Pukul 13.00, mereka sudah sampai di terminal Blok M Jakarta Selatan. Ini bukan pertama kali Mentari ke Jakarta karena sebelumnya sudah pernah kuliah di Jakarta. Reyhan dan Mentari mencari taksi untuk menuju ke rumah keluarga besar Reyhan yang berada di tengah pusat kota.
“Sayang, apa kamu sudah merasa lapar?”
“Iya .. nih makan dulu yuk dek, ehh … sayang … haha, sekarang dek Tari kan setengah nafasku.”
“Ihh .. mas Rey, gombal melulu deh …,” cetus Tari tangannya sambil mencubit pinggang Reyhan.
“Auw … awas ya, ntar mas bikin sayang ketagihan terus ama mas.” Tampak senyuman bahagia yang selalu terpancar dari garis-garis wajah Reyhan.
Dalam perjalanan menuju rumah Reyhan, Mentari selalu bertanya tentang keluarga Reyhan, kakak-kakaknya, adiknya juga
kedua orang tuanya. Dia sudah mempersiapkan banyak jawaban jika nanti keluar sebuah pertanyaan dari kedua mertuanya.
Tibalah Mentari di depan rumah putih yang besar dan mewah, mobil mewah dengan berbagai merek berjejer rapi di halaman parkiran yang begitu luas. Dia disambut dengan beberapa pelayan, taman yang sangat indah dan gemericik air mancur beserta kolam yang berisi ikan-ikan mahal. Namanya juga orang kaya pasti peliharaan ikannya bukan ikan yang kaleng-kaleng.
“Sayang, ini rumah kamu? Wahh … bagus sekali.” Mata Tari terbelalak melihat rumah Reyhan yang seperti istana di dalam dongeng.
Mentari tidak menyangka dan membayangkan kalau suaminya ternyata anak konglomerat yang cukup disegani banyak orang termasuk pesaing-pesaing bisnisnya. Reyhan adalah satu-satunya anak lelaki di dalam keluarga besar Abraham sebagai CEO di perusahaan milik Ayahnya yang selalu berkembang pesat.
“Iya … istriku yang cantik, apa kamu suka?”
“Tari, suka.” Dengan jantungnya berdegup dag- dig- dug Tari menjawab Reyhan.
“Tuan Muda, sudah pulang? Mama Papa Tuan Muda khawatir dengan Tuan yang berhari-hari tidak ada kabar sama sekali.” Tanya salah satu pelayan.
"Deg! Tuan Muda! dia seorang Tuan Muda, apa aku tidak salah menikah dengan dia, aku seperti cinderella saja," gumam Tari dalam hatinya yang menoleh ke arah Reyhan.
“Mama papa ada di rumah, sekarang?”
“Ada, Tuan, selama Tuan tidak ada kabar Beliau tidak pernah pergi kemana-mana, bahkan sampai memasukkan berita orang hilang ke dalam koran,” jawab seorang pelayan.
Mentari dan Reyhan melangkah masuk kedalam rumah. Reyhan menggandeng tangan Mentari di depan para pelayan menuju ruang keluarga.
“ Ma … Pa … Reyhan sudah pulang,” ucap Reyhan dengan suara lantang dan berlari memeluk mereka.
Mentari yang tertegun melihat kedua orang tua Reyhan hanya bisa menelan ludah. Wajah yang tampak berwibawa juga bijaksana menghiasi raut wajah Bapak Reyhan, Abraham. Sedangkan Mamanya memiliki garis rahang yang tegas dan belum nampak ada garis-garis halus di wajahnya karena perawatannya yang cukup mahal agar selalu tampak awet muda.
“Kemana saja kamu, capung? Mamah khawatir, apakah kamu baik-baik saja? bagaimana makanmu sayang, apakah bergizi?” ujar mamah Reyhan dengan wajahnya dibanjiri air mata.
“Jelaskan, Reyhan selama ini kamu pergi kemana dan ini siapa yang kamu bawa?” tandas Papa Reyhan sembari matanya meneliti.
“Ehh … anaknya pulang bukannya disambut dengan makanan yang lezat-lezat ini malah di berondong banyak pertanyaan. Ma … jangan panggil capung donk … Reyhan kan bukan anak kecil lagi. Sayang, kenalin ini Mama Papa aku. Mama Papa ini Mentari Istri aku!”
Mendengar pengakuan dari anaknya, kedua orang tua Reyhan merasa kaget, tampak jelas terlihat keraguan pada wajah mereka. Gadis kampung berpakaian sederhana dan seperti kurang pintar berdiri di hadapan mereka masuk ke dalam bagian keluarga besar Abraham dan menyandang status nyonya Reyhan sang CEO.
“Saya Mentari Ma … Pa … istri mas Reyhan.” Dengan sopan Tari memperkenalkan dirinya, berjabat tangan dan mencium tangan kedua mertuanya.
“Oh … Mentari namanya,” jawab mertua perempuannya dengan ketus, matanya mengamati dari atas sampai bawah. “kampungan!
Mentari yang samar-samar mendengar ucapan mertuanya, membuatnya merasa hatinya sakit dan sedih.
“Antarkan dia ke kamar, dan jelaskan sama papa, paham?”
“Baik, Reyhan anter Mentari istirahat di kamar dulu ya Ma Pa, nanti Reyhan jelaskan semuanya.”
***
Mereka mengadakan pertemuan keluarga di ruang kerja tanpa ada Mentari. Mentari yang berada di kamar hanya bisa menunggu kabar dari suaminya.
“Reyhan! kenapa kamu menikahi gadis kampungan itu?” Mama Papa sudah menyiapkan calon yang terbaik buat kamu, anak perempuan dari rekan bisnis papa agar perusahaan kita semakin besar!” murka papa Reyhan.
“Kamu dibesarkan dengan baik di keluarga terhormat, makan enak, semua fasilitas mewah kamu dapatkan, pendidikan yang tinggi, tapi kenapa kamu mengecewakan kami?” ucap Mama Reyhan dengan menghela napas.
Dengan nada halus Reyhan menjelaskan dari awal pertemuan mereka sampai akhirnya menikah dengan Mentari.
“Buat Mama Papa, Mentari mungkin wanita yang kurang tepat untuk Reyhan, tetapi buat Reyhan dia wanita yang pantas mendampingi Reyhan,” ucap Reyhan kepada ke dua orang tuanya untuk meyakinkan mereka.
“Pa, gimana ini? anak laki-laki kita satu-satunya beristrikan gadis kampung. Orang luar akan berpikir apa ini, jika tahu semuanya!”
“Ya … mau gimana lagi, sudah terlanjur Mam, anak kita sudah menentukan sendiri pendamping hidupnya! kita tidak bisa menyuruh mereka untuk bercerai!”
Reyhan menyadari kalau orang tuanya tidak menyetujui pernikahan mereka. Dia kembali ke kamar dengan memalsukan senyumannya, memeluk mentari dari belakang yang sudah tertidur lelap.
“Sayang … Aku akan selalu menjagamu dengan baik,” lirih Reyhan dalam hatinya.
Reyhan keluar kamar, menuju kolam renang dengan membawa segelas soda kaleng di tangannya, duduk di pinggiran kolam menatap langit malam yang bertaburan bintang. Tiba-tiba dia didekati oleh seorang gadis berpenampilan sexy dengan belahan rok yang tinggi di pahanya,dengan glamour menenteng tas mahalnya yang ratusan juta harganya.
“Hey … lo pulang juga, dari mana saja kamu sampai satu negara heboh nyariin kamu.” Gadis itu bertanya dengan menepuk bahu Reyhan.
“Gue, nggak dari mana-mana sih, cuma bertapa di kampung yang adem yang nggak ada muka-muka palsu disana!” imbuh Reyhan dengan meneguk soda kaleng di tangannya,
“Kata Nyokap lo pulang bawa perempuan?”
“Iya, dia istri gue.”
“Gadis seperti apa sih dia, sampai bisa membuat adik gue membuat keputusan besar tanpa melibatkan keluarganya!”
“Hmmm .., jangan banyak tanya ah, berisik aja gangguin orang lagi nyantai! lo sendiri baru pulang tengah malam gini pasti dari dugem ya?”
“haha .. haha, tau aja lo! udahlah gue mau masuk kamar! muach .. adekku sayang!” Lisa melangkah meninggalkan Reyhan dengan memberinya cium jauh.
Lisa adalah kakak kedua Reyhan, yang masih tinggal bersama orang tuanya karena belum menikah dia pernah merasakan sakit hati karena pengkhianatan pacarnya dan sahabatnya. Membuat dia menutup hati sampai saat ini.
“Seperti, apa gadis itu? yang nyokap bilang dari kelas bawah!” bisik Lisa dalam hatinya yang penasaran dengan alisnya naik sebelah.
bersambung …
Salam Bahagia dari cherry pen, jangan lupa like dan kasih bintang lima ya teman-teman☺️. Terima kasih semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Kasian bngt Tari klrga Rayhan tidak menyukainya,,,,,semoga saat Rayhan kerja,Tari tidak diperlakukan semena2 sm mertua dan kakak2 iparnya,,,,
2023-10-22
0