana?" tanya Bu Mita dengan ramah dan merupakan pemilik rumah kost.

"Devan mau ke tempat kerja, Bu. Ini lagi nungguin ojek," jawab Devan.

"Oh, jadi ingat anak ibu yang merantau di luar daerah," ucap Bu Mita yang merindukan anaknya yang berada di luar daerah untuk melanjutkan studi.

"Baiklah, Ibu permisi dulu. Mau jemur pakaian di depan!" ucap Bu Mita yang langsung pergi setelah di balas dengan anggukan kepala oleh Devan.

Beberapa menit kemudian, ojek pun datang dan langsung membawa Devano menyusuri keramaian jalan pusat ibu kota.

Jalanan tampak lebih padat dari hari biasanya, mungkin karena hari ini adalah hari senin, hari pertama mengawali aktivitas setelah hari libur dalam satu pekan.

Ojek pun terus melaju menuju titik lokasi yang di beritahukan oleh Devano. "Pak, gedungnya yang sebelah kiri itu yah, nanti muter di depan sana!" kata Devano.

"Iya Mas," sahut Pak ojek yang di sertai dengan anggukan kepala.

Sudah terlihat tulisan "Arkana Group" di atas gedung yang paling tinggi. "Akhirnya nyampe juga!" ucap Devano menatap kagum gedung yang ada di depannya.

Dia tidak percaya bahwa ia akan berkerja di perusahaan besar yang cukup punya nama di ibu kota. Lalu Devano mengeluarkan uang 50 ribu rupiah dari dalam saku celananya. "Ini, Pak. Ambil aja kembaliannya."

"Terima kasih banyak, Mas. Semoga Tuhan membalas perbuatan baiknya," kata bang ojek. "Hmm ... syukurlah. Banyak sekali lebihnya, lumayan," gumamnya.

Devano hanya tersenyum dan langsung pamit berjalan menuju kantornya, memasuki lobi. Di dalam gedung tersebut masih tampak sepi hanya terlihat satu orang. Bagaimana tidak sepi? Sekarang masih jam 07:05, sementara jam masuk kantor jam 09:00.

Dan sepertinya orang yang di lihat Devano yang berdiri di dekat meja merupakan Security yang sedang bertugas.

Melihat Devano memasuki lobi, Security tersebut langsung menghampirinya. "Selamat pagi, Mas. Maaf mau bertemu dengan siapa?" tanya Security pada pria yang bertubuh tinggi yang berhidung mancung di depannya.

Security tersebut belum mengenali Devano sebagai karyawan baru di sana karena tidak menggunakan id card yang di gunakan oleh karyawan di perusahaan ini.

"Pagi, Pak. Maaf saya pegawai baru di sini, bagian rancang bangunan. Saya di minta masuk untuk bertemu dengan HRD jam 09:00. Saya datang lebih awal agar terhindar dari macetnya jalan raya," jawab Devano.

"Oh ... maaf Mas. Saya tidak mengenali Anda, silahkan langsung ke lantai 12 saja. Sebaiknya mas tunggu di sana, hanya mungkin staf HRD belum ada yang datang," kata Security mengarahkan. "Nanti mas bisa nunggu di ruang tunggu, di sana nanti ada petugas Security yang juga bertugas.

"Terima kasih banyak, Pak. Oh yah, kalau perpustakaan di sebelah mana yah?" tanya Devano.

"Sambil nunggu, lebih baik baca-baca buku dulu. Lumayan bisa dapat ilmu," pikir Devano.

"Di lantai 12 juga, Mas. Setelah keluar dari lift ke arah kanan paling ujung, silahkan!"

"Baik, Pak."

****

Lantai 12

Setelah keluar dari lift, Devano langsung menuju ke arah perpustakaan sesuai dengan arahan dari Security tadi. Terlihat suasana yang sepi dan tidak ada orang.

Tanpa pikir panjang, Devano langsung memilih buku yang ingin dia baca. Dia membaca buku mengenai rancang bangunan yang merupakan bidang yang akan di gelutinya.

Devano suka sekali membaca buku, walaupun di era sekarang informasi mudah di dapatkan di internet. Tapi menurutnya dengan membaca buku, otaknya lebih di tuntut untuk berpikir yang kemudian akan menemukan ide-ide baru.

Setelah beberapa halaman buku di baca, tiba-tiba Devano teringat dengan ibunya yang ada di Surabaya. Lalu Devano pun mengeluarkan ponsel miliknya dari tas, sambil duduk dan meletakkan buku di atas meja.

Dia menelpon ibunya karena merasa rindu setelah beberapa hari tidak bertemu. Sebelumnya Devano tinggal bersama ibunya dan kedua adiknya di Surabaya. Baru tiga hari yang lalu pindah ke Jakarta karena urusan pekerjaan.

"Berdering ...." Tulisan yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, Devan. Gimana kabarmu?" tanya ibunya setelah panggilan tersambung.

"Halo, Bu. Devan baik-baik saja," kata Devano bahagia mendengar suara ibunya. "Ibu gimana kabarnya? Sama siapa di rumah?

"Syukurlah, Nak. Ibu baik-baik saja. Ini Ibu lagi sama Diva, dia belum berangkat kuliah. Kamu belum berangkat kerja?" tanya ibunya.

"Devan sudah nyampe di kantor, Bu. Ini lagi nunggu mau ketemu bagian HRD dulu," kata Devano. "Devan kangen sama Ibu, padahal cuma beberapa hari gak ketemu. He ... he ... he ...."

"Ibu juga kangen samamu, Nak."

"Ibu jaga kesehatan yah, jangan lupa di minum obatnya. Devan sudah beritahu Diva untuk beri obat pada Ibu," pesan Devano. Belakangan ini kesehatan ibunya sedikit menurun.

"Iya, Devan. Kamu juga jaga kesehatan di sana. Jangan sampai lupa makan, ibu akan mendoakan terus supaya kerjamu lancar," ucap ibunya.

"Iya, Bu. Sudah dulu yah Bu, sepertinya karyawan lain sudah mulai pada datang. Salam buat Diva dan Kevin yah Bu."

"Iya, Nak."

Lalu Devano keluar dari ruang perpustakaan menuju ruang HRD. Terlihat pegawai kantor sudah mulai berdatangan dan saling menegur sapa. Sepertinya di lantai 12 ini ada beberapa bagian divisi yang berbeda.

Devano pun berjalan menuju ruangan bertuliskan HRD. Setelah masuk dia menghampiri meja resepsionis dan terlihat wanita muda dengan penampilan rapi sedang bertugas.

"Selamat pagi, Mbak." Sapa Devano yang berdiri di depan meja resepsionis.

"Selamat pagi. Oh iya, ini pak Devano yah? Selamat datang, Pak. Tadi pak pak Ridwan menghubungi saya bahwa beliau masih di perjalanan menuju kantor."

Lalu wanita itu mengantar Devano ke ruang tamu yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk HRD. "Silahkan duduk pak Devan. Oh iya, sebelumnya perkenalkan saya Dhea sekretaris pak Ridwan," ucap Dhea memperkenalkan dirinya.

"Maaf saya memanggil dengan sebutan pak Devan karena di sini semua pegawai di panggil dengan sebutan bapa ibu."

"Oh gak apa-apa bu Dhea. Saya paham kok, ini kan lingkungan kerja," ujar Devano sambil tersenyum.

"Sebenarnya cocoknya di panggil mas Devano. Kan masih muda, cakep lagi. Lihat hidungnya mancung banget, bikin jantung berdebar aja ketika melihatnya," batin Dhea memandangi Devano.

"Pak, Devan. Maaf saya tinggal dulu sebentar."

"Silahkan Bu Dhea."

Dhea pun berjalan meninggalkan Devano sendirian. Saat akan duduk di meja kerjanya, tiba-tiba terlihat pak Ridwan sudah tiba di kantor.

"Selamat pagi Pak," sapa Dhea. "Sesuai dengan perintah Bapak, pak Devano sudah saya arahkan di ruang tamu."

"Baik, siapkan draft kontrak kerjanya dan ajak masuk ke ruangan saya," titah pak Ridwan.

"Baik, Pak."

Tak butuh waktu yang lama, Devano sudah tiba di ruangan pak Ridwan. "Silahkan duduk pak, Devan."

"Terima kasih Pak," sahut Devano.

"Baik, sebelumnya selamat bergabung di perusahaan ini. Saya harap Pak Devan bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini," kata pak Ridwan.

"Baik Pak Devan, sekarang kita membahas-" kata pak Ridwan terpotong saat suara ponselnya berdering, dia langsung meraih ponselnya yang berada di atas meja.

"Sebentar yah Pak Devan, pak Presdir telfon."

"Silahkan Pak," sahut Devano tersenyum.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Mampir di sini dulu

2024-04-09

1

HARTINMARLIN

HARTINMARLIN

harus hari pertama kerja harus tepat waktu dan tetap semangat 💪💪

2024-03-20

1

HARTINMARLIN

HARTINMARLIN

assalamualaikum hai 🤚🤚 salam kenal dari ku

2024-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Menuju Kantor
2 Ruangan Kerja Baru
3 Senior bagaikan Sahabat
4 Menikah?
5 Keinginan Ibu
6 Wanita yang Mirip
7 Berkhayal
8 Jalan Bareng
9 Presdir
10 Calon Pendamping Hidup?
11 Obrolan Devano dan Naura
12 Ruangan Presdir
13 Curhatan Presdir
14 Tidak Terduga
15 Putri Presdir
16 Obrolan Devano dan Luna
17 Ajakan Renatta
18 Obrolan Devano dan Renatta
19 Jawaban Devano
20 Berita Bahagia
21 Pulang Kampung
22 Kehangatan Keluarga
23 Mimpi
24 Gelisah
25 Ada dengan Ibu?
26 Rumah Sakit
27 Saling Menguatkan
28 Merasa Tenang
29 Membaik
30 Kembali Memburuk
31 Ikhlas
32 Rindu Ibu
33 Jabatan Baru
34 Makan siang bersama Keluarga Presdir
35 Permintaan pertama Stephanus
36 Permintaan kedua Stephanus
37 Pilihan yang Sulit
38 Acara Syukuran
39 Jalan-jalan
40 Kembali Bertemu
41 Kecemasan Diva
42 Pilihan Devano
43 Jawaban Devano
44 Reaksi Keisha
45 Memberi Pemahaman
46 Keisha Kabur?
47 Keberadaan Keisha
48 Kekhawatiran Stephanus
49 Mencari Keisha
50 Membatalkan Perjodohan
51 Melihat Naura
52 Bersedia Menikah
53 Ibunya Keisha Sadar
54 Obrolan Keisha dengan Ibunya
55 Rencana Pernikahan
56 Acara Pernikahan
57 Cincin Pernikahan
58 Akrab
59 Pelukan
60 Siapa yang Telpon?
61 Saling Diam
62 Rasa Benci
63 Tersadar
64 Belajar Melayani Suami
65 Pisah Rumah
66 Pisah Kamar
67 Memberi Pemahaman
68 Kehidupan Terbalik
69 Kedatangan Seseorang
70 Merahasiakan
71 Ada Apa dengan Keisha?
72 Bertukar Pesan
73 Pemandangan yang Baru
74 Tugas Dadakan
75 Bantuan Devano
76 Kemana Keisha?
77 Mau Sampai Kapan?
78 OTW ke Surabaya
79 Dia adalah Istriku
80 Berjanji
81 Jatuh dalam Pelukan
82 Tantangan
83 Lagu untuk Seseorang
84 Perihal Naura
85 Minta di Temanin
86 Merasa Nyaman dalam Pelukan
87 Surat Cinta
88 Berkunjung ke Sebuah Tempat
89 Terharu
90 Suami Idaman
91 Kejutan
92 Pulang terlambat
93 Minta Maaf
94 Salah Sangka
95 Kecemburuan Naura
96 Kecemburuan Keisha
97 Putus
98 Kedekatan Naura dan Luna
99 Rindu
100 Video Call
101 Kisah yang Terulang
102 Perubahan Sikap Devano
