Happy reading
Ponsel ku kembali berdering. Aku kembali tersadar dari lamunan ku. Segera ku buka ponsel dan ku buka pesan dari Lidia yang mengatakan dia sudah menunggu ku di lobby apartment ku. Hh.. anak ini. Biasa nya juga dia langsung masuk ke apartment ku tanpa permisi. fyi, Lidia itu tau password apartment ku. Aku segera menelpon nya.
"Naik aja kali Li. Kayak baru pertama aja datang kesini" sungut ku.
Lidia tertawa " Yahh. Kirain kan lo mau jemput gue lobby, biar romantis gitu"
Aku mendengus "Malas"
"Iya iya gue naik sendiri." kata nya sambil memutuskan sambungan telpon.
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu apartment ku terbuka. Dan...
"I'm coominggg...." Lidia segera memeluk ku dan cipika cipika.Aku hanya berdiri pasrah.
"Mau ngapain sih" kata ku sambil mengacak acak plastik belanjaan nya. Lidia memang selalu bisa diandalkan kalau soal makanan. Plastik yang dibawa nya berisi makanan, cemilan.
"Weekend dong. Gue tau lo lagi galau. Maka nya gue memutuskan untuk nginep disini. Nemenin lo. Gue takut lo bunuh diri." Lidia segera mengambil satu cemilan dan langsung melahap nya. Dasar rakus.
Aku tidak bisa untuk tidak bertanya. Tau dari mana dia kalau aku sedang galau?
"Tau apaan lo gue lagi galau" kata nya mengerutkan alis.
"Haha.. Tau lah, tuh keliatan muka lo kusut bener. Kayak kanebo kering."
Aku langsung melemparnya dengan bantal sofa. "Inez udah cerita?" kata ku sambil mencomot cemilan nya.
Lidia memperbaiki posisi duduk nya menghadapku. " Iya dia udah cerita kemarin, kata nya segan ngomongin ke lo. Gue bilang kenapa mesti di tutup tutupin. Mending dia ngomong aja ke lo."
Aku hanya bisa memijat kening ku. Takdir emang selucu ini. Pria yang ku tunggu selama hampir setengah usia ku, malah pacaran dengan sahabat ku Hhh...
"Terus lo bilang apa waktu dia kasih tau lo tentang hubungan mereka?" Lidia kembali bersuara.
Aku menghela nafas panjang.
"Emang menurut lo gue harus bilang apa? Wow.. Selamat Nez, gue turut bahagai. Gitu?" Gue mulai nyolot. Udah tau gue lagi galau. Nih anak malas ngasi pertanyaan yg bikin otak gue makin mumet.
Lidia tertawa terbahak bahak. "Ya gak gitu juga kali. Seenggak nya lo bilang Wah.. selamat ya, akhir nya si PHP dan si pengkhianat si persatukan Tuhan" Lidia masih belum mengakhiri tawa nya.
See? dia masih bisa tertawa di atas penderitaan ku.
Aneh nya, Lidia tertawa, tapi kenapa air mata lakn*t ini malah menetes. Lidia segera menghentikan tawa nya.
Dia meletakkan cemilan nya dimeja dan segera memeluk ku. "Sstt.. udah jangan nangis. Air mata lo terlalu berharga buat nangisin mereka" Lidia menepuk nepuk punggung ku.
Air mata ku malah semakin mengalir deras. Seandainya dari dulu aku mendengar kan ucapan Lidia untuk tidak lagi mengharapkan Adam.
Ya, dari awal Lidia memang sudah memberi ku peringatan agar jangan terlalu berharap pada Adam. Lidia mengakui kalau Adam memang pria yang baik dan pacarable. Tapi mengingat jarak dan komunikasi kami yang sangat sangat tidak ada kemajuan, Lidia mewanti wanti ku sejak awal. Selama 2 tahun mengenal Adam, komunikasi kami hanya berjalan lancar ketika Adam berada dikota ini. Ketika dia kembali ke kota tempat nya menimba ilmu, maka kami akan lost contact. Begitu lah ritme hubungan kami selama 2 tahun perkenalan. Tidak ada kemajuan sama sekali. Tapi aku benar benar menikmati moment kebersamaan kami selama dia di kota ini. Menjelang tahun ketiga, hubungan kami mulai renggang. Ketika dia kembali ke kota ini pun dia tidak menemui ku, bahkan memberi kabar pun tidak. Yang ku tau hanya, dia baru saja diterima di sebuah perusahaan yang berada di kota tempat nya menuntut ilmu. Aku bahagia dia di terima di perusahaan besar itu. Jadi aku berpikir postif, mungkin dia sedang sibuk beradaptasi dengan kegiatan baru nya.
Sampai saat ini pun aku masih berusaha berpikir positif. Mungkin dia sedang menunggu waktu yang tepat. Pikiran itu lah yang selama ini ku tanamkan dalam otak ku. Sampai ketika tadi pagi Inez memberi kabar yang benar benar tidak ingin ku ketahui, pikiran ku kacau. Pertahanan ku runtuh. Aku tidak menyangka mereka sejahat itu padaku.
Mengapa Adam mengingkari janji nya dan memacari Inez, tidak kah Adam tau bahwa Inez adalah sahabat ku? Sejak kapan mereka dekat? Kemana janji nya dulu?
Dan Inez, Inez lah yang paling tau tentang perasaan ku pada Adam. Karena selama kuliah aku tinggal satu kost. Tidak ada cerita yang kulewatkan tentang Adam pada nya. Dia menjadi saksi ketika aku sering senyum senyum sendiri ketika Adam mengantar ku sampai depan kost kami. Inez menjadi saksi tangisan ku ketika Adam kembali ke kota nya. Dan Inez pula yang selalu menghibur ku ketika aku uring uringan karena rindu pada Adam.
Lalu apa yang terjadi sekarang? Mereka pacaran?? Takdir oh takdir
Lidia masih menepuk nepuk punggung ku ketika aku mengurai pelukan kami. Thank God, setidak nya aku memiliki Lidia yang tak akan mengkhianati ku. Walaupun kadang menyebalkan, tapi Lidia selalu ada di saat aku terpuruk dan hilang arah.
Lidia memberi ku segelas air putih. Kapan dia ke pantri? Terlalu asyik menangis aku sampai tidak sadar kalau sahabat ku ini sudah mengambilkan air putih untuk ku dan meletakkan sepiring martabak. Tadi Lidia memang membawa martabaj ketika kesini.
"Minum dulu, terus dimakan martabak nya. Nangis juga butuh tenaga keles."
Aku mengambil gelas itu dari tangan nya dan menenggak isi nya hingga tandas. Lalu kuambil sepotong martabak dan memakan nya dengan gigitan besar. Aku memang sangat lapar. Dari tadi pagi aku tidak selera makan.
"Pelan pelan kali Nyak. Ntar lo kesedak, terus meninggoy gimana. Entar orang orang ngira nya lo bunuh diri karena galau. Gak tau nya karena kesedak martabak" Lidia tertawa keras sambil memegangi perut nya.
Aku melengos " Mulut dijaga. Gue gak se frustasi itu sampai ada niatan buat bunuh diri" Aku mengambil potongan kedua martabak itu dan memakan nya. Enak banget. Biasa nya martabak yang dibawa Lidia tak se enak ini. Aku harus tanya dimana dia membeli martabak ini. Kalau sewaktu waktu aku galau lagi, tinggal beli martabak ini deh hehe
Tetap dukung author dengan Like, komen dan subscribe ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Cita Solichah
ni ya kan yg critanya papanya dh meninggal pas dy br kenal adam
2024-08-26
0