The Kill Gangster
Dorr
Telah terjadi tawuran antar dua gang mafia terbesar,yang sama sama kuat juga tidak terkalahkan.
"Rupanya kamu tidak menyerah"celetuk Damon,mengelus ujung pistolnya.
Gabriel, tubuhnya penuh darah, bersandar di tembok. "Tidak semudah itu mengalahkan saya," ucapnya, mengangkat satu tangan memberi kode pada anak buahnya bahwa dia baik-baik saja.
Gabriel rhys rhysander,adalah seorang bos mafia yang memiliki jiwa psikopat dan berhati dingin.Gabriel selalu mempunyai seribu cara untuk melawan musuh,termasuk berpura pura lemah agar lawan meremehkannya.
"Damon,kamu tidak pernah menang dari saya"lanjut Gabriel mencabut pisau yang menusuk perutnya sambil meringis menahan sakit.
Dengan cepat, Gabriel mengambil pistol yang tergeletak di tanah dan menembak perut Damon. Damon terjatuh, dan Gabriel menusuk perutnya. Darah muncrat mengenai wajah tampan Gabriel. "Saya sudah bilang, saya tidak semudah itu dikalahkan," bisiknya di telinga Damon.
Dorr
"Letakkan senjata kalian,tempat ini sudah di kepung!"teriak seorang polisi sambil membawa pistol.
Zia menghela napas kasar. "Gue nggak ada pilihan," gumamnya. Akhirnya, Zia membantu Gabriel dan membawanya ke rumahnya.
...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...
"Jijik banget gue lihatnya!"
"Keluar aja sana dari kampus!"
"lo aja sana yang keluar!"geram Zia menatap satu per satu gadis yang berjarak tidak jauh darinya.
Venezia zerlyn Shaqueena seorang gadis cuek dan selalu merasa bodoamat,dia hidup sendirian tidak mempunyai keluarga.Bahkan saudara saudaranya pergi meninggalkan gadis itu,hanya karena benci.
Meski populer di kalangan laki-laki karena kecantikannya, teman-teman kuliahnya tidak suka padanya karena dia berpacaran dengan seorang pemimpin gang motor.
"Udahlah sikat aja,habisi satu satu!"teriak Melodi,sahabat Zia sejak,"Mulut mulut minta di geprek!".
"WOY SIAPA YANG JELEK JELEKIN SAHABAT GUE TADI,MAJU SINI!"murka Caca menghampiri Zia sambil menggulung lengan bajunya sebatas siku.
Zia tersenyum sinis,"Udahlah biarin aja,kita lihatin aja dulu"celetuknya sambil melirik sekitar.
"Zia gue nggak bisa kalo cuma diem gini,sekali dua kali okelah.Tapi ini setiap hari Zia!"ucap Caca menghembuskan napasnya kasar.
"Gue baik baik aja"balas Zia menepuk nepuk pundak Caca,"Makasih ya"
"Oh iya,kalian mau ikut nggak?"lanjut Zia,menatap dua sahabatnya bergantian.
"Kemana?"tanya Melodi dan Caca bersamaan.
...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...
"Zia,ini benar tempatnya?"tanya Melodi melirik sekeliling.
Zia berencana mengajak kedua temannya menemui Davin di markasnya. Namun, saat mereka sampai, Davin tidak ada. Salah satu teman Davin bilang bahwa Davin sedang bersama anggota gang lainnya di gedung tua.
Zia ingin tahu apa yang dilakukan Davin di gedung tua itu.Padahal Davin sudah berjanji akan menemui Zia dan mengajaknya jalan jalan,hari ini.
"Ya memang ini sih tempatnya"
Melodi mencekal lengan Zia,"Tapi nih tempat sepi,nggak ada siapapun disini,cuma kita bertiga?!"
"Diem deh,gue kaya denger suara orang berantem"ucap Caca menempelkan telunjuknya di bibir Melodi,"Suaranya dari sebelah sana,ayo"lanjut Caca menggandeng kedua temannya,seperti akan menyebrang jalan.
Zia mengendap endap perlahan,begitu juga dengan kedua temannya,mereka ingin tahu apa yang sedang terjadi.
"Pantes Zia,dia nggak ada waktu buat lo,kerjaannya berantem terus"sentak Melodi mengintip dari balik tembok.
Bugg .
"BRENGSEK!"murka Davin,memukul lawannya dengan tongkat bisbol,"HABISI DIA!"pintanya pada anggota draxlionz.