103 Acara Gathering
104 Belum Saatnya
105 Lomba Kreasi Seni
106 Tunangan?
107 Cinta Segitiga
108 Di Pijitin?
109 Devano Sakit?
110 Perubahan Sikap Keisha
111 Perasaan Naura
112 Modus
113 Pertemuan yang tak diharapkan
114 Takdir Jodoh
115 Patah Hati
116 Ingin Bertemu
117 Bertemu di kafe
118 ID Card siapa?
119 Cemburu
120 Sahabat terbaik
121 Keisha Berulah
122 Marah
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Menuju Kantor
2
Ruangan Kerja Baru
3
Senior bagaikan Sahabat
4
Menikah?
5
Keinginan Ibu
6
Wanita yang Mirip
7
Berkhayal
8
Jalan Bareng
9
Presdir
10
Calon Pendamping Hidup?
11
Obrolan Devano dan Naura
12
Ruangan Presdir
13
Curhatan Presdir
14
Tidak Terduga
15
Putri Presdir
16
Obrolan Devano dan Luna
17
Ajakan Renatta
18
Obrolan Devano dan Renatta
19
Jawaban Devano
20
Berita Bahagia
21
Pulang Kampung
22
Kehangatan Keluarga
23
Mimpi
24
Gelisah
25
Ada dengan Ibu?
26
Rumah Sakit
27
Saling Menguatkan
28
Merasa Tenang
29
Membaik
30
Kembali Memburuk
31
Ikhlas
32
Rindu Ibu
33
Jabatan Baru
34
Makan siang bersama Keluarga Presdir
35
Permintaan pertama Stephanus
36
Permintaan kedua Stephanus
37
Pilihan yang Sulit
38
Acara Syukuran
39
Jalan-jalan
40
Kembali Bertemu
41
Kecemasan Diva
42
Pilihan Devano
43
Jawaban Devano
44
Reaksi Keisha
45
Memberi Pemahaman
46
Keisha Kabur?
47
Keberadaan Keisha
48
Kekhawatiran Stephanus
49
Mencari Keisha
50
Membatalkan Perjodohan
51
Melihat Naura
52
Bersedia Menikah
53
Ibunya Keisha Sadar
54
Obrolan Keisha dengan Ibunya
55
Rencana Pernikahan
56
Acara Pernikahan
57
Cincin Pernikahan
58
Akrab
59
Pelukan
60
Siapa yang Telpon?
61
Saling Diam
62
Rasa Benci
63
Tersadar
64
Belajar Melayani Suami
65
Pisah Rumah
66
Pisah Kamar
67
Memberi Pemahaman
68
Kehidupan Terbalik
69
Kedatangan Seseorang
70
Merahasiakan
71
Ada Apa dengan Keisha?
72
Bertukar Pesan
73
Pemandangan yang Baru
74
Tugas Dadakan
75
Bantuan Devano
76
Kemana Keisha?
77
Mau Sampai Kapan?
78
OTW ke Surabaya
79
Dia adalah Istriku
80
Berjanji
81
Jatuh dalam Pelukan
82
Tantangan
83
Lagu untuk Seseorang
84
Perihal Naura
85
Minta di Temanin
86
Merasa Nyaman dalam Pelukan
87
Surat Cinta
88
Berkunjung ke Sebuah Tempat
89
Terharu
90
Suami Idaman
91
Kejutan
92
Pulang terlambat
93
Minta Maaf
94
Salah Sangka
95
Kecemburuan Naura
96
Kecemburuan Keisha
97
Putus
98
Kedekatan Naura dan Luna
99
Rindu
100
Video Call
101
Kisah yang Terulang
102
Perubahan Sikap Devano
103
Acara Gathering
104
Belum Saatnya
105
Lomba Kreasi Seni
106
Tunangan?
107
Cinta Segitiga
108
Di Pijitin?
109
Devano Sakit?
110
Perubahan Sikap Keisha
111
Perasaan Naura
112
Modus
113
Pertemuan yang tak diharapkan
114
Takdir Jodoh
115
Patah Hati
116
Ingin Bertemu
117
Bertemu di kafe
118
ID Card siapa?
119
Cemburu
120
Sahabat terbaik
121
Keisha Berulah
122
Marah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!