Suami Pelunas Hutang 15

Ratih sampai di kantor polisi. Dia langsung membuat laporan. Oleh pihak polisi Ratih diminta ke rumah sakit demi menjalani visum. Hal tersebut tentu berguna sebagi penguat bukti atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Ratih.

Sekitar dua jam Ratih menjalani visum, hasil itu pun langsung keluar. Ia kemudian kembali ke kantor polisi untuk menyerahkan hasil visum, video yang ia rekam pun sudah ia pindahkan ke sebuah flash disk untuk memudahkan polisi menjalani penyelidikan.

" Baiklah Bu Ratih, kami akan memeriksa semua berkas yang Anda berikan. Mohon ditunggu, jika semuanya sudah lengkap kami akan menghubungi suami Anda untuk menjalani pemeriksaan lanjutan."

" Baik pak terima kasih, saya harap ini akan segera selesai sehingga saya bisa mengajukan gugatan cerai ke pengadilan negeri agama."

Polisi tersebut mengangguk dan mengatakan akan memproses laporan ini secepatnya. Ratih bernafas lega, paling tidak ia selangkah lebih dulu untuk segera berpisah dengan Hari. Satu hal yang saat ini ia pikirkan adalah bagaimana caranya Hari mau menalak dirinya.

Ratih mengendarai mobilnya kembali pulang. Tapi tiba-tiba ia teringat akan kos milik wanita yang jadi selingkuhan sang suami.

" Apa aku memeriksanya ke sana. Siapa tahu aku menemukan sesuatu di sana nanti."

Entah apa yang Ratih pikirkan, tapi dalam hatinya mengatakan bahwa ia harus menuju tempat itu. Ia harus memeriksa lokasi dimana wanita simpanan suaminya itu tinggal.

Dengan mengendarai motor secara hati-hati Ratih menuju ke tempat kost milik Cita dengan perasaan campur hati.

Jantung Ratih berdegup sangat kencang. Perasaannya sungguh tidak enak. Ia seperti akan melihat sesuatu tapi apa itu dia sendiri pun tidak tahu.

Seperti yang pernah ia lakukan dulu yakni Memarkirkan motornya sedikit lebih jauh dari lokasi kost. Ratih berjalan pelan setelah turun dari motor. Ia mencengkeram tali tasnya dengan erta. Tangannya berkeringat dingin.

Ratih melihat sekitar, kost yang terdiri dari 5 pintu itu terlihat begitu sepi. Di depan bangunan kost juga tidak ada kendaraan sama sekali.

" Mungkin penghuninya semuanya bekerja," gumam Ratih lirih.

Ia pun ingin balik kanan kembali ke motornya untuk pulang. Tapi sebuah suara membuat Ratih urung.

" Ahhh masss, teruss, lebih cepat mass."

" Sabar sayang, pelan-pelan. Aku ingin melakukannya dengan pelan."

" Mass, aku sudah tidak tahan."

Tubuh Ratih langung menjalar rasa panas. Jantungnya berdegup sangat kencang. Suara itu, dia tahu persis suara sang suami.

Ratih berjalan mengendap, ia memberanikan diri untuk memastikan apa yang ia pikirkan. Ratih juga mengeluarkan ponselnya, meskipun tangannya gemetar, ia harus berusaha kuat. Mungkin Tuhan sedang baik padanya sehingga menunjukkan hal itu kepadanya.

Dengan ponsel dan kamera menyala yang siap untuk merekam, Ratih terus berjalan mendekat. Ia membungkam mulutnya sendiri saat melihat yang berada di dalam sana tengah bercinta adalah Hari sang suami.

Ia tahu Hari berselingkuh, tapi saat melihat semuanya dengan mata dan kepalanya sendiri, Ratih tetap tak kuasa menahan sakit hati. Padahal dia sudah melihat sebelumnya tapi tetap saja rasa sakit itu kembali terasa. Air matanya seketika lurus. tapi dengan cepat Ratih langsung menghapusnya. Ia menstabilkan ponselnya agar bisa merekam perbuatan zina yang dilakukan suami dan wanita jalangg itu melalui celah jendela.

Ya kegiatan panas itu terlihat dari jendela yang yang tertutup korden. Tapi Ratih beruntung, korden itu tidak tertutup dengan sempurna. bagian sampingnya sedikit terbuka sehingga apa yang dilakukan orang di dalam dapat terlihat jelas. Terlebih lampu di dalam ruangan itu dinyalakan.

" Aaah mas, jangan keluarin di dalam oke."

" Sesekali bolehlah sayang."

" No mas, nanti aku hamil repot. Mas, cepat aku mau sampai. Lebih cepat lagi mas. Kamu sungguh luar biasa Mas Hari."

" Kamu juga sayang, milikmu sangat enak. Aku selalu tidak tahan."

Ratih rasanya hampir muntah mendengar dan melihat apa yang dilakukan oleh dua orang itu. Ia merasa begitu jijik. Ratih pun menyudahi kegiatan merekamnya. Ia rasa cukup bukti tersebut. Ratih pun bergegas pergi dari depan kost milik Cita.

Ia sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Dia tidak mau apa yang ia lakukan itu seperti adegan dalam sinetron. Saat sedang menguping tiba-tiba menendang sesuatu yang menimbulkan suara sehingga orang yang ada di dalam ruangan mendengar dan rencana nya gagal total.

" Alhamdulillah, Astaghfirullah. Nauzubillah min dzalik, pasangan zina itu benar-benar sudah diluar kendali. Mereka tidak punya akal sehat. Ini semakin menguatkan buktiku. terimakasih ya Allaah, Engkau memperlihatkan apa yang buruk ini kepadaku untuk bukti."

Ratih memutuskan untuk tidak akan menangis lagi karena Hari. Ia harus lebih kuat dalam menghadapi semuanya. Ia akan berjuang untuk bayi yang dikandungnya. Dan mungkin, dia akan memilih sendiri.

Dengan kepala terangkat, Ratih kembali menaiki motornya dan kembali pulang ke rumah. Bukti perselingkuhan Hari sudah ia dapat. Ratih yakin, ini akan mempermudah jalannya berpisah dengan Hari.

di tengah kemantapan hatinya tersebut ia lagi-lagi hampir saja menabrak seseorang. Kali ini sebuah mobil, Dengan perasaan tidak enak Ratih langsung turun dari motornya lalu meminta maaf kepada mobil tersebut.

" Maaf mas, maaf. Saya tadi sedikit melamun. Jika ada yang lecet nanti saya akan tanggung jawab."

" Tidak apa-apa mbak, mobil saya juga tidak kenapa-kenapa kok. Ratih, bukankah kamu Ratih ya."

Ratih mengerutkan kedua alisnya, Ia terkejut saat pria dalam mobil itu memanggil namanya.

" Maaf siapa ya, saya kok lupa."

" Ini aku Ridwan, kakak kelasmu saat di SMA."

" MasyaaAllah Kak Ridwan, kakak apa kabar."

Ridwan pun mengajak Ratih untuk menepi. Di sekitar tempat mereka bertemu ada sebuah kedai makan. Ridwan mengajak Ratih untuk duduk di sana terlebih dulu. Ratih pun mengangguk setuju.

Ratih dan Ridwan adalah teman satu sekolah. Lebih tepatnya Ridwan satu tingkat dia atas Ratih. Ratih tentu senang, masih ada orang satu sekolah yang ingat akan dirinya.

Ridwan meminta ratih untuk memesan makanan dan minuman. Sepintas Ridwan melihat wajah Ratih. a melihat ada luka di sudut bibir wanita yang duduk di depannya itu. Jangan abaikan mata Ratih yang memerah. Ridwan yakin betul Ratih barus saja menangis.

" Apa kamu baik-baik saja Tih."

" Ah iya kak, aku baik-baik saja."

Ratih tersenyum kecil, ia tahu Ridwan memperhatikan luka di sudut bibirnya. Ratih pun menyembunyikan pergelangan tangannya yang masih terlihat merah karena bekas cengkeraman tangan Hari.

" Jangan sampai Kak Ridwan berpikiran kemana-mana."

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!