Anggota draxlionz mematuhi perintahnya,mereka mengeroyok seorang lelaki,yang dari dulu mereka incar.
"Kaya nggak asing wajah laki laki itu"cetus Zia melirik kedua sahabatnya,secara bergantian.
Caca kembali mengamati seorang lelaki yang dikeroyok anggota draxlionz,"Bu-bukannya itu yang pernah deketin lo Zia?"
Deg
...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...
Zia keluar dari tempat persembunyiannya,
setelah Davin dan anggotanya pergi.Dia meminta dua sahabatnya untuk membawa Fello ke rumah sakit,karena sudah tidak sadarkan diri sebab pengeroyokan yang dilakukan Davin dan anggota.
Zia sendirian di gedung tua,Dia berjalan keluar,sembari berpikir keras,"Apa sih maksud Davin menyerang tuh cowok?!"kesalnya bersedekap dada.
Srrt
"Aaaaaa!".
Zia berteriak,pergelangan tangannya dicekal oleh seseorang yang tidak dia ketahui.Perlahan namun pasti,Zia menunduk melirik ke bawah.
"Bantu saya, jika tidak, saya akan melaporkan kamu ke polisi.Disini sudah ada sidik jari kamu"ancam Gabriel,terduduk lemas di tanah,tubuhnya berlumuran darah.Dia menggenggam sebuah pisau,menempelkan ujung pisaunya di telapak tangan Zia.
Zia menghembuskan napas kasar,"Gue nggak takut dengan ancaman itu!"Geram Zia melepaskan cekalan Gabriel,dia beranjak pergi.
Gabriel bergegas menarik pergelangan tangan Zia,gadis itu mundur beberapa langkah lalu terjatuh di pangkuan Gabriel,"Sungguh? Dengan sidik jari ini kamu bisa di penjara"bisik Gabriel di telinga Zia.
Mereka berdua saling bertatapan, hembusan napas Gabriel membuat Zia merinding,dia menelan salivnya kasar.
...~♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡~...
Gabriel duduk di atas ranjang,dia melepas kemeja putihnya.Memperlihatkan bahunya yang lebar dengan pinggang yang ramping,tercetak jelas perut berbentuk kotak kotak.
Dengan ancaman pria itu,Zia terpaksa,membantu Gabriel dan mengizinkan untuk tinggal di rumahnya.
Zia menutup matanya dengan kedua tangan,"Kenapa harus buka baju sih!".
"Jika tidak saya buka,kamu tidak bisa mengobatinya"balas Gabriel mendongak ke atas menatap Zia.
"Ya-ya tapi-"balas Zia dia mengambil obat merah yang terletak di atas meja,dengan mata yang tertutup.Semoga saja tidak salah ambil.
"Mana sih yang luka?!"sentak Zia menyentuh perut kotak kotak Gabriel,dia memejamkan kedua matanya.
Sentuhan Zia,membuat Gabriel tertegun di tempat,dia mengerjab merasakan sentuhan tersebut.
Grepp
"Ehh?!"
Gabriel menarik pinggang Zia agar duduk di pangkuannya,"Memangnya kamu bisa mengobati luka dengan mata tertutup seperti itu?".
Zia membuka matanya perlahan,jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya.Jarak dia dengan Gabriel begitu dekat,hidung mereka bisa bergesekan.
"Lancang banget sih lo?!"sentak Zia ingin berdiri,tidak nyaman dengan posisinya.
Gabriel menelan salivnya kasar,dia hanya iseng ingin mengoda gadis itu,tetapi mengapa dirinya yang merasa tergoda?.
Gabriel menahan Zia,dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang gadis tersebut,"Cepat obati sekarang,atau kamu senang berlama lama dengan posisi ini?"ejek Gabriel lehernya berkeringat.
"Cih ngga jelas"dengus Zia mengobati luka Gabriel,membersihkan lukanya,memberi obat merah,lalu membalut lukanya dengan perban.
Gabriel menatap Zia dalam,bola matanya tertuju pada bibir marun Zia,"I like your lips"gumamnya.
Zia merinding dengan ucapan Gabriel,dia buru buru menyelesaikannya agar dirinya bisa segera keluar.
"Selesai!"pekik Zia dia berdiri dari pangkuan Gabriel,lalu berlari kecil keluar dari kamar tamu.
Zia mengambil fakultas kedokteran,jadi dia paham apa yang harus dia lakukan dengan luka tusukan.Terlebih Gabriel tidak ingin dibawa ke Rs,dia tidak bisa memaksanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